Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pidato Zhenbai Li di Gedung Parlemen Inggris – Cuci Otak, Penganiayaan Kepercayaan

10 Des. 2020 |   Oleh Zhenbai Li

(Minghui.org) Nama saya Zhenbai Li dan saya adalah seorang praktisi Falun Gong.

Saya ingin menceritakan kepada anda dengan singkat penganiayaan yang dialami orang tua saya karena keyakinan mereka pada Falun Gong.

Ayah saya Changgeng Li dan ibu Yaoli Zhang keduanya mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1998. Mereka menderita berbagai macam masalah kesehatan, tapi pulih setelah mulai berlatih. Mereka juga lebih bahagia, di rumah dan di tempat kerja, setelah mengikuti prinsip Falun Gong, Sejati, Baik dan Sabar.

Mereka dianiaya dengan kejam setelah penganiayaan dimulai pada Juli 1999. Dalam dua tahun, rumah mereka digerebek secara ilegal lebih dari tiga kali, dan mereka ditangkap secara ilegal, ditahan, dan diinterogasi secara tidak sah sebanyak lima kali. Mereka terpaksa harus berpindah-pindah tempat untuk keamanan dan kedamaian. Saya adalah seorang siswa berusia 13 tahun pada saat itu, dan saya sering tinggal dengan teman sekelas saya sehingga polisi rahasia tidak dapat mengetahui di mana orang tua saya tinggal.

Polisi lokal dan agen keamanan kembali menggerebek rumah mereka pada Juli 2009. Ibu saya diculik dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Wanita Shanghai selama satu setengah tahun. Ayah saya diculik pada tahun berikutnya dan ditahan di Pusat Pendidikan Xili Shenzhen, yang sebenarnya merupakan pusat pencucian otak. Dia menjalani program pencucian otak selama tiga bulan, antara Juni hingga September 2010.

Cuci Otak

Partai Komunis Tiongkok (PKT) menggunakan metode yang sangat menghancurkan untuk mencuci otak praktisi Falun Gong. Praktisi pertama-tama diindoktrinasi dengan fitnah tentang Falun Gong, kemudian diarahkan ke keyakinan yang disetujui negara, seperti agama Buddha modern. Ini untuk mencegah mereka kembali ke Falun Gong di masa depan. Metode pencucian otak lain juga digunakan, sebagian besar untuk "mengubah" orang tua saya.

Beberapa contoh:

Pemantauan sepanjang waktu oleh narapidana, sambil terus menerus menjadi sasaran pelecehan verbal dan agresi.

Dipaksa untuk menonton video fitnah, bahkan selama waktu makan dan sampai tengah malam.

Dipaksa membaca kitab suci dari kepercayaan yang direstui negara.

Tidak diperbolehkan tidur, diawasi oleh narapidana yang bekerja bergiliran.

Dipaksa menandatangani pernyataan melepaskan Falun Gong yang sudah ditulis sebelumnya.

Ayah saya ingat seorang anggota lain dari pusat pencucian otak membawanya ke kuil Buddha modern setempat untuk ikut serta dalam "Upacara Masuk" (mirip dengan dibaptis dalam keyakinan Kristen) selama kursus tiga bulannya.

Saya pernah mendapat telepon dari Qiuhu Chen, wakil presiden dari pusat pencucian otak tersebut, yang bertanggung jawab untuk "mencuci otak" ayah saya. Dia berkata, "Dengan mengarahkan praktisi Falun Gong ke ajaran berbeda, mereka tidak akan mudah kembali ke Falun Gong setelah dibebaskan." Presiden tersebut sebenarnya adalah seorang "spesialis" dalam agama modern, yang mengumpulkan sekelompok cendekiawan yang sama dan menemukan metode ini untuk mencoba mencuci otak praktisi Falun Gong.

Begitu juga dengan ibu saya. Dia terus diawasi oleh dua narapidana, satu pecandu narkoba dan yang lainnya pelacur. Keduanya dijanjikan pengurangan hukuman jika ibu saya melepaskan keyakinannya. Selama penahanan, dia ditawari buku-buku tentang Buddha, Kristen, dan agama lainnya.

Beginilah cara orang tua saya "diubah." Kisah mereka biasa terjadi, dan menunjukkan pencucian otak khas yang dialami banyak praktisi Falun Gong dalam penganiayaan yang dilakukan oleh rezim Komunis Tiongkok.

Panggilan untuk Bertindak

Pencucian otak memainkan peran besar dalam kampanye anti-Falun Gong. Ini pada akhirnya dirancang untuk menyesatkan dan secara paksa menggantikan keyakinan praktisi Falun Gong dengan mengambil keuntungan dari campuran teori ajaran lain.

Di bawah rezim Tiongkok, orang tidak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka percayai. Sebaliknya, mereka diberi tahu apa yang harus dipercaya. Jika mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan, konsekuensinya adalah hukuman, penjara, cuci otak, dll., sampai mereka hancur dan mengikuti apa yang PKT katakan untuk mereka percayai. Saya dengan tulus berharap lebih banyak orang dapat mengetahui taktik jahat penganiayaan.

Dengan meningkatkan kesadaran akan hal ini, saya telah menerima dukungan nyata dari universitas saya, Sekolah Seni Glasgow, Universitas Glasgow; MP Keir Starmer saya; dan individu baik hati lainnya. Saya bersyukur dan terdorong, dan bertekad untuk bekerja keras dalam masalah ini sampai penganiayaan ini berakhir. Saya sangat berharap Inggris dan komunitas internasional dapat mengambil tindakan keras untuk membantu mengakhiri penganiayaan terhadap Falun Gong sehingga tidak ada lagi individu, seperti orang tua saya, yang harus menderita penganiayaan karena keyakinan mereka.