Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Tujuan Terakhir Komunisme - Bab tentang Tiongkok (6)

12 Feb. 2020

BAB 6

DENGAN “KEBENCIAN” MENDIRIKAN NEGARA - NEGARA BUKAN LAGI NEGARA


PRAKATA: PARTAI KOMUNIS MENDIRIKAN NEGARA DENGAN “KEBENCIAN”

Roh jahat komunis terutama terbentuk dari “kebencian”. “Kebencian” adalah sejenis materi, yang memiliki kehidupan, atau boleh dikatakan “kebencian” adalah sejenis kehidupan, yang merupakan unsur dasar pembentuk roh jahat komunis.

“Kebencian” dan “benci dendam” tidaklah sama. Benci dendam adalah benci yang ditimbulkan akibat dendam, ada alasan dan penyebabnya, sedangkan kebencian adalah tanpa sebab dan alasan. Sama seperti kebencian setan terhadap Tuhan dan kebencian Karl Marx terhadap Tuhan, adalah sejenis kebencian yang sangat jahat. Itu merupakan perasaan ganas dan materi sampah yang iri hati, dendam dan berambisi untuk menumbangkan Sang Pencipta, yang menjadi andalan bagi roh jahat dalam mempertahankan eksistensi kehidupannya.

“Kebencian” telah membentuk sifat anti-Tuhan dan menentang Tuhan. Dengan mengakui adanya hierarki kehidupan dalam alam semesta mengakui Tuhan sebagai kehidupan tingkat tinggi barulah dapat menghormati Tuhan, sedangkan setan dikarenakan kebencian dan iri hati, tidak bersedia mengakui bahwa Tuhan lebih tinggi dari dirinya, itu sebabnya setan menantang Tuhan, sehingga dijatuhkan oleh Tuhan.

Roh jahat komunis terbentuk dari kebencian, ia juga dengan saksama menuangkan kebencian ke dalam hati manusia, menuang masuk unsur materi kebencian ke dalam lapisan mikroskopis tubuh manusia, sehingga membuatnya menjadi bagian dari kehidupan manusia, untuk membangkitkan hal jahat dalam sifat manusia, seperti iri hati, tarung, kejam dan tirani serta ketagihan membunuh dan lain-lain. Itu sebabnya, di dalam medan materi komunis Tiongkok, hampir semua manusia terendam dalam kebencian, hampir setiap orang memiliki sejenis kebencian yang misterius. Begitu roh jahat komunis menghasut dan memprovokasi, materi semacam ini dimuntahkan, akan berubah menjadi energi negatif yang sangat besar, yang dengan cepat menutupi lingkup eksistensi manusia.

“Kebencian” sebagai kekuatan motif mendorong terlahirnya kekerasan dan pembantaian. Di era 70-an abad ke-19, Komune Paris yang dicetuskan oleh para berandal untuk pertama kalinya telah mempraktikkan teori komunisme merebut kekuasaan politik dengan kekerasan, berulang kali dipuji Karl Marx dan Friedrich Engels hingga ketua partai komunis setelahnya Vladimir Lenin, Joseph Stalin dan Mao Zedong. Karl Marx menyimpulkan “pengalaman” Komune Paris, menilai kegagalan Komune Paris terletak pada tidak digunakannya kekerasan dengan mengerahkan kaum proletar untuk menghancurkan mesin negara, “Kaum proletar tak bisa semudah itu mengendalikan kekuasaan politik, melainkan menghancurkan seluruh sistem yang ada melalui kekerasan.” Inilah yang kemudian diusung sebagai teori kekerasan kediktatoran proletar yang menjadi prinsip dasar komunisme. Karena dorongan “kebencian”, Partai Komunis Tiongkok (PKT) masih ingin “terus melancarkan revolusi di bawah kondisi kediktatoran proletar” [1].

“Kebencian” inilah asal muasal dari komunisme. “Kebencian” dan iri hati sangat erat berkaitan, dan sifat iri hati menimbulkan equalitarianisme mutlak, yakni tidak diperkenankan siapa pun lebih baik dan lebih kaya dibanding diri sendiri, membenci semua orang yang lebih hebat juga segala hal yang lebih unggul. “Setiap orang adalah sama” dan “di bawah langit semuanya sama” [2] yang digembar-gemborkan komunisme adalah manifestasi dari “kebencian” ini. Banyak sekali orang Tiongkok dalam mengajari anak-anaknya mendorong mereka untuk menjadi “ambisius” [3], semua menggunakan cara-cara yang memprovokasi sifat iri hati, menggunakan cara “mengalahkan orang lain” sebagai pendorong agar lebih maju.

Partai komunis dengan “kebencian” mendirikan negara, dengan kejahatan memimpin negara, “patriotisme” yang digaungkan dengan penuh semangat sebenarnya adalah “paham kebencian”. Dalam kamus “partai”, kata “patriot” [4] berarti membenci Amerika, membenci Barat, membenci Jepang, membenci Taiwan, membenci Tibet, membenci masyarakat bebas, membenci nilai-nilai universal, membenci orang baik yang berkultivasi “Sejati - Baik - Sabar”, membenci semua orang yang dianggap sebagai “musuh” oleh PKT; “mencintai partai” adalah membenci semua hal atau orang yang diyakini dapat menyebabkan tantangan bagi partai.

Masyarakat tidak tahu bahwa “kebencian” adalah unsur materi yang membentuk roh jahat, adalah sesuatu yang dituangkan paksa ke dalam tubuh manusia oleh roh jahat, dan keliru menganggap “kebencian” yang tak beralasan ini sebagai perasaan diri sendiri. Materi “kebencian” semacam ini membuat banyak sekali warga Tiongkok zaman sekarang dipenuhi hawa kekejaman tirani, yang mungkin akan meletus kapan saja dan di mana saja. Besarnya intensitas dan kekejaman wujudnya, bahkan dapat mengejutkan dan membingungkan orang.

PKT memanfaatkan pendidikan, media, seni dan berbagai trik lain, dalam skala luas menyebarkan materi “kebencian” ini, membuat pelajar dan masyarakat berubah menjadi tamak dengki, menjadi “anak serigala” yang tidak memiliki batasan.

Jiang Zemin yang berhasil meraih kekuasaan setelah peristiwa pembantaian Tiananmen di tahun 1989 terlebih lagi merupakan jelmaan dari “kebencian”. Sebuah buku “Sosok Jiang Zemin” (江泽民其人, jiāng zémín qí rén) telah mengungkapkan asal-usul Jiang Zemin. Li Yuanji, adik laki-laki Li Shimin sebagai Raja Qin saat itu [5], berkomplot dengan kakaknya Li Jiancheng ingin membunuh Li Shimin di Gerbang Xuanwu namun gagal. Setelah Li Yuanji meninggal, roh jahatnya turun ke neraka untuk membayar dosa, dijebloskan ke dalam Wusheng Zhimen [6], jatuh ke neraka tanpa ujung, menjalani siksaan ribuan tahun, hingga tidak memiliki lagi tubuh kehidupan bawaan dari Langit, tidak memiliki pikiran yang utuh, hanya tersisa seberkas hawa iri dan benci. Hawa iri dan benci inilah yang telah menanti selama ribuan tahun, yang akhirnya dipilih oleh roh jahat, lalu dia dititiskan menjadi Jiang Zemin yang menjadi ketua PKT, sekaligus menjadi dalang utama yang menganiaya “Sejati - Baik - Sabar” Falun Dafa.

“Kebencian” adalah sejenis materi. Perilaku yang timbul akibat “kebencian” adalah kacau balau, tidak rasional, tak terkendali, gila dan tak peduli dengan segala konsekuensi. Partai komunis ingin menaklukkan dunia dengan “kebencian” dan memusnahkan semuanya termasuk umat manusia di dalamnya, dalam proses ini dia sendiri juga akan dimusnahkan. Inilah tujuan terakhir komunisme beserta cara-cara untuk merealisasikannya.

I. MESIN PENGUAT KEJAHATAN YANG SUPER

Gerakan politik yang selama beberapa dekade berpusat pada “kebencian”, propaganda “ateisme”, “melawan Langit dan Bumi”, “pertarungan kelas sebagai garis besar”, “mengutuk”, “mengungkap dan mengkritik secara mendalam”, hari ini menumbangkan yang ini, besok menumbangkan yang itu, menentang nilai universal “Sejati – Baik – Sabar”… telah meninggalkan trauma seperti apa bagi Tiongkok? Yang disaksikan oleh rakyat adalah tidak ada lagi integritas, hati manusia tidak semurni dulu, polusi lingkungan dan degradasi moral. Namun, yang sering kali tak terlihat adalah, PKT telah menciptakan suatu mekanisme menakutkan bagi Tiongkok yang dapat merusak moral, atau disebut juga “corong kejahatan”, yaitu mesin untuk memperbesar kejahatan. Pondasi mesin ini adalah ateisme, tidak percaya terhadap “balasan atas perbuatan baik ataupun buruk”, menolak nilai tradisional dan mendorong “nafsu keinginan”. Mari kita secara sederhana menggambarkan mekanisme kerja dari mesin penguat ini.

Yang pertama adalah, fungsi input dari mesin penguat ini. PKT telah membuat Tiongkok berubah menjadi sebuah cekungan moral di dunia, atau yang disebut dengan corong moral, tepatnya adalah sebuah lembah dalam hal moralitas. Tidak hanya di lokal saja yang menghasilkan degradasi moral, segala hal buruk dari seluruh dunia juga berlarian ke Tiongkok, persis seperti tempat pembuangan sampah internasional yang besar. Pembaca mungkin merasa bicara seperti ini tidak lazim, tapi ini adalah fakta yang sudah menjadi kenyataan (fait accompli) yang diciptakan oleh PKT. Setelah pintu negara dibuka, kecanduan narkoba, kebebasan seks, homoseksual dan berbagai macam pola pikiran dan perilaku mutan, semua membanjiri Tiongkok. Segala degradasi moral lokal yang tercipta oleh PKT, ditambah dengan sampah-sampah yang berdatangan dari luar ini, telah membentuk kekacauan moral yang bergejolak di dalam masyarakat Tiongkok.

Yang kedua adalah, fungsi amplifikasi dari mesin penguat ini. “Mesin penguat kejahatan” ciptaan PKT ini akan membuat berbagai macam kekacauan moral diperkuat, terus diperkuat dan diperkuat lagi. Karena tidak ada lagi kekangan “Tuhan” yang berasal dari kebudayaan tradisional, juga tidak ada semangat penegakan hukum masyarakat modern, semua dikendalikan oleh “hawa nafsu”, maka dengan sendirinya terdegradasi semakin dalam. Misalnya kebebasan seks yang pada awalnya adalah semacam arus pemikiran mutan di tengah masyarakat Barat pada tahun 1960-an, namun mendapat kekangan paham konservatif dari agama, sehingga tidak berkembang sampai tak terkendali. Setelah PKT membuka pintu negara, kebebasan seks pun ikut masuk ke Tiongkok, dan diperkuat berkali-kali lipat, sehingga menjadi tema utama masyarakat, bisa dibilang pelacuran dimana-mana, dalam masyarakat pun terbiasa menertawakan orang mskin namun tidak menertawakan pelacur, menikahi istri kedua, istri ketiga, istri kesekian menjadi ajang pamer kehebatan para pejabat, masyarakat kelas atas sampai bawah berlomba menirunya, bumi pertiwi bangsa Tionghoa telah dibuat hitam kelam. Keterbukaan apa yang paling tuntas yang telah dilakukan PKT? Bukan ekonomi, bukan pula politik, hanya satu kata, yaitu “seks (性)”, tiga dekade menuntaskan transformasi dari “Geming Xing” (sifat revolusioner, 革命性) berubah menjadi “Xing Geming” (revolusi seks, 性革命).

