(Minghui.org) Pada tanggal 25 November 2020, sehari sebelum Hari Thanksgiving, atas permintaan Senator Negara Bagian Pennsylvania Doug Mastriano, Komite Kebijakan Senat Republik Pennsylvania mengadakan audiensi di Gettysburg untuk mendengarkan laporan saksi tentang kecurangan pemilu dalam pemilu 2020. Ini adalah audiensi publik pertama yang dilakukan sejak kampanye Trump mengajukan keluhan dan tuntutan hukum yang menuduh kecurangan dan penyimpangan pemilu secara massif setelah pemilu.

Orang-orang dari seluruh dunia mencermati audiensi tersebut dan sangat ingin mengetahui bukti apa yang akan dihadirkan oleh tim legal Trump.

Komite Kebijakan Senat Republik Pennsylvania mengadakan audiensi tentang pemilu 2020 pada 25 November 2020

Phil Waldron, seorang pensiunan Kolonel Angkatan Darat yang telah mengabdi 30 tahun, dan juga seorang pakar dalam perang informasi, mengatakan bahwa “sistem pemungutan suara di AS dan di Pennsylvania dibangun untuk dimanipulasi.” Ia memperkirakan bahwa “hingga 1,2 juta suara Pennsylvania bisa saja sudah diubah atau dicurangi.”

Sementara itu, pengacara Trump Rudy Giuliani menunjukkan bahwa terdapat total 2.589.242 suara yang dihitung, tetapi hanya 1.823.148 surat suara yang dikirim. Waldron mengonfirmasi bahwa hanya beberapa jam sebelum sidang berlangsung, “2,5 juta data” menghilang dari situs web Sekretaris Negara Pennsylvania, tempat tim cyber-nya telah mengumpulkan data selama 22 hari terakhir.

Pensiunan Kolonel Angkatan Darat Phil Waldron menunjukkan analisis data di audiensi Senat Negara Bagian Pennsylvania pada tanggal 25 November 2020

Waldron juga mengonfirmasi bahwa mereka mengamati lonjakan 604.000 suara dalam 90 menit, dan 570.000 di antaranya untuk Biden dan 3.200 untuk Trump.

Pada saat audiensi, Biden memimpin Trump dengan 81.660 suara, dan Giuliani memperkirakan bahwa 672.770 suara yang dihitung untuk Biden tidak diperiksa oleh siapa pun sebelum dimasukkan ke kotak suara.

Pengacara Trump Giuliani bersaksi dalam audiensi

Gregory Stenstrom, pengawas pemungutan suara dari Partai Republik dan ilmuwan komputer forensik, mengatakan ia melihat 47 kartu USB dengan data surat suara hilang. Ia juga melihat pengawas gudang mesin pemungutan suara mengunggah sendiri suaranya tanpa diobservasi sebanyak 24 kali. “Dan ia masuk dengan membawa tas, yang kami punya fotonya, dan bukti ini sudah diserahkan secara tertulis,” kata Stenstrom.

Senator Negara Bagian Pennsylvania Doug Mastriano, yang menyelenggarakan audiensi tersebut bertanya, “Mengapa pemilu di Afghanistan lebih aman daripada di Pennsylvania?” “Kami di sini hari ini untuk mencoba mencari tahu apa yang telah terjadi dalam pemilu,” katanya.

Senator Negara Bagian Pennsylvania Doug Mastriano

Senator Mastriano membandingkan audiensi dengan Pertempuran Gettysburg pada tahun 1863, yang merupakan titik balik dalam perang saudara dan sejarah Amerika. “Jadi pada hari ini, sekali lagi sejarah sedang berubah untuk negara dan negara bagian kita di Gettysburg,” katanya.

Sungguh, Amerika Serikat sedang menghadapi pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kebaikan dan kejahatan.

Pada hari audiensi, akun Twitter Senator Mastriano ditutup, begitu pula akun Sidney Powell, pejuang lainnya yang mencari keadilan untuk pemilu dan rakyat Amerika. Jenna Ellis, penasihat hukum Trump, mengatakan ia telah menerima ratusan email dan pesan yang mengancamnya. Meskipun semua ancaman dan penyensoran itu, orang-orang dengan rasa keadilan tidak akan terintimidasi dan masih berjuang keras untuk apa yang benar.

Sorakan Netizen tentang Bukti Kecurangan Pemilu yang Diungkapkan

Dengan banyaknya bukti kecurangan pemilu yang terungkap dalam audiensi, banyak pendukung Trump merasa bersemangat dan mengatakan itu adalah hadiah Thanksgiving terbaik mereka.