Bicara soal “mesin penguat kejahatan” ini, “korupsi” juga merupakan sebuah contoh yang tipikal. Di negara mana pun ada korupsi, ini memang benar, dapat dikatakan dimana ada manusia maka di situ ada korupsi. Namun, korupsi yang terjadi di bawah pemerintahan PKT, adalah tiada duanya di dunia saat ini, juga tiada duanya dalam sejarah umat manusia. Korupsi PKT adalah korupsi seluruh partai, dan merupakan korupsi konstitusional. Ada yang mengatakan India juga korup, namun India dari perdana menteri hingga pejabat bawah, yang dikendarai oleh pejabat semuanya adalah mobil nasional yang bermerek sama, bermodel sama dan berwarna sama. Bangunan terbaik di India acap kali adalah sekolah, dan bukan bangunan kantor pemerintahan. India juga tidak menggunakan uang negara untuk makan enak dan jalan-jalan ke luar negeri. Bukan karena India terlalu miskin, namun karena parlemen tidak menyetujui pengeluaran ini. India lebih-lebih tidak memiliki “kasus korupsi yang bergaya meruntuhkan”.

Jika dibandingkan dengan “korup namun tidak meruntuhkan” di negara lain, korupsi PKT adalah korupsi yang membusuk dan terlihat mengerikan. Korupsi telah menjadi bagian dari aturan bertahan hidup masyarakat Tiongkok, dan masyarakat diam-diam telah menerimanya.

Bagaimana mekanisme “memperkuat” ini bekerja? Coba lihat gerakan menumpas asusila dan anti-korupsi PKT, menumpas asusila semakin ditumpas semakin bejat, dan anti-korupsi semakin dibasmi semakin korup. Karena selama itu tidak mengancam masalah pemerintahan PKT, maka PKT sama sekali tidak ingin memberantasnya. Karena berhasil menghasut para pejabat PKT dari atas hingga bawah juga rakyat jelata terbenam dalam lautan nafsu “revolusi seks” dan “korupsi” serta degradasi moral lainnya, roh jahat komunis sukses mengalihkan perhatian rakyat terhadap partai jahat PKT itu sendiri, lalu partai jahat PKT baru dapat berbuat jahat sesuka hati, juga menindas kelompok manusia yang ini, menganiaya kelompok itu, sehingga moral bangsa Tiongkok selangkah demi selangkah terdorong ke arah jurang kehancuran.

Yang ketiga adalah, kemampuan fermentasi yang komprehensif alat penguat ini. Alat ini mampu menggabungkan berbagai macam unsur yang tidak baik, agar materi sampah berfermentasi dan menghasilkan materi dan fenomena yang lebih jahat. Contohnya adalah kebebasan seks dan korupsi di atas, banyak sekali kasus korupsi yang terkait dengan transaksi seks. Karena mempunyai wanita simpanan, akan merangsang pejabat untuk melakukan korupsi; karena korupsi dan memiliki uang, maka juga dapat merangsang para pejabat mendapatkan dan meniduri wanita lain. Kedua hal ini jika diletakkan bersama, akan menimbulkan efek yang kuat, menayangkan pertunjukan konyol di Tiongkok dalam adegan demi adegan “tahta, harta, wanita” yang kotor menjijikkan dan kehilangan moral dan etika manusia.

Yang keempat adalah, alat penguat ini bahkan memiliki fungsi pemutih yang bisa merasionalisasi dan menormalisasi kejahatan. Pertama adalah dengan menyembunyikan fakta kebenaran, maka dari itu PKT yang mengklaim dirinya kuat harus memblokade internet, menutupi fakta kebenaran, dan tidak akan memberi kebebasan berpendapat bagi rakyatnya dengan mengadakan medianya sendiri. Kemudian, “pemerintahan satu suara” PKT akan menggunakan alasan yang tidak masuk akal dan teori sesat untuk memoles dan merias kekacauan moral PKT. “Burung gagak di kolong langit sama hitamnya” adalah istilah yang sering digunakan PKT untuk mencuci-otak rakyatnya. “Korupsi, di negara mana yang tidak ada korupsi?” “Melanggar hak cipta, plagiat, negara mana di masa awal lepas landas ekonominya tidak berbuat plagiat?” “Kebebasan seks, negara mana yang pejabatnya tidak melakukan hubungan di luar nikah?” “Pelacuran, ada negara yang bahkan melegalkannya!” “Kebebasan berbicara, negara mana yang membiarkan warganya bicara apapun yang diinginkan? Bukankah masih ada hukum pencemaran nama baik?”

Karena tidak dapat melihat fakta kebenaran, di bawah “pemerintahan satu suara”, lama kelamaan rakyat pun menerima dalih yang dipaksakan PKT ini, beranggapan segala kekacauan moralitas itu adalah hal yang tidak dapat dihindari di negara mana pun. Begitu persoalan kejahatan dan degradasi moral telah dirasionalisasi dan dinormalisasi, maka selamanya telah melepaskan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Masyarakat Tiongkok setiap tahunnya meneriakkan “krisis integritas”, namun mengapa semakin lama semakin krisis? Inilah penyebabnya.

Dalih lain yang sering digunakan PKT adalah penyelesaian atas hal buruk apa pun “membutuhkan sebuah proses”, menipu dengan mengatakan persoalan apa pun selalu akan secara perlahan berubah menjadi baik. Kala itu banyak sekali pejabat tinggi PKT menentang Jiang Zemin menganiaya Falun Gong, alasannya karena Falun Gong meningkatkan moral dan menstabilkan masyarakat, tapi Jiang menekan semua kritik itu dan berkata, “Setelah ekonomi meningkat ke atas, maka moralitas dengan sendirinya akan menjadi baik.” Kita coba menoleh kembali dan melihat, moralitas di dalam “lautan nafsu” perkembangan ekonomi justru merosot lebih cepat. “Proses ini” yang dikatakan oleh PKT, justru merupakan proses yang dirasionalisasi dan dinormalisasi dengan alasan yang tak masuk akal dan teori sesat, yang hanya dapat mendorong kejahatan berubah semakin lama semakin jahat.

Tidak cukup hanya dengan menormalisasi hal-hal yang tidak normal ini, cuci otak opini publik PKT masih harus mengubah hal yang normal menjadi tidak normal. Yang bagus dikatakan buruk, yang baik dikatakan jahat, dengan demikian baru dapat tercapai tuntas tujuan memutar-balikkan kriteria antara baik dan jahat.

Inilah empat mekanisme utama dari prinsip kerja dasar “mesin penguat kejahatan” PKT. Pertama-tama adalah menciptakan palung moralitas, agar daratan Tiongkok menjadi tempat berkumpulnya kebejatan moral umat manusia, sebagai tempat sampah; lalu efek memperkuat kerusakan moralnya, selama perilaku mutan dan bejat itu tidak mengancam kekuasaan partai, maka PKT akan selalu meneriakkan slogan kosong, kenyataannya justru ikut mendorong arus; ditambah dengan materi sampah yang saling berfermentasi, menyebabkan orang jahat semakin jahat, orang busuk semakin busuk, yang tanpa henti menerobos batasan dasar moralitas, dan memperkuat arus degradasi moral, ini juga merupakan perwujudan konkret dari roh jahat komunis dalam hal memusnahkan moralitas umat manusia; terakhir adalah memanfaatkan alasan yang tidak masuk akal dan teori sesatnya untuk merasionalisasi dan menormalisasi hal jahat, di saat yang sama mengubah hal yang tadinya normal menjadi tidak normal, bahkan diubah dijadikan silumanisasi.

II. PKT MENGUBAH MANUSIA MENJADI BUKAN MANUSIA

Cuci otak dan penipuan serta perusakan dan berubah menjadi mutan yang dilakukan PKT secara terus-menerus, telah menyebabkan anak muda zaman sekarang tidak memiliki kebudayaan, tidak peduli akan moral, bahkan ada seperti layaknya anak serigala, namun berwujud manusia.

Sejak 2004, di daratan Tiongkok sangat populer dengan “kebudayaan serigala”. Mulai dari novel, film hingga buku panduan pelatihan perusahaan, semua menyanjung “kebudayaan serigala”. Para penyanjungnya mempromosikan sifat dasar serigala yang liar, brutal, serakah dan tirani, digunakan bahkan dalam pekerjaan, menyebutnya sebagai “semangat berjibaku”. Banyak orang menilai inilah kebudayaan “maju” yang mampu keluar sebagai pemenang di tengah kompetisi bertahan hidup. Dengan kata lain, manusia tidak memerlukan konsep moralitas, di tengah kompetisi menghalalkan segala cara untuk keluar sebagai pemenang adalah kriteria pengukur dalam pekerjaan dan menjadi seorang manusia.

Seperti kata pepatah: “Beracun bagaikan ular dan kalajengking ganas bagaikan serigala”, ular, kalajengking dan serigala tidak memiliki perasaan sedikit pun, bahkan orang tua sendiri bisa saja menjadi korban keganasannya. Sekarang banyak sekali kawula muda yang tidak memiliki konsep kebudayaan sedikit pun, dalam melakukan pekerjaan tidak memiliki batasan minimum, di rumah menganggap diri yang paling berkuasa, di tempat umum mencaci dan memukul orang tua, yang lebih parah lagi memperlakukan orang tua layaknya musuh, begitu ada yang tidak sesuai kehendak langsung bertindak brutal, orang seperti ini tidak aneh bila disebut “anak serigala”, sungguh tepat.

1. PEMIKIRAN

a. Sama sekali tidak mengenal kebudayaan tradisional, moralitas hanya lembaran kosong

Setelah mengambil alih kekuasaan PKT mendoktrinkan sejarah yang telah terdistorsi pada beberapa generasi warga Tiongkok, dan cuci otak mereka dengan menggunakan ateisme dan filosofi pertarungan, sehingga telah menyebabkan sekarang ini banyak sekali orang Tiongkok yang tidak peduli dengan kebudayaan tradisional, ini juga membuat nilai-nilai tradisional dalam lubuk hati manusia bertumbangan, moralitas tinggal lembaran kosong belaka.

Begitu berbicara soal Tiongkok dan sejarah kunonya, banyak orang dalam hati akan segera terpikir ini adalah “takhayul”. Yang sedikit lebih enak didengar, yaitu “pemahaman tentang fenomena alam dan keinginan baik untuk menaklukkan alam oleh para nenek moyang” telah menciptakan “mitos”. Dengan demikian, sejarah Tiongkok sejak dulu kala seperti Da Yu (Yu Agung) mengendalikan air bah dan lainnya, telah berubah menjadi “imajinasi yang ajaib”. Bicara tentang kaisar monarki zaman kuno, yang segera terpikir dalam hati adalah “otokrasi feodal”, yang memiliki kekuasaan mutlak yang “anarkis dan semena-mena” sama seperti PKT. Seperti diketahui, dalam kebudayaan warisan Dewa: “Putera” (Kaisar) sebagai putera dari Tuhan, yang harus menjaga moral, dan menaati aturan Langit dan Bumi. Jika tidak, Tuhan akan mencampakkannya, dan mengutus orang yang lebih berbudi luhur untuk menggantikannya. Atas dasar ini, rakyat dapat menggunakan “prinsip Langit” untuk mengkritik raja. Sebutan “Putera Langit” bukan untuk menyanjung kaisar setinggi langit, tapi justru menekankan bahwa kekuasaannya adalah pemberian sekaligus dibatasi oleh Tuhan.