SWANGOOSEMUSIC berkata, “Saya menyaksikan seluruh audiensi. Saya merasa sangat terinspirasi dengan kata penutup mereka. Mereka telah menunjukkan tekad mereka untuk menyelamatkan Konstitusi Amerika dan mungkin akanmembuat sejarah dengan menggunakan dewan senat untuk menentukan pemilih dalam Lembaga Pemilihan (Electoral College). Selama Pennsylvania mengambil langkah ini, swing state (negara bagian yang menjadi rebutan) lainnya akan mengikuti.”

Banyak netizen yang terharu dengan keberanian puluhan saksi yang maju bersaksi. Seseorang berkata, “Saya menangis. Saya tidak keberatan siapa yang memenangkan pemilu, tapi saya ingin pemilu yang adil. Saya terkejut dan sangat terharu melihat begitu banyak saksi yang maju, meskipun diancam akan kehilangan pekerjaan atau keluarga mereka akan diintimidasi. Audiensi ini akan dicatat dalam sejarah Amerika dan itu akan menjadi titik balik terang dan gelap dalam sejarah manusia.”

Seorang netizen lain menyatakan, “Di Amerika Serikat, semua orang bersaksi di bawah sumpah dan merupakan tindak pidana jika orang membuat pernyataan palsu. Jadi keterangan para saksi sangat kredibel. Jika klaim akhirnya diverifikasi, maka penipuan yang terlibat dalam pemilu adalah kejahatan total. Jika kita mengizinkan kejahatan seperti itu terjadi, maka tidak ada lagi demokrasi di AS.”

Netizen jialingzhou menambahkan bahwa hal terpenting saat ini adalah melindungi para saksi, ia khawatir banyak dari mereka akan menghadapi ancaman dan bahaya.

Giraffe Voice berkomentar bahwa ia membaca gugatan 104 halaman dari pengacara Powell di Georgia dan sungguh luar biasa bagi timnya untuk mengumpulkan dan menyatukan begitu banyak bukti dalam waktu yang singkat.

Berjuang untuk Masa Depan Kita

73 juta suara yang didapat Trump tahun ini telah memecahkan rekor, begitu juga dengan 80 juta suara Biden. Namun, bagi banyak orang, mustahil bagi kedua kandidat untuk memecahkan rekor. Beberapa netizen menunjukkan bahwa dengan total 153 juta suara, berarti terdapat 10 juta suara lebih banyak dari pada pemilih yang ada.

Banyak orang telah menyadari bahwa pemilu AS ini akan mempunyai pengaruh yang berkelanjutan dan mendalam bagi masa depan negara dan semua orang yang tinggal di sini. Bagi banyak pemilih Trump, mereka memahami bahwa mereka tidak hanya berjuang untuk Trump, tetapi juga untuk negara, untuk diri mereka sendiri, dan generasi masa depan mereka.

Netizen Kaichen Zhang berkata, “Bagi kami yang berada di AS, kami tidak ingin barang berharga kami dicuri dan uang tunai dirampok selama protes kekerasan; kami tidak ingin imigran ilegal memasuki negara ini sesuka hati; kami tidak ingin pembunuh atau pembakar terhindar dari hukuman; kami tidak ingin membayar pajak yang tinggi; kami tidak ingin melihat masyarakat diganggu oleh penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan pedofil; kami tidak ingin perguruan tinggi menerima siswa hanya berdasarkan faktor non-akademik; kami juga tidak menyukai pembenaran politik ketika seseorang dapat memberikan suara tanpa KTP mereka. Untuk melawan adopsi sosialisme, kita harus menentang Biden.”

Netizen lain Shi Jin berkomentar bahwa lawan Trump bukanlah Biden, tetapi ia melawan Clintons, Obama, Soros, CNN, NBC, ABC, NPR, BLM dan ANTIFA. Ia mengatakan bahwa “ekosistem kepentingan yang sudah mengakar” tersebut tersebar di semua negara di enam benua dan telah merembes ke semua profesi. Apa yang diperjuangkan Trump dapat berupa sebuah jaringan besar pengusaha dan politisi global serta ribuan triliunan aset yang mereka wakili.

Lau Huo berkomentar, “Kita harus fokus pada Konstitusi dan undang-undang pemilu. Ini bukan lagi masalah siapa yang memenangkan pemilu, tetapi masalah fundamental demokrasi, hukum, dan keamanan nasional.”

Urgensi untuk Memberantas Racun Komunisme

Hambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang ditemui Trump menunjukkan kepada kita seberapa dalam komunisme telah menyusup ke AS dan bagaimana moralitas yang korup telah terjadi di masyarakat.

Beberapa hari yang lalu, Gubernur California memerintahkan untuk menutup semua fasilitas “tidak penting” untuk mencegah penyebaran pandemi. Yang “tidak penting” termasuk gereja dan restoran. Tapi “kebutuhan pokok” miliknya yang dibebaskan dari penutupan termasuk klub telanjang, klinik aborsi dan toko ganja. “Ini gila!” kata pendeta Rob McCoy.

Pada tanggal 25 November, salah satu pemimpin kelompok Antifa secara terbuka mengancam Presiden Trump, memperingatkan bahwa jika “ia tidak menyerah pada Minggu siang, kami akan mulai memblokir jalan di daerah konservatif. Pendukungnya tidak akan bisa pergi bekerja atau pergi ke supermarket membeli makanan untuk keluarga mereka. Kami bersenjata dan akan membalas atas percobaan pembunuhan dengan kendaraan.”

Netizen Li Qicheng berkata, “Tumor komunisme dalam skala besar telah melekat pada pemerintah pusat dan lokal AS. Bahkan departemen kehakiman pun tidak luput. Presiden Trump sedang bekerja keras untuk menghilangkan tumor merah ini. Tetapi prosesnya akan lama dan intensif, dan rasa sakitnya tidak dapat dihindari. Teruslah berjuang, Presiden Trump! Teruslah berjuang, Rakyat Amerika!”

Dongjian Han berkata, “Jika AS diserahkan ke Biden, itu sama dengan menyerahkan Taiwan kepada Partai Komunis Tiongkok. Apa yang terjadi di Hong Kong sekarang akan menjadi masa depan Taiwan.”

Jiangang Wu berkomentar, “Saya dari daratan Tiongkok. Saya mendukung Trump dan Partai Republik. Saya merindukan kebebasan dan demokrasi di AS. Saya menantikan hari ketika langit di Tiongkok mendapat penerangan!”

Pemilu AS ini membuat kami memikirkan banyak hal, termasuk apa yang harus kami kejar dan percayai.

Lin Wood, salah satu pengacara di tim hukum Trump, berkata di akun Twitternya, “Selama bertahun-tahun, saya gagal mengajukan pertanyaan terpenting dalam hidup saya, 'Apakah Tuhan itu nyata?' Sebagai seorang pengacara, saya menuntut bukti. Saya tidak menemukan jawaban dengan bukti, saya menemukannya dengan keyakinan. Setelah saya menerima dengan keyakinan bahwa Tuhan itu nyata, bukti ada di mana-mana, seperti saat matahari terbenam malam ini.”

Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada Tuhan yang akan dilindungi oleh Tuhan. Trump, seorang yang sangat percaya pada Tuhan, berkata pada bulan Juni 2017 di Commencement of Liberty University, “Amerika akan lebih baik ketika orang-orang mewujudkan keyakinan mereka dengan tindakan. Selama saya adalah presiden anda, tidak ada yang akan menghentikan anda untuk menjalankan keyakinan anda atau untuk mengkhotbahkan apa yang ada di hati anda. Kami akan selalu membela hak semua orang Amerika untuk berdoa kepada Tuhan dan mengikuti ajarannya.”

Catatan: Biografi Senator Douglas Mastriano

Doug Mastriano adalah seorang veteran perang dan putra seorang Angkatan Laut AS. Ia ditugaskan di Angkatan Darat AS selama 31 tahun. Saat bertugas di perbatasan yang disebut Iron Curtain (Tirai Besi) dengan Resimen Kavaleri Lapis Baja ke-2 di Jerman Barat, ia menyaksikan akhir Perang Dingin dan kemudian dikirim ke Irak untuk Operasi Badai Gurun (1991) untuk membebaskan Kuwait. Resimennya memimpin serangan terhadap pasukan elit Garda Republik milik Saddam. Ia juga empat tahun menjabat sebagai direktur Pusat Intelijen Gabungan NATO di Afghanistan. Ia melengkapi karirnya sebagai profesor di U.S. Army War College (PAWC), Carlisle, PA, dan mengajar Studi Strategis di tingkat master untuk generasi pemimpin senior berikutnya.

Mastriano adalah Doktor Sejarah (PhD) dan mempunyai empat gelar master: Strategi, Intelijen Strategis, Operasi Militer, dan Kekuatan Udara. Ia memperoleh gelar BA dari Eastern University di St. Davids, Pennsylvania dan merupakan alumnus tahun 2009. Ia menerbitkan 30 artikel tentang strategi dan topik bersejarah dan menulis buku Alvin York: A New Biography of the Hero of the Argonne di mana ia menerima empat penghargaan. Buku barunya, Thunder in the Argonne adalah buku pertama yang menceritakan kisah lengkap pertempuran terbesar Amerika, Kampanye Meuse-Argonne 1918. Buku berikutnya, Pershing's Lieutenants, akan diterbitkan pada tahun 2020 dan merupakan karya yang disusun dengan berfokus pada gaya kepemimpinan perwira Amerika dalam Perang Dunia Pertama.