Tradisi bangsa Tionghoa menganggap sopan, ramah, hangat, sederhana dan mau mengalah sebagai nilai-nilai mulia, sebaliknya orang zaman sekarang menganggap pertarungan dan kebencian sebagai “kemuliaan”, bahkan beranggapan bangsa Tiongkok sejak zaman dulu kala telah “bertarung dengan Langit dan Bumi”, yang biasanya demi secuil hal kecil rela bertarung hingga berdarah-darah, dan itu dianggap hal yang “sudah sewajarnya”; sebenarnya menghormati Tuhan dengan berdoa dan memperlakukan orang lain dengan hormat, adalah hal yang “sudah sewajarnya” yang sejati. Ketika pergi ke Jepang, banyak orang Tiongkok takjub dengan sikap mengalah dan sopan antarsesama di sana, sebenarnya justru itulah tradisi bangsa Tionghoa yang telah dihancurkan oleh PKT di negara sendiri namun tetap dilestarikan oleh bangsa Jepang hingga kini.

b. Manusia memperlakukan manusia layaknya serigala, segala kejahatan dapat dilakukan

Masyarakat Tiongkok yang sejak kecil telah ditanamkan ateisme dan filosofi pertarungan dimana si kuat memakan si lemah, menyaksikan kebrutalan tirani dan premanisme dari rezim PKT, setelah dewasa pasti mendewakan kekerasan, pemikiran dan perilakunya dipenuhi dengan sifat tirani dan agresif. Di situs berita di daratan Tiongkok, kerap terlihat berita mengejutkan seperti: membantai seluruh keluarga, membunuh ayah (ibu) sendiri, membunuh istri, meracuni, mengebom, membacok orang dan guru TK yang menganiaya anak-anak secara tidak manusiawi dan penjahat membantai di sekolah TK, memperkosa anak perempuan di bawah umur, pembongkaran secara paksa, satpol PP memukuli orang, dan masih banyak lagi yang untuk diungkapkan.

Pada 2004, PKT menugaskan Sina.com untuk melakukan survei daring berskala besar, terhadap masalah “apakah boleh menembak ke arah wanita dan anak-anak dalam perang?”, lebih dari 82,6% dari tiga puluh ribu anak muda telah memberikan jawaban yang pasti! Setelah berkali-kali serangan teroris termasuk peristiwa “9.11” [7], banyak sekali warganet Tiongkok yang justru bersorak-sorai merayakannya. Begitu berdarah dingin dan kejamnya, sungguh menakutkan.

Tahun 2011, seorang mahasiswa akademi musik Xi’an bernama Yao Jiaxin mengemudi kendaraan dan menabrak seorang wanita yang mengendarai sepeda motor, Yao Jiaxin turun dari kendaraannya untuk memeriksa keadaan, didapatinya wanita yang tertabrak itu terbaring di tanah sedang mencatat plat nomor kendaraannya. Yao segera kembali ke dalam kendaraannya mengambil sebilah pisau, dan dengan ganas menikam wanita itu sebanyak enam kali, hingga tewas terbunuh. Adik kelas Yao Jiaxin yang bermarga Li, berkomentar di internet: “Jika saya adalah dia, saya juga akan menikam… tak habis pikir korban [8] pada waktu itu tidak tahu malu, dan mencatat plat nomor kendaraan?” Kekejaman dan darah dinginnya membuat bulu kuduk berdiri.

Pada 2013, seorang mahasiswa pascasarjana bergelar master angkatan 2010 bernama Lin Senhao dari Institut Medis Shanghai Universitas Fudan, karena hal sepele terlibat konflik dengan teman sekamarnya di asrama bernama Huang Yang, Lin Senhao menuangkan bahan kimia beracun yang diambilnya dari laboratorium ke dalam dispenser air minum di kamarnya, setelah meminum air tersebut Huang Yang meninggal.

Pada Juli 2013, di dekat sebuah terminal bus umum Distrik Daxing, Beijing, hanya karena berselisih paham akibat tempat parkir, seorang pria menarik bayi perempuan lawannya yang hanya berusia 2 tahun dari dalam kereta bayi dan mengangkatnya di atas kepala kemudian membantingnya ke lantai, bayi perempuan itu tidak berhasil diselamatkan dan meninggal dunia. “Peristiwa bayi perempuan dibanting hingga mati di tengah jalan Beijing” telah menggemparkan masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, karena hal sepele bertindak dengan kekerasan sudah menjadi hal yang lumrah. Para manula tidak bisa memahami: “Apa yang sebenarnya terjadi pada warga Tiongkok?” Jika dilacak sumbernya, ini dikarenakan partai komunis yang menjunjung tinggi kekerasan telah menuangkan “kebencian” ke dalam darah warga Tiongkok.

c. Saling menipu antarmanusia

“Krisis integritas” mungkin merupakan topik moralitas yang paling menarik bagi warga Tiongkok. Karena “krisis integritas” secara langsung merugikan kepentingan langsung setiap orang di tengah masyarakat. Dari rokok palsu, arak palsu, faktur palsu, “pejabat spekulan” pada era 1980-an, rakyat Tiongkok sudah mulai meneriakkan integritas, dengan nyaring meneriakkan berantas barang palsu, hingga awal milenium, pemalsuan dan penipuan sudah lama memenuhi semua aspek kehidupan masyarakat, “krisis integritas” membuat setiap langkah kehidupan penuh dengan perangkap, yang membuat orang Tiongkok hidup dalam kelelahan mental dan fisik.

Hingga sekarang, fenomena barang palsu bermutu rendah merajalela: mulai dari makanan hingga rumah, dari barang dagangan hingga perawatan, sampai berobat ke dokter, sampai menyewa tunangan pria atau wanita untuk mengunjungi orang tua, di mana-mana terjadi krisis integritas. Menjadi orang Tiongkok zaman sekarang sungguh tidak mudah, membeli sayur dan daging harus memiliki kemampuan untuk meneliti apakah beracun atau tidak, membeli rumah harus ahli mengidentifikasi kualitas rumah tinggal, sebelum anak disuntik vaksin harus mampu mengidentifikasi apakah vaksin tersebut asli atau palsu, bahkan menyumbang uang bagi asosiasi Palang Merah (Red Cross Society of China) dan organisasi amal lainnya, juga harus mampu menilai kredibilitasnya.

Rumor kepiting diberi obat kontrasepsi (agar cepat dewasa), telur palsu, obat peluruh lemak, sudan merah [9], kapsul beracun, susu bubuk beracun, tesis palsu, bangunan sekolah ampas tahu [10] … plagiat dan pemalsuan di segala bidang sekarang ini dijuluki “Shanzhai” [11], masyarakat sudah tidak merasa aneh lagi melihatnya. Karena banyaknya residu pestisida, hormon, herbisida, insektisida, obat cepat masak (buah), bahan pengawet dan makanan palsu beracun bermutu rendah lainnya menyebabkan feminisasi pria, disfungsi seksual, gangguan fisiologi wanita, tingkat kesuburan rendah, pubertas dini, bayi cacat dan fenomena lainnya, menjadi masalah sosial yang makin lama makin serius. Para ahli medis di Tiongkok daratan memastikan bahwa, beberapa dekade ke depan pria Tiongkok tidak akan memiliki kemampuan reproduksi lagi.

Mengenai “krisis integritas”, ada yang mengemukakan bahwa yang menjadi kunci utamanya adalah integritas pemerintah. Ini juga tidak salah, bukankah ada pepatah: “jika ada balok yang di atas tidak lurus maka yang di bawah akan ikut miring”. Akan tetapi apakah partai komunis punya integritas? Bisakah meminta para pejabat korup berhenti memperdagangkan jabatan? Membuka blokir internet agar orang-orang membaca buku ini dan memahami fakta kebenaran? Mengakui pemalsuan sejarah yang dilakukan partai? Ini sama saja dengan meminta pada harimau agar mau dikuliti.

Ada yang mengemukakan, harus memperkuat sistem hukum, agar pemalsu dihukum berat dan tidak berani melakukan pemalsuan lagi. Tapi masalahnya adalah siapa yang mengawasi dan menegakkan hukum? Siapa yang mengawasi pejabat yudisial? Siapa yang akan menjamin integritas para pejabat Biro Pengawas Kualitas akan bertindak bersih?

Pada akhirnya, ada orang menyerukan agar kembali pada kebudayaan tradisional. PKT juga sedang menekankan pendidikan kebudayaan tradisional. Namun bicara soal kebudayaan tradisional di atas dasar ateisme dengan ajaran PKT yang moralnya telah hancur, apa bedanya? Apakah memberitahu masyarakat tentang “Ziyue” (perkataan Konfusius) dan “Shiyun” (puisi dalam kitab Shijing), maka mereka akan lantas menjaga integritas?

Sebagai contoh, ketika seluruh industri yang menambahkan Melamin CH6N6 ke dalam produk susu tidak menanggung konsekuensi apa pun, perusahaan yang menjalankan bisnis dengan jujur akan tersingkir dalam menghadapi persaingan biaya. Pada saat itu, tantangan yang dihadapi masyarakat adalah harus memilih antara bertekad menjaga integritas walau merugi, atau mengikuti arus meraih untung dengan mudah?

Menghadapi masyarakat yang paham betul bahwa menjadi orang baik tidak menguntungkan, yang disebut “kebudayaan tradisional” partai yang telah dicongkel kandungan makna ilahinya oleh PKT, tidak akan mampu memberikan alasan bagi masyarakat untuk menjaga integritasnya.

Sebenarnya, jika kita mencari kembali kandungan makna dalam kebudayaan warisan Dewa yang telah dicongkel keluar oleh PKT, persoalan ini sangat sederhana. Bagi orang yang percaya bahwa “tiga kaki di atas kepala ada Dewa”, ia akan tegar menjadi orang baik, karena sifat tulus memegang janji adalah pondasi perilaku manusia yang diberikan Tuhan, seperti tulisan yang bisa ditemukan di kuil mana pun di masa lalu: “anda menipu anda tapi saya tidak menipu anda; manusia merugikan manusia tapi Langit mana mungkin merugikan manusia”. Walaupun tidak mungkin setiap orang akan begitu berhati mulia, di dalam masyarakat tradisional ada orang berbudi luhur juga ada orang rendahan, namun di tengah masyarakat modern dimana “setiap orang mencelakakan saya, saya mencelakakan setiap orang” semacam ini, selama ada sebagian orang ikhlas mengalami kerugian dan bertekad menjunjung prinsip-prinsip moral, maka akan ada lebih banyak orang lagi yang akan terbangkitkan sifat baiknya.

“Krisis integritas” di Tiongkok, mulai dari seruan rakyat di era 1980-an, hingga proposal Kongres Rakyat Nasional dan laporan pemerintah di tahun milenium yang secara khusus menyatakan ingin membangun masyarakat yang memiliki integritas, hingga ilmu sosiologi, psikologi dan hukum di zaman sekarang, semuanya sedang menelitinya. Beberapa dekade terakhir, masalah integritas justru semakin lama semakin mengalami krisis, ini jelas bukan sebuah persoalan sederhana yang sedang berada dalam “pengembangan”.

Akibat ajaran pertarungan dan kebohongan yang ditanamkan partai komunis bagi rakyat Tiongkok, telah menyebabkan hati sebagian besar masyarakat menjadi tertutup dan cenderung melindungi diri sendiri. Sangat sulit bagi masyarakat untuk benar-benar percaya orang lain, ini telah menciptakan semacam kondisi mental abnormal yang mewaspadai orang lain, merasa dunia adalah tempat yang berbahaya, hubungan antar manusia adalah palsu. “mengandalkan gunung, gunungnya roboh” [12] dijunjung sebagai prinsip kebenaran. “Bertemu manusia menggunakan bahasa manusia, bertemu setan menggunakan bahasa setan” telah menjadi normalitas masyarakat, menangani hubungan antarpribadi yang abnormal semacam ini terasa sangat menderita dan melelahkan, tapi juga tidak mampu melepaskan diri, setiap orang juga ikut berkontribusi mendorong arus menambah ombak, sehingga etos sosial menjadi bertambah buruk.

Persoalan integritas yang selama beberapa dekade terus diserukan tiada akhir serta menimbulkan krisis tanpa henti, bersumber dari diputar-balikkannya nilai-nilai tradisi oleh PKT, bersumber dari konsep nilai “meraup keuntungan besar secara diam-diam” yang gencar dipromosikan oleh PKT, bersumber dari orang-orang yang dipaksa untuk saling tidak percaya dan saling mengungkap dalam pertarungan massal yang diprovokasi oleh partai komunis. Ketika hendak menyelesaikan masalah, didapati bahwa segala upaya keras akan menjadi persoalan sulit tak terselesaikan begitu berhadapan dengan PKT, karena persoalan itu adalah ciptaan PKT sendiri.

d. Jauh melampaui “hanya mengejar keuntungan semata”

Beberapa tahun terakhir, berita mengenai “wanita kaya pamer harta” dan “wanita mata duitan” terus bermunculan, tanpa henti memicu perdebatan panas masyarakat. Sejumlah wanita muda itu, lewat media internet, secara berlebihan memamerkan status, kekayaan, cara, memamerkan rumah mewah, mobil bermerek, tas bermerek, jam tangan dan perhiasan miliknya. Di dalam suatu acara perjodohan di TV, ketika seorang peserta pria yang gemar bersepeda berstatus pengangguran, bertanya kepada beberapa peserta wanita: “Di kemudian hari apakah bersedia menemani saya bersepeda?” Seorang model wanita dengan spontan berkata: “Lebih baik saya duduk menangis di dalam BMW.” Ada yang bahkan terang-terangan meneriakkan slogan “keluarkan materi yang lebih heboh lagi”.

Pada saat terang-terangan menyembah harta seperti ini menimbulkan kegaduhan opini publik, juga telah memancing banyak perasaan iri hati. Ini adalah kondisi abnormal masyarakat, adalah indikasi serius terbaliknya nilai kehidupan, adalah wujud mutan di bawah kondisi sejarah baru budaya PKT. Dari materialisme yang merupakan leluhur partai komunis hingga terang-terangan menyembah harta di zaman sekarang, sebenarnya hanya terpisah jarak satu langkah.

e. Era menilai keburukan

Cita rasa manusia menilai keindahan dan tolak ukur moralitas saling berkaitan. Yang dinikmati oleh manusia normal adalah kesenian yang indah, murni, ramah dan cemerlang. Ketika moralitas telah jatuh tergelincir dengan serius, manusia pun mulai menyukai hal-hal buruk, bahkan memperlakukan hal-hal buruk ini sebagai kesenian yang dipuja. Yang disebut dengan seni semacam ini sebaliknya juga akan mengerakkan moralitas manusia selangkah lebih anjlok, pada akhirnya membuat manusia menjadi bukan manusia.

Dalam dua hingga tiga dekade terakhir, masyarakat Tiongkok telah menyanjung hal vulgar sebagai mode, menganggap hal buruk sebagai seni. Di Tiongkok ada seniman memakan daging anak kecil yang telah mati, tubuh telanjang dilumuri madu duduk di dalam toilet untuk menarik lalat menempel sekujur tubuh, disanjung dengan nama “perilaku seni”. Banyak sekali orang terkejut dan berseru, Tiongkok telah memasuki era menilai keburukan!

Mainan anak-anak zaman dulu, masyarakat menyukai yang bagus dan yang indah dilihat, mainan zaman sekarang, semakin buruk dan semakin aneh maka akan terjual semakin cepat.

Sejumlah selebriti daring demi memenangkan posisi, menggunakan keburukan sebagai keindahan. Mereka mengandalkan komentar dan aksi heboh, menantang batasan minimum terhadap keburukan dan keanehan yang mampu diterima masyarakat, tidak merasa malu karenanya, sebaliknya justru merasa bangga. Banyak kaum muda bahkan mengagumi “aksi memperoleh ketenaran” mereka.

Yang lebih tidak masuk akal lagi adalah, banyak kota di Tiongkok, telah bermunculan restoran dengan tema toilet. Restoran didekorasi bergaya toilet, menggunakan mangkuk makan berbentuk kloset sebagai wadah nasi dan sayur, juga es krim berbentuk tinja. Menurut berita, tamu yang datang kebanyakan adalah kawula muda.

2. BAHASA

a. Bahasa partai layaknya vampir

Sebuah buku berjudul “Mencerai-beraikan Budaya Partai” pernah secara sistematis menganalisis merebaknya bahasa partai di bawah pemerintahan PKT, seperti saling memanggil “kamerad”, juga ada kosakata bergaya bahasa ala partai, yang menopang operasi jangka panjang medan iblis materi budaya partai, seperti:

1) Semangat Kongres, rute politik, pemahaman dan laporan ideologi --- cara pengendalian mental dari ajaran sesat PKT;

2) Pemimpin, unit kerja, organisasi, arsip, pengadilan politik dan sistem KK --- bentuk organisasi yang memantau ketat;

3) Propaganda, implementasi, eksekusi, penggalangan, pekerja teladan, atasan, delegasi dan komite --- struktur organisasi yang diatur ketat secara hierarki;

4) Perjuangan, inspeksi, pertarungan, kritik dan oto-kritik --- hasutan bertarung demi mengisi-ulang daya “partai”.

Dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi, sejak kecil rakyat Tiongkok telah terendam dalam bahasa partai. Siswa sekolah dasar menulis karangan harus menulis “Syal Merah [13] selamanya mengikuti langkah partai”; “Saya mencintai partai XX”; “Patuh perkataan partai, mengikuti langkah partai”, terus berlanjut hingga dewasa masih harus menuliskan laporan hasil studi pemahaman “XX yang agung”. Berkeliling di jalan besar dan gang kecil Tiongkok, dari era Yan’an [14], hingga “memasuki zaman baru” [15], lagu merah dari berbagai era masih tetap bergaung di udara.

Ada yang mungkin tidak peduli, merasa zaman telah berubah, masyarakat zaman sekarang walaupun masih menggunakan istilah seperti ini, tapi sudah tidak sepenuh hati memercayainya lagi. Masalah terletak pada: walaupun tidak sepenuh hati memercayainya, mayoritas orang masih menggunakan bahasa ini! Ini menjelaskan bahwa: bahasa partai telah merasuk ke dalam bahasa kebangsaan, sama seperti sebuah tumor ganas, semakin tumbuh semakin besar, jiwa yang dilekatinya justru tergantung pada tumor ganas ini, bahkan sudah tidak mungkin memotong dan menyingkirkannya.

b. Perkataan yang dipenuhi dusta

“Sebagai manusia seharusnya berprinsip pada kejujuran. Partai komunis mengandalkan kekerasan dan tipu muslihat untuk mempertahankan kekuasaannya, berbohong adalah ketrampilan yang harus disiapkan dan teknik yang sangat dikuasai para pejabat PKT. Setelah pembantaian Tiananmen 4 Juni [16], juru bicara konferensi pers menghadapi pertanyaan para wartawan dalam dan luar negeri, menjawab seolah tak berdosa: “Di Lapangan Tiananmen tidak ada seorang pun yang mati.” Belasan tahun kemudian, ketika PKT mencurahkan seluruh kekuatan negara untuk menganiaya Falun Gong, juru bicara konferensi pers masih saja sesumbar seolah tanpa dosa mengatakan: “Kondisi HAM di Tiongkok sedang berada dalam periode terbaik dalam sejarah.”

Anak-anak sejak kecil sudah diajari berbohong, pelajaran politik, pelajaran sejarah dan pelajaran bahasa penuh dengan kata-kata bohong, ketika menjawab pertanyaan, mutlak tidak diperbolehkan melampaui batasan yang telah ditentukan. Anak-anak itu setelah tumbuh dewasa, begitu membuka mulut langsung berbohong, sama sekali tidak ada rasa bersalah. Dari juru bicara pemerintah hingga Fokus Berita [17] dan Xinwen Lianbo [18] yang menjadi corong media, dari laporan pejabat partai pada berbagai tingkat hingga ke penelitian akademis bidang literatur dan sejarah, di area publik hingga kehidupan keluarga, masyarakat Tiongkok dipenuhi dengan kata-kata bohong yang tak terhitung banyaknya. “Surat kabar People’s Daily hanya tanggalnya saja yang benar, sisanya adalah palsu”. Semua ini adalah pemahaman sejak beberapa dekade lalu. Tiongkok benar-benar menjadi sebuah negara yang penuh dengan kebohongan. Orang yang berani mengungkap kebenaran dan fakta amat langka, malah dipandang sebagai makhluk aneh, bahkan akan ramai-ramai dibungkam. Ini adalah salah satu akibat langsung dari perusakan moral masyarakat di segala aspek oleh PKT.

c. Omong kosong yang dipopulerkan

Tiongkok kuno mungkin adalah negara dengan tingkat pendidikan kebudayaan pejabat paling tinggi dalam sejarah dunia. Mulai dari Dinasti Han, Tiongkok mulai memiliki sistem seleksi pejabat yang relatif lengkap, sistem ujian negara sejak Dinasti Sui yang terus berlanjut hingga Dinasti Qing, telah menyeleksi banyak talenta luar biasa memasuki pemerintahan, membantu kaisar dalam memerintah negara. Dilihat dari Sejarah Pejabat (Dua Puluh Empat Sejarah; sejarah pejabat dari 24 dinasti) dan berbagai data sejarah yang diwariskan turun-temurun, tingkat peradaban dari politik dan masyarakat Tiongkok kuno telah membuat orang modern kagum. Bait puisi yang lembut dan tulus, ajaran kuno yang hangat dan mengundang rasa hormat, semua ini membuat orang kuno berbicara dengan damai – toleran – rendah hati – sopan santun; bahasa gembel sama sekali tidak pernah populer.

Semua ini sepenuhnya berbeda di tangan partai komunis. Ketika PKT didirikan oleh kaum lumpen proletariat (lit: kaum berandalan rendahan; sampah masyarakat dalam Marxisme), kata-kata vulgar pemimpin PKT terang-terangan dimasukkan ke dalam dokumen, koran, kumpulan sastra bahkan dalam puisi, menjadi objek yang ditiru masyarakat. “Prinsip Marxisme, berawal dari banyak hal, namun disimpulkan dalam satu kata: Memberontak adalah beralasan” (oleh Mao Zedong). “Demi keberhasilan revolusi dunia, kami siap mengorbankan nyawa tiga ratus juta orang Tiongkok (kata Mao kepada Stalin).” “Kentut yang dikeluarkan tidak selalu harum, di sini juga ada pertentangan, ada yang harum juga ada yang bau, harus diendus-endus (perkataan Mao).” Setelahnya, pemimpin setiap generasi dari partai komunis juga mengikuti pola ini, semuanya mengeluarkan ucapan ganas, mengatakan prinsip yang didistorsi, “Anak sekolah tidak patuh perintah, satu kompi senapan mesin dapat langsung menyelesaikannya” yang diucapkan Deng Xiaoping (pemimpin PKT 1978-1990), “Diam-diam meraup kekayaan” yang menjadi slogan Jiang Zemin, “Cemarkan reputasinya, bangkrutkan ekonominya, hancurkan tubuh fisiknya” yang ditujukan terhadap Falun Gong, baik secara substansial maupun cara ekspresi semuanya jahat luar biasa. Bawahan mengikuti atasan, hawa kekejaman menyelubungi seluruh masyarakat.

d. Umpatan kotor yang merambah Langit menyelimuti Bumi

Degradasi PKT adalah tanpa batas minimum, dan degradasi orang Tiongkok yang disebabkan oleh PKT juga adalah tanpa batas minimum. Sekarang ini banyak sekali orang Tiongkok yang kosong dan putus asa, terpaksa mengandalkan marah-marah kepada orang lain untuk mempertahankan keseimbangan psikologi, menggunakan kata-kata kotor untuk melepaskan beban kekesalan dalam hati, merendahkan diri untuk menampilkan perasaan keberadaan yang rendah dan tidak dianggap. Puluhan ribu orang secara serentak dengan suara keras meneriakkan kata kotor telah menjadi pemandangan biasa di arena kompetisi sepakbola Tiongkok; berbagai macam kata yang merendahkan diri telah menjadi jargon yang popular, dan digunakan jutaan kali oleh warganet setiap harinya.

Internet bahasa Mandarin dibanjiri oleh berbagai macam umpatan yang sulit digunakan. Dalam kehidupan nyata, bahkan gadis remaja di keramaian umum juga dapat mengucapkan kata-kata kotor dengan bebas tanpa kekangan. Manusia yang menggunakan bahasa vulgar seperti ini, betapa kotor dan liar dunia spiritualnya!

3. PERILAKU RENDAHAN

Tiongkok terkenal luas karena menjunjung tinggi kebenaran dan etika. Dalam catatan klasik pra-Qin (sebelum berdirinya Dinasti Qin) yaitu Tiga Li (Zhouli atau Rites of Zhou), Yili (Rites and Ceremonies), Liji (Classic of Rites), secara detail mencatat sopan santun dan ritual orang Tiongkok kuno yang sangat kaya dengan keindahan, juga telah menggali asal-usul jalan (Tao) Langit dari Li (etika) dan filosofi di balik Li (etika) tersebut. Semangat dari Li (etika) semacam ini senantiasa diwariskan hingga sebelum terbentuknya PKT. Ada orang mungkin masih ingat betapa santun dan sopannya orang tua yang berpendidikan sebelum tahun 1949. Sayangnya, setelah beberapa dekade pemerintahan PKT, semua ini telah dirusak hingga lenyap.

Li (etika) harus memiliki Jie (batasan), Jie (batasan) tepatnya adalah Jie Wen (batasan kebudayaan), juga disebut “tata aturan”. Zaman dulu ketika mengajari anak kecil, pertama-tama yang diajarkan adalah aturan dasar dalam kehidupan sehari-hari yaitu “menyiram air-menyapu, memperlakukan orang lain, datang-mundur saat ada tamu”. Masyarakat generasi tua sering berkata: “Jadi manusia harus ada sikap selayaknya manusia.” Perkataan sederhana ini di dalamnya berisikan prinsip yang sangat mendalam. Tuhan telah menetapkan norma perilaku kepada manusia, dan diwariskan turun-temurun bagi setiap generasi melalui catatan kuno, ritual, tradisi dan lain-lain.

Aturan keluarga dan didikan keluarga adalah bagian penting dari kebudayaan tradisional Tiongkok. Aturan dan didikan keluarga Tiongkok telah diwariskan selama ribuan tahun, ini membuktikan eksistensinya memang sangat penting bagi keluarga dan masyarakat. Buku Pantangan Anak (surat untuk putra Zhuge Liang yang bernama Zhugen Zhan yang berumur 7 tahun) yang ditulis Zhuge Liang dari periode Samkok (Tiga Kerajaan), Konstitusi Pantangan Kaisar (didikan keluarga bagi keluarga kaisar Dinasti Tang) yang ditulis Tang Taizong (Li Shimin), Pepatah Didikan Keluarga yang ditulis Kaisar Kangxi, Didikan Keluarga Marga Yan yang ditulis oleh Yan Zhitui era Dinasti Selatan dan Utara dan lain-lain semua merupakan norma-norma sebagai seorang manusia dan untuk mempertahankan otonomi keluarga, serta telah memainkan peran aktif dalam pendidikan generasi selanjutnya, etika keluarga, urusan keluarga, pengembangan diri, perilaku dalam masyarakat, membangun keluarga dan mendirikan usaha, mengabdi pada negara dan aspek lainnya. Sampai sebelum PKT merebut kekuasaan, rakyat Tiongkok masih mewariskan banyak aturan dan didikan keluarga, yang menjadi fondasi bagi masyarakat dalam menjaga perilaku hidup bermasyarakat. Ada orang pernah menyimpulkan didikan keluarga yang tersebar sangat luas itu dalam tiga puluh hal, di antaranya termasuk:

Tidak boleh menyapa orang yang lebih sepuh tanpa menggunakan kata Nin (arti: anda, versi yang lebih sopan dari kata Ni: kamu); tidak boleh menggoyangkan kaki; tidak boleh langsung berbicara tanpa memanggil gelar atau nama; tidak boleh berteriak di tempat umum; tidak boleh mengucapkan kata-kata tanpa dasar; jika tuan rumah sudah menggerakkan sumpit tamu baru boleh menggerakkan sumpit; pulang ke rumah harus menyapa orang yang lebih tua dan lain-lain.

Meskipun kelihatan sepele, namun untuk mengatur perilaku pribadi, mengharmoniskan hubungan interpersonal, ini merupakan hal yang sangat penting.

Sikap perilaku manusia adalah wujud eksternal dari pendidikan, karakter moral dan kecerdasan manusia. PKT merusak moralitas, agar manusia berbicara dan bertindak sesuka hati, tanpa aturan, berperilaku rendahan, sehingga membuat sekelompok besar manusia berubah menjadi manusia tingkat rendah.

Masyarakat Tiongkok kuno memandang penting sikap dan penampilan seseorang, meminta orang untuk “berdiri bagaikan cemara, duduk bagaikan lonceng, berjalan bagaikan angin, tidur bagaikan busur”, orang Tiongkok zaman sekarang banyak sekali yang punggung bungkuk pinggang bengkok, berjalan dengan gaya aneh, postur tidak senonoh, temperamen tidak baik.

Di dunia internasional, perilaku turis Tiongkok sering kali membuat orang mengernyitkan alis mata. Mereka bicara dengan suara keras dan gaduh, merokok di tempat-tempat wisata, membuang dahak sembarangan, menyerobot antrian sesuka hati, dan memanjat situs sejarah sesuka hati. Peningkatan pesat jumlah wisatawan Tiongkok namun tanpa sikap yang beradab, membuat orang Swiss “merasa tertekan”, ada turis komplain wisatawan Tiongkok yang meludahkan dahak sembarangan di kereta, dan menempel pada sepatu wisatawan lain. Untuk menangani masalah ini, Swiss menambahkan “gerbong khusus” bagi wisatawan Tiongkok.

Terlebih lagi, pada tahun 2015, seorang wanita Tiongkok memegangi anaknya buang air besar di depan toko eksklusif merk terkenal Inggris Burberry. Pada tanggal 2 Agustus 2016, pada sebuah rombongan turis Tiongkok yang mengunjungi Saint Petersburg, Rusia, seorang ibu yang anaknya kebelet membiarkan anaknya langsung buang air kecil di lantai kayu mewah di aula besar Catherine Palace, Rusia, yang memiliki nilai sejarah panjang. Insiden tersebut mengejutkan semua staf kerja di Catherine Palace, dari kepala istana sampai staf pelayanan biasa semuanya bergegas datang ke tempat kejadian tersebut untuk memeriksa dan menangani situasi ini. Staf kerja mengatakan, bahwa hal semacam ini baru terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Apakah kualitas warga Tiongkok sungguh sedemikian payah? Sebenarnya tidak selalu demikian. Rendahnya kualitas masyarakat sekarang adalah akibat dari penghancuran kebudayaan tradisional selama beberapa dekade oleh partai komunis.

4. MANUSIA SEPERTI MAKHLUK ANEH, TIDAK MIRIP MANUSIA

Rupa terbentuk dari hati, perubahan hati manusia akan memengaruhi tampak luar dan ekspresi manusia. Di bawah perusakan dan mutasi yang dilakukan oleh PKT, warga Tiongkok tidak hanya jiwanya berubah menjadi tandus dan kasar, bahkan penampilan dan ekspresinya pun sudah berubah hingga menjadi tidak sama lagi.

Beberapa tahun terakhir foto-foto lama kembali populer di masyarakat, warga Tiongkok zaman sekarang mulai bernostalgia mendambakan kesederhanaan dan keluguan masyarakat dulu. Sosok dan sikap orang di dalam foto dari masa Qing akhir (akhir era Dinasti Qing) dan masa pemerintahan Nasionalis (pemerintahan sebelum PKT) terlihat berpenampilan seperti manusia, pria seperti pria, wanita seperti wanita, dapat menampilkan sikap elegan seorang manusia dan akumulasi nilai dari kebudayaan tradisional. Banyak orang yang setelah melihat foto leluhurnya sendiri beberapa dekade lalu, semua menghela nafas melihat kemurnian dan kebaikan pada ekspresi manusia saat itu.

Dalam karya film tradisional Barat ataupun Timur, peran tokoh baik umumnya indah dan menjadi dambaan orang, peran antagonis adalah bersifat bertolak belakang dan negatif, buruk dan rendahan. Sebelum PKT mengambil alih kekuasaan, masyarakat tumbuh dewasa di tengah sebuah kebudayaan yang normal, lebih banyak didominasi unsur-unsur positif, ini sebabnya bentuk luar dan ekspresinya penuh muatan positif. Aktor seperti ini untuk memainkan peran jahat, acap kali harus berulang kali mencoba untuk “berubah” jahat, namun tetap saja sangat sulit untuk menjadi mirip. Aktor daratan Tiongkok zaman sekarang adalah tumbuh dewasa di atas tanah beracun kebudayaan PKT, ekspresi dan penampilan luarnya tidak memiliki cukup unsur positif, sifat jahat hawa berandalan merajalela, berperilaku rusuh dan tidak benar, untuk memerankan orang baik harus belajar dulu, bagaimana pun mempelajarinya tidak mirip; bila memerankan orang jahat tak perlu belajar, dengan sendirinya dapat diperankan dengan sangat mirip.

Masyarakat zaman dulu menggunakan istilah “hawa siluman” dan “sifat iblis” untuk merendahkan, seiring dengan meningkatnya unsur negatif di masyarakat, sekarang ada orang menggunakan istilah “memiliki hawa siluman” untuk memuji seorang aktor berkharisma, bertalenta, dan kreatif. Istilah “sifat iblis” telah menjadi sebuah kata sifat yang positif, untuk menggambarkan sifat manusia, hal, dan objek yang aneh namun menarik. Kawula muda sering menggunakan istilah “orang ini sungguh bersifat iblis”, “suara tawa yang bersifat iblis” dan lain-lain sebagai ekspresi kagum. “Memiliki hawa Siluman” telah menjadi nama sebuah situs manga (komik), “Kantor Administrasi Siluman” telah menjadi judul serial TV, para kru film fokus pada tema “di dalam hati setiap manusia hidup sesosok siluman”, dan merekrut aktor dari seluruh dunia yang “memiliki hawa siluman”. Dari aspek lateral ini mengindikasikan, melalui perusakan budaya, sudut pandang estetika masyarakat telah mengalami perubahan yang begitu besar.

Di masyarakat sekarang ini banyak warga Tiongkok memiliki watak dan penampilan yang vulgar dan buruk, cara berpakaian dan sikap yang tidak baik, gemuk dan buruk, mengenakan pakaian yang mencolok dan menyilaukan, berpakaian piyama turun ke jalan telah menjadi hal lumrah masyarakat. Sekarang ini banyak sekali anak laki-laki yang tidak memiliki aura maskulin, berbicara terdengar kekanak-kanakan, kewanita-wanitaan, badan kurus dinilai indah, menyemir rambut, sorot matanya jelalatan, sikap dibuat-buat, bukan lelaki juga bukan wanita. Baju super ketat, celana setengah tiang, rambut dicukur seperti tutup teko, seperti sarang burung, atau menyisakan seonggok besar rambut seperti wig menutupi kepala. Anak perempuan berpakaian netral (unisex), gaya rambut aneh, wajah tanpa ekspresi, pandangan mata suram dan dingin, akibat pengaruh filosofi bertarung, kelembutan dan kebersihan tradisional telah digantikan dengan kekerasan dan kelicikan, semakin lama semakin tidak ada “citra wanita”. “Lagak imut”, “gaya muda”, “gaya keren”, menjadi populer di masyarakat, perilaku orang dewasa mengarah kekanak-kanakan, bertingkah manja dan pura-pura merajuk tanpa melihat situasi.

Tidak perlu dibandingkan dengan masyarakat klasik, bandingkan saja dengan beberapa dekade lalu, orang seperti ini sudah sangat jauh di bawah standar penampilan dan perilaku yang ditetapkan oleh Tuhan bagi manusia, penampilan luar terlihat seperti makhluk aneh, inikah manusia yang awalnya diciptakan Tuhan? Apakah Tuhan masih menganggap manusia seperti ini sebagai manusia? Apakah manusia semacam ini tidak dalam bahaya?

III. NEGARA PARTAI KOMUNIS TIONGKOK MENJADI DUNIA SERIGALA

1. TIDAK HORMAT PADA YANG TUA

Kongzi (Konfusius) berkata: “… di usia lima puluh mengetahui Mandat Langit, di usia enam puluh semuanya terdengar menyenangkan, di usia tujuh puluh bertindak sesuka hati tanpa melewati batas (Lunyu Konfusius).” Kaum manula tradisional di Tiongkok merupakan kelompok yang paling dihormati orang dalam masyarakat dikarenakan kebijaksanaan dan pengalaman, harga diri dan kemurahan hatinya.

Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing pernah dua kali mengadakan perjamuan seribu bangsawan di Taman Changchun dan Istana Qianqing, untuk menjamu lebih dari seribu orang berusia di atas 65 tahun meliputi para menteri, sastra, maupun militer, dari etnis Mongol, Manchuria, Han hingga para pensiunan pejabat. Pada dua perjamuan di Istana Qianqing, Kangxi bersulang bagi para lansia yang hadir di perjamuan, para pangeran dan cucu kaisar berdiri dan menyaksikan, dan menuangkan arak kepada para lansia tersebut. Untuk memperingati kedua pertemuan besar ini, di tengah acara Kaisar Kangxi menuliskan sajak Perjamuan Seribu Bangsawan, serta memerintahkan para menteri untuk “mencatat peristiwa ini dalam sajak”.

Sebaliknya sekarang ini, banyak sekali perilaku manula yang sering membuat orang mengernyitkan alis. Yang disebut “tarian plaza”, “kelompok jalan dadakan” mengganggu warga dan menimbulkan keluhan di mana-mana sudah bukan berita baru. Pada Juni 2017, orang tua tarian plaza di Luoyang bertengkar dengan anak muda memperebutkan lapangan basket, tanpa ragu melayangkan pukulan ke arah anak muda pemain basket di sana. Berbagai macam muslihat “tabrakan rekayasa” (untuk memeras) bermunculan, para korban pun sulit mendapat keadilan, ada derita sulit mengadu, terciptalah fenomena aneh masyarakat “orang tua tidak ada yang berani membantu, anak kecil tidak ada yang berani melindungi”. Ada seorang lansia dengan sengaja menabrakan diri ke mobil ingin memeras uang ganti rugi, tanpa merasa bersalah berkata, “Saya kan sudah tua!” Maksudnya adalah dirinya sudah berusia lanjut, mengerjakan hal lain sudah tidak sanggup lagi, demi memperoleh uang melakukan hal jahat seperti itu, masih merasa dirinya benar. Seorang lansia di Xi’an karena seorang anak gadis tidak bersedia mengalah tempat duduk kepadanya di bus, langsung saja pantatnya duduk di atas tubuh anak gadis tersebut. Di sejumlah kota bahkan bermunculan pemandangan ekstrim para orang tua secara kolektif mencari PSK di tempat umum.

Ada yang mencemooh mengatakan: “Bukan orang tua telah berubah jahat, melainkan orang jahat telah menjadi tua.” Persoalan semacam ini pasti bukan kebetulan. Beberapa generasi manusia yang terlahir setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) berkuasa, secara bertahap telah memasuki usia tua. Era ketika mereka tumbuh dewasa, bertepatan masa ketika partai komunis berkali-kali meluncurkan gerakan politik. Orang-orang ini tak hanya belum pernah memperoleh pengaruh dari kebudayaan tradisional, sebaliknya malah terdidik dengan teori pertarungan kelas PKT, di dalam tulang telah tertanam “kebencian” milik roh jahat. Mereka mengalami sendiri pukul, rusak, rampok di tengah Revolusi Kebudayaan, ada sebagian yang merupakan anggota “Tentara Cilik Merah” atau “Garda Merah”. Berbagai macam tindak-tanduk mereka yang tidak beradab, tak lebih hanyalah kelanjutan dari perilaku yang dikembang-biakkan oleh PKT di masa muda mereka.

2. ANAK KECIL YANG LICIK DAN DEWASA SEBELUM WAKTUNYA

Banyak anak kecil di Tiongkok akibat pengaruh dari orang tua dan masyarakat, telah menampilkan kedewasaan sebelum waktunya yang tidak sesuai dengan umur. Mereka mengerti apa saja, bahkan sangat licik. Ada anak kecil yang berterus terang: “Setelah dewasa ingin menjadi pejabat korup.”

Di sebuah tayangan TV ada sepotong dialog antara anak kecil dan orang dewasa. Putra dari mantan kepala biro anti-korupsi, yang masih duduk di sekolah dasar, ceritanya saat pelajaran olahraga bila ingin bermain sepakbola, maka harus menyuap, namun setelah dia menyerahkan uang bahkan posisi pemain cadangan pun tidak diperbolehkan, maka amarahnya pun meledak. Dia sendiri juga punya jalan untuk menghasilkan uang, bila teman sekelas ingin mencontek pekerjaan rumahnya, dia akan memungut lima yuan setiap kalinya, ketika kondisi pasaran kurang bagus maka hanya dipungut tiga yuan saja. Umur sekecil itu, sudah mempunyai pemahaman kehidupan yang sama sekali tak sesuai dengan kepolosan seorang anak kecil --- “Jika tidak mengeluarkan uang tidak akan bisa menangani masalah, sekarang semuanya demikian”. Ini adalah isi cerita dalam serial TV, dan agar tidak merusak “tema utama” PKT, hal yang merefleksikan sisi gelapnya sangat terbatas, namun cerita di kehidupan nyatanya hanya akan lebih parah dari ini.

Pertunjukan nyanyi dari seorang remaja 14 tahun sangat populer di internet, “atraksinya” sangat tak senonoh dan vulgar, internet berkomentar bahwa pertunjukannya itu “seratus persen berbau busuk”. Semua orang normal yang menyaksikan “pertunjukannya”, akan merasa mual dan muak. Pada usia 14 tahun, seharusnya masih lugu dan polos, usia pertumbuhan, masanya belajar ilmu pengetahuan, namun telah disia-siakan hingga seperti bukan manusia. Yang paling menakutkan adalah, atraksi yang tidak senonoh semacam ini justru memperoleh popularitas yang sangat tinggi, bagaimana bisa manusia tega melihatnya! Seiring dengan merosotnya moral, baru-baru ini platform siaran langsung di daratan telah muncul adegan murid sekolah dasar dan anak di bawah umur dilucuti pakaiannya, disiarkan langsung dalam kondisi telanjang. Seorang anak sekolah dasar yang mengklaim diri lahir tahun 2005 dalam dialog dengan investigator lewat Wechat menyatakan, dirinya melakukan siaran langsung telanjang bukan demi uang, melainkan untuk “bersenang-senang”; bahkan dengan bangga dia berkata, di dalam kelompoknya dirinya memiliki fans paling banyak.

“Butuh sepuluh tahun menumbuhkan pohon, butuh ratusan tahun menegakkan manusia” (kutipan: Guanzi; Guan Zhong; filsuf Dinasti Zhou; Musim Semi dan Gugur). Kebiasaan masyarakat sebagai akibat dari pengejaran materi yang dipromosikan secara antusias, racun yang ditanamkan secara sengaja oleh PKT, telah menciptakan ribuan jutaan kawula muda semacam ini, siapa yang punya kemampuan untuk menghapus segala akibat buruknya?

3. MORALITAS LAWAN JENIS JATUH BERGUGURAN

Kesucian moralitas lawan jenis (sexual morality), hubungan suami istri yang normal, adalah bagian penting dari gaya hidup yang ditentukan oleh Tuhan. Dalam Zhong Yong (ajaran Konfusius) tertulis: “Jalan (Tao) dari seorang budiman, bermula dari hubungan normal suami istri, sampai pada puncak pemahamannya, akan dapat memahami Langit dan Bumi.” Kekacauan hubungan seksual, adalah warta awal dari jatuhnya sebuah negara.

Jatuhnya Kekaisaran Romawi, hancurnya kota kuno Pompeii, sangat erat kaitannya dengan moral seksual yang runtuh. Dalam Alkitab tercatat dua kota Sodom dan Gomorrah yang dihancurkan oleh Tuhan, yang juga dipenuhi kecabulan dan asusila. Tiga dekade awal PKT, mendorong asketisme [19] di dalam masyarakat, sebaliknya kader pimpinan tingkat tingginya justru berperilaku seksual kacau balau, menurut laporan perempuan yang telah dipermainkan Mao Zedong mencapai ribuan orang banyaknya.

Setelah era 1980-an, meskipun dalam hal politik PKT masih mencengkeram erat, namun sebaliknya dalam kehidupan pribadi malah secara sengaja melonggarkan degradasi rakyat. PKT sangat paham, hanya dengan mengubah rakyat menjadi individu yang egois, dingin, serakah, cabul, maka rakyat akan menjadi tidak tertarik juga tidak mampu lagi peduli pada publik, maka PKT bisa dengan bebas mengacau. Pejabat partai berbagai tingkatan memiliki istri kedua dan memelihara simpanan, sudah tak perlu dibahas lagi, rakyat jelata juga ikut mendorong arus ini, sehingga menyebabkan runtuhnya moralitas seksual. Berbagai jenis tempat asusila tersebar di mana-mana, zona lampu merah bawah tanah banyak sekali jumlahnya. Pijat, basuh kaki, salon, club… di seluruh dunia tidak ada satu pun negara yang memiliki begitu banyak macam tempat maksiat. Menurut data statistik, jumlah PSK di Tiongkok sudah mencapai 20 juta orang, 4 juta orang di antaranya adalah PSK profesional. Yang disebut dengan situs portal di Tiongkok, bahkan situs pemerintah PKT, Xinhua News, juga People’s Daily, tulisan provokatif dan gambar serta video pemicu seks dapat ditemukan di mana saja, ingin menghindar pun tidak bisa.

Untuk merefleksikan betapa tidak senonoh kehidupan seksual yang kacau balau pejabat PKT zaman sekarang, warganet pernah mengadakan kompetisi penghargaan pemilikan istri kedua menyindir para pejabat negara, dan terpilih sembilan kategori pemenang, yakni penghargaan jumlah simpanan terbanyak, penghargaan tingkat pendidikan para istri simpanan, ada lagi yang disebut penghargaan akademis, penghargaan mudanya usia istri simpanan, penghargaan manajemen, serta penghargaan menghamburkan uang… birokrat PKT bejat tiada malu, semua pejabat sama saja.

Dengan kendali ekstrim ketat PKT terhadap masyarakat, bila sungguh berniat membasmi asusila, mutlak tidak mungkin dibiarkan hal berbau maksiat membanjir sedemikian rupa. Penjelasan satu-satunya adalah, keruntuhan moralitas seksual di Tiongkok, justru adalah kebijakan yang ditetapkan oleh PKT, juga merupakan jurus utama roh jahat komunis memusnahkan manusia di saat terakhir.

Menurut sejarawan, kekacauan seksual masyarakat, bangsa Romawi mengumbar nafsu merupakan salah satu penyebab utama hancurnya Kekaisaran Romawi Kuno. Kekacauan seksual masyarakat Tiongkok di setiap lapisan masyarakat bahkan melebihi Romawi Kuno. Beberapa tahun terakhir tingkat perceraian di beberapa kota besar bahkan melampaui 50%. Menyebarnya penyakit seksual, AIDS, adalah konsekuensi langsung akibat kebebasan seksual, karena ditutupi pemerintah, dunia luar hanya bisa melihat puncak gunung es. Makin banyak konsekuensi sosial yang diakibatkan oleh kekacauan seksual sedang menenggelamkan masyarakat Tiongkok.

4. SEMUA BIDANG DAN PROFESI MENGALAMI DEGRADASI

Ada sebuah pepatah yang tersebar luas, dalam masyarakat normal ada tiga jenis manusia yang tidak boleh terdegradasi: yang pertama adalah guru, yang kedua adalah dokter, yang ketiga adalah hakim. Guru mengajar dan mengedukasi masyarakat, memberitahu generasi penerus membedakan benar dan salah, baik dan jahat, indah dan buruk; dokter menolong yang sekarat dan menyembuhkan yang terluka; hakim menegakkan keadilan. Ketiga profesi ini membutuhkan iman kepercayaan dan etika profesi, degradasi ketiganya akan membuat masyarakat membusuk secara besar-besaran.

Sebenarnya, yang berkaitan dengan kesehatan suatu badan masyarakat tidak hanya ketiga profesi ini saja. PKT memonopoli seluruh sumber daya masyarakat, membuat moralitas dari seluruh entitas masyarakat jatuh terdegradasi tanpa batas. Korupsi sistematis dan premanisasi pemerintah membuat pejabat PKT menjadi janin paling cacat di tengah masyarakat manusia. Hakim menyatakan terang-terangan di pengadilan: “Jangan bicara soal hukum dengan saya!” Guru yang seharusnya menjadi teladan justru bersikap cabul dan memperkosa murid perempuannya; akademis dan ilmuwan yang seharusnya menggunakan riset objektif dan netral untuk mendorong perkembangan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan manusia, malah memanfaatkan kepercayaan publik terhadap gelar akademis, mengkhianati hati nurani, berkomplot membantu kejahatan. Dokter yang pernah disebut sebagai “malaikat berbaju putih” telah menjadi iblis jahat pembunuh manusia yang memperoleh keuntungan dari panen organ tubuh manusia secara hidup-hidup.

Ambil contoh kaum intelektual yang dulunya disebut “hati nurani masyarakat”, tingkat moralitas mereka sudah seharusnya mewakili kalangan atas masyarakat. Tapi, sektor akademis sebaliknya malah menjadi zona bencana paling parah bagi korupsi dan pemalsuan. Tenggelamnya moralitas di bidang akademis bisa dikatakan telah membuntu jalan bagi Tiongkok untuk berinovasi di bidang teknologi. Di antara 43 artikel yang ditarik oleh BMC Publishing Inggris bulan Maret 2015 karena terlibat pemalsuan tesis, 41 artikel di antaranya berasal dari cendekiawan Tiongkok; Agustus 2015, penerbit akademis Springer Nature menarik 64 tesis, semua tesis itu berasal dari Tiongkok; Oktober 2015, penerbit akademis Elsevier menarik 9 tesis akademis dari 5 jenis majalah, seluruhnya berasal dari Tiongkok. Tanggal 20 April 2017, Springer Nature mencabut 107 artikel asal Tiongkok yang diterbitkan antara tahun 2012 hingga 2016 oleh majalah Tumor Biology di bawah panjinya, semua artikel itu dicurigai sebagai penipuan yang melibatkan ulasan rekan sejawat, berarti ada penipuan akademis yang teroganisir dan sistematis.

Tiongkok sekarang ini tanpa diduga telah muncul sejumlah “profesi” yang belum pernah ada dalam sejarah, “tabrakan rekayasa” tersebut di atas hanya salah satu di antaranya yang relatif rendahan. Juli 2017, lulusan Northeastern University bernama Li Wenxing, terjebak dalam perangkap MLM, dan meninggal di Tianjin, di usianya yang hanya 23 tahun. Berbagai kalangan menaruh perhatian pada kasus ini, semakin banyak perangkap MLM garis keras bermunculan ke permukaan. Penipuan telepon, penipuan finansial, mencari uang dengan menggunakan anak kecil yang diculik dan dibuat cacat untuk mengemis di jalan, pengemis profesional dengan kode QR (jika ingin memberi uang tinggal pindai kode QR saja), mengemis di kasir, membunuh orang dan menjual organnya, dan lain sebagainya, tak terhitung jumlahnya, membuat orang terkejut mendengarnya.

5. CACAT OTAK KOLEKTIF SECARA PERIODIK

Setelah tahun 1989, demi membenahi krisis pemerintahannya yang bersifat periodik, PKT kembali mengulangi cara-cara lamanya, menciptakan musuh, provokasi massa saling bertarung, menghasut “kebencian” yang telah ditanamkan roh jahat di dalam tubuh warga Tiongkok, provokasi xenofobia (ketidaksukaan terhadap bangsa asing) dan emosi anti-asing. Contohnya, memanfaatkan peristiwa pengeboman Konjen Tiongkok di Yugoslavia pada tahun 1999, gelombang anti-AS diluncurkan; tahun 2005 anti-Jepang; tahun 2008 anti-Prancis; tahun 2012 anti-Jepang; tahun 2017 anti-Korsel. Pemuda dalam jumlah besar dimobilisasi bahkan berkat dorongan terorganisir dari organisasi basis maupun institusi intelijensi PKT, turun ke jalan, pukul rusak rampok bakar, menghancurkan mobil bermerek Jepang dan Korsel, mengepung supermarket Prancis, serta menghancurkan KFC.

Orang-orang ini disebut “ledakan psikosis patriotik”, dan media Hong Kong menyebut kelompok yang suka ricuh dan memaki orang “pengkhianat” ini sebagai “Garda Merah Internet”, menyindir PKT yang “pada akhirnya berhasil melahirkan Gu (serangga beracun dalam legenda)”.

Yang paling konyol dan menggelikan adalah, demi terus mengendalikan opini publik di era internet ini, PKT telah membina sangat banyak “komentator internet” dan “pengarah opini”. Dikabarkan setiap kali mengunggah akan diupah 50 sen, maka orang-orang ini disebut juga “klan 50 sen”. Yang lebih maju selangkah dibanding klan 50 sen adalah “Zi Gan Wu” (50 sen dari kocek sendiri), yaitu “klan 50 sen yang bawa ransumnya sendiri” yang tidak menerima upah. Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah kelompok baru muncul lagi, yaitu warganet muda yang membabi buta melindungi PKT, dan mereka disebut “fans merah cilik”.

Remaja muda yang menyedihkan ini, telah ditanamkan “kebencian” oleh PKT, telah dituangi sup perasuk sukma dalam jumlah banyak, juga tidak bisa melihat semua fakta di luar dinding merah, mau tidak mau secara periodik mengalami ledakan “cacat otak kolektif” dan “psikosis patriotik”.

IV. PEMANDANGAN AKHIR ZAMAN

1. KEBUDAYAAN SEPTICK TANK

Sambil menghancurkan kebudayaan tradisional, di saat yang sama PKT juga menggantikan ajaran negara dengan ajaran sesat, dan melakukan cuci otak terhadap warga Tiongkok dalam lingkungan yang tertutup. Setelah era 1980-an, pintu negara pun dibuka, akan tetapi PKT sama sekali tak ingin menampilkan kebudayaan arus utama luar negeri bagi rakyat Tiongkok, sebaliknya justru menyerap segala macam hal buruk dari Barat, Jepang, Hong Kong dan Taiwan. Dengan blokade internet, TV satelit, media cetak, PKT mengendalikan hal yang boleh terlihat oleh rakyat Tiongkok, dan hal yang ingin dihalau dari luar. Kebebasan seks, gangster, gaya hidup mutan dari Barat dan lain-lain secara sengaja dialirkan masuk ke Tiongkok, ditambah lagi budaya partai PKT, segala “budaya” kotor dan menjijikkan mulai mengendap dalam suatu lingkungan yang relatif tertutup. Hal ini menyebabkan lingkungan budaya negara dan partai bagaikan sebuah lubang tinja yang sudah sangat lama tidak pernah dibersihkan, yang masuk ke dalamnya semuanya adalah sampah dan kotoran. Kebudayaan lubang tinja ini adalah sebuah sistem yang tertutup, seiring berlalunya waktu, telah mengendapkan ajaran paham komunis tulen, budaya partai yang mengalami banyak perubahan bentuk campuran, berbagai macam sampah dalam kebudayaan sejarah Tiongkok yang dikumpulkan dan disebarkan dengan sengaja oleh PKT, gaya hidup mutan dari Barat dan lain-lain, benda-benda kotor ini seiring dengan waktu telah mengendap dan berfermentasi menjadi semakin lama semakin tebal, membuat masyarakat semakin sulit membebaskan diri.

Budaya lubang tinja yang tertutup ini mempunyai daya korosif yang sangat kuat terhadap manusia, hanya secuil warga Tiongkok yang berkecukupan dapat mengenal dunia luar, atau lewat berbagai cara memahami berbagai fakta kebenaran, sehingga tercemar relatif lebih ringan. Mayoritas warga Tiongkok tidak mungkin bisa lolos dari budaya lubang tinja ini, bertahun-tahun lamanya sejak lahir hingga dewasa, semua dipaksa untuk hidup di dalam budaya lubang tinja ini, tidak bisa menyentuh masyarakat umat manusia yang normal dan kebudayaan tradisional yang sesungguhnya.

Ini menyebabkan penilaian, kebijaksanaan, pemikiran hingga wawasan banyak warga Tiongkok, tidak dapat keluar dari lingkup budaya lubang tinja ini. Tanpa referensi nilai universal dan budaya tradisional, menyebabkan banyak warga Tiongkok telah kehilangan kemampuan menilai benar dan salah serta keberanian untuk berpikir secara independen dari perspektif moralitas; segala pemikiran perilaku nilai hidup dan lain-lain, semua mengacu pada budaya lubang tinja sebagai referensi, tanpa mengetahui bahwa manusia masih memiliki gaya hidup sesungguhnya selayaknya manusia. Begitu mereka melangkah keluar dari gerbang negara, berhadapan dengan para relawan yang mengungkap kejahatan PKT, yang mendorong warga Tiongkok untuk mundur dari partai, liga pemuda, pionir muda, mereka bahkan tidak dapat memahami motivasi para relawan ini, tidak percaya bahwa ada orang yang menyebarkan fakta kebenaran tapi tidak mementingkan nama dan kepentingan, yang rela menghadapi dinginnya musim dingin dan teriknya musim panas bahkan dipelototi pandangan hina dari orang lain dan semuanya ini berasal dari hati nurani dan kepercayaan.

Berbagai macam hawa sikap buruk pada tubuh warga Tiongkok zaman sekarang, dengan kadar yang sangat besar dicemari berulang kali oleh budaya tertutup lubang tinja PKT. “Ibarat masuk ke toko ikan asin, lama kelamaan tidak lagi tercium baunya.” Karena dalam jangka waktu panjang berada di tengah lingkungan semacam ini, banyak sekali manusia sudah tidak sadar akan hal ini, bahkan menikmatinya, sama sekali tak terbayangkan lagi kebudayaan masyarakat yang berbeda, apalagi keinginan untuk membersihkan dan menyingkirkan budaya lubang tinja dari PKT.

2. MAYAT HIDUP BERJALAN

Selain mewajibkan siswa SD secara kolektif bergabung dengan pionir muda dan siswa SMP/SMA secara kolektif bergabung dengan liga pemuda, PKT juga menuntut anggota partainya agar tiada hentinya “mengingat lagi sumpah keanggotaan partai”. Juga menuntut mereka “menyembah roh jahat”, bahkan tiada henti menyembah, sampai mereka sepenuhnya menjadi “alat partai yang jinak”, dan tidak lagi memiliki sifat manusia.

Setelah menghancurkan semua kepercayaan, partai komunis menjadikan paham komunis sebagai suatu kepercayaan, secara paksa diberikan kepada warga Tiongkok. Namun paham komunis adalah sebuah ajaran sesat, setelah Reformasi Keterbukaan, dari anggota partai hingga pemimpin partai tak ada lagi seorang pun yang percaya pada paham komunis. Kepercayaan tradisional digulingkan, topeng palsu komunisme telah terkuak, berbagai macam pemikiran masuk dengan memanfaatkan celah yang ada, telah menduduki hati masyarakat Tiongkok.

PKT menggunakan kebijakan dan hukum untuk memerangi kebajikan (Shan) terakhir pada diri manusia yang hanya tersisa sedikit ini. Ada orang yang memiliki hati ingin membantu orang tua dan anak-anak, berbelas kasih menyumbangkan uang, berani menegakkan kebenaran, namun karena takut difitnah dan ditipu, maka lebih memilih memandang tapi tidak melihat, mengabaikan seolah tidak mendengar. Menyebabkan banyak sekali warga Tiongkok tidak hanya tidak memiliki sifat ke-Buddha-an, bahkan sifat manusia pun sudah tidak punya.

Selain mengejar kehidupan materi, manusia juga memiliki kebutuhan alami terhadap kehidupan spiritual. Tidak peduli orang macam apa pun, hidup di dunia ini pasti akan mengeksplorasi jawaban atas pertanyaan utama mengapa saya hidup, hingga jawaban tentang hidup mati bahagia bencana dan lain-lain. Manusia yang berada dalam masyarakat bebas, meskipun tidak memiliki agama dan kepercayaan, lewat pengejaran terhadap “kebebasan”, “keadilan” dan nilai sekuler normal lainnya, juga dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan spiritual manusia. Sedangkan di dalam masyarakat yang terputus dengan tradisional, yang mendapat tekanan berat politik, sepenuhnya yang terlihat adalah kepalsuan, kesemuan dan kejahatan merajalela, kebutuhan spiritual pun hanya bisa dialihkan ke arah keputus-asaan dan kemerosotan. Akibatnya banyak orang hanya menjadi cangkang kosong materi yang berwujud manusia, tidak memiliki sedikit pun pikiran, perilaku, etika dan moralitas seorang manusia. Orang semacam ini, hanya dapat disebut dengan “mayat hidup berjalan”.

Ini bukan “masalah dalam perkembangan”, terlebih tidak bisa “diselesaikan dengan pembangunan lebih lanjut”; ini adalah bagian dari konspirasi roh jahat komunis untuk memusnahkan umat manusia secara keseluruhan.

3. KONDISI MENTAL AKHIR ZAMAN

Sebuah bangsa yang dalam hatinya tidak ada harapan, yang sepenuhnya kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan, kehilangan harapan dan pengejaran terhadap kebaikan dan keadilan, adalah sebuah bangsa yang sedang melangkah ke arah kemusnahan. Segenap lingkungan sosial Tiongkok zaman sekarang adalah menjunjung tinggi kejahatan, menyingkirkan kebenaran, meskipun beberapa orang berkumpul bersama, tidak seorang pun berani mengaku bahwa dirinya percaya pada Tuhan, karena takut ditertawai, ditolak, diserang oleh orang lain.

Warga Tiongkok yang tidak memiliki kepercayaan spiritual, mulai secara gila-gilaan menyembah harta dan uang, fetisisme menjadi agama baru. Ribuan hingga jutaan kawula muda menjuluki idola mereka dengan sebutan “Dewa” (pria), “Dewi” (wanita). Dalam beberapa konser “mega bintang”, para pengemar dan “fans” seperti orang mabuk, tergila-gila, dan menangis-nangis. Ada penyanyi terkenal, bintang film yang moralnya telah rusak, namun malah disembah layaknya seorang Dewa. Ada sejumlah remaja muda yang tidak ragu menghabiskan uang banyak, ke mana-mana mengejar bintang idolanya. Ketika orang-orang terbiasa menggunakan kata “Dewa” untuk menyebut idola seksi pujaan mereka, anda beritahu dia “Dewa telah datang”, apa yang akan dikatakannya?

Selain secara gila-gilaan mengejar uang dan materi, banyak orang juga menunjukkan degradasi, kemerosotan, sifat pembangkang yang mengejutkan. Mereka pecandu alkohol, pemakai narkoba, penjudi, kekacauan seksual, kecanduan game online dan media sosial, terlena dalam novel fantasi gelap (dark fantasy), horor, novel seram, sehingga diri sendiri terlihat kacau balau, aneh dan gila-gilaan, mengisi celah kekosongan spiritualnya dengan kegilaan dan kekacauan.

Pejabat tinggi PKT juga memiliki kondisi mental akhir zaman yang destruktif seperti ini. Dekan Fakultas Pertahanan pada PLA National Defence University yakni Zhu Chenghu mengancam: “Jika AS intervensi perang di Selat Taiwan, Tiongkok akan lebih dulu menggunakan senjata nuklir, dan meratakan ratusan kota di Amerika, meskipun Kota Xi’an hingga ujung timur Tiongkok mengalami kehancuran pun tidak peduli”. Dalam pidato internal dia mengungkap lagi: “PKT harus menimbun senjata nuklir, untuk memusnahkan lebih dari separuh umat manusia.” Tentu saja, yang dimaksud pejabat PKT “tidak peduli” itu adalah jiwa rakyat jelata di Tiongkok. Karena begitu terjadi perang nuklir, mereka dapat bersembunyi di dalam bunker perlindungan nuklir yang telah dipersiapkan jauh hari untuk mereka sendiri.

Kondisi mental akhir zaman yang memenuhi seluruh masyarakat telah menyebabkan ketidak-pedulian serius terhadap kehidupan, ini termasuk ketidak-pedulian Zhu Chenghu terhadap jiwa orang lain, juga termasuk ketidak-pedulian banyak orang akan jiwanya sendiri. “Hanya berharap melewati hari saja”, “setelah melewati hari ini tidak ada esok hari lagi”, “menikmati hari tanpa memikirkan masa depan”, “setelah rasa ketagihan terpuaskan boleh mati”, bersenang-senang tanpa batas di tengah keputus-asaan tahap akhir. Insiden keji kekerasan anak di sebuah Taman Kanak-kanak di Beijing yang terungkap akhir November 2017 dan mengundang kemarahan orang itu hanyalah sebuah refleksi dari kondisi mental semacam ini.

4. TIADA KESEMPATAN UNTUK DISELAMATKAN

Banyak orang zaman sekarang yang tidak tahu apa-apa tentang kebudayaan tradisional Tiongkok, juga tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah PKT. Mereka tidak memiliki kebudayaan, tidak mengerti sejarah, tidak menekankan moralitas, tidak ada konsep benar dan salah, tidak percaya eksistensi Tuhan, dalam otaknya hanya ada uang, kekuasaan dan nafsu keinginan. Ketika berbicara dengan mereka tentang Tuhan, dia akan merasa anda sudah terlalu basi. Bahkan jika utusan Tuhan menyadarkan mereka dengan kebajikan (Shan), mereka juga tidak akan percaya.

Tuhan menciptakan manusia, bahkan telah menetapkan kriteria selaku seorang manusia. Jika telah kehilangan kriteria ini, maka di mata Tuhan hanyalah sesosok mayat hidup berjalan yang berwujud manusia, tapi sama sekali tak bisa disebut manusia lagi. Roh jahat komunis justru ingin menginjak-injak manusia, sekarang ini banyak sekali warga Tiongkok yang telah dimutasi partai jahat komunis Tiongkok hingga sudah tidak mirip manusia lagi, Tuhan sudah tidak menganggap orang semacam ini sebagai manusia. Tanpa adanya berkat dari Tuhan, manusia akan makin cepat jatuh terdegradasi ke bawah, sampai suatu hari saat manusia tak bisa dipertahankan lagi, terpaksa harus dihancurkan.

Ini sungguh sangat berbahaya!

******

Roh jahat komunis terbentuk dari “kebencian”, dalam operasi jangka panjangnya telah ditanamkan selapis materi “kebencian” ke dalam tubuh rakyat Tiongkok, “kebencian” menghasilkan kekerasan, pembantaian dan segala macam hawa kekejaman. Hanya dengan pemulihan hati nurani dan sifat manusia, barulah ada harapan untuk menyingkirkan materi “kebencian” semacam ini.

Demi memusnahkan seluruh umat manusia, partai komunis telah merusak kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa, mengubah manusia menjadi bukan manusia, dan telah mengubah sebuah negara yang pernah memiliki peradaban tinggi dan indah, menjadi negara yang bukan sebuah negara lagi.

Tuhan berbelas kasih kepada manusia. Kehidupan berasal dari Kerajaan Langit yang indah, Tuhan tidak ingin melihat mereka dihancurkan begitu saja, ini sebabnya terus-menerus memberikan seruan penuh belas kasih. Yang dapat membaca dan memahami fenomena Langit, menyadari belas kasih Tuhan, barulah dapat melihat harapan untuk memperoleh penyelamatan.

Cerai-beraikan PKT, singkirkan sepenuhnya segala macam manifestasi paham komunis di dunia, pulang kembali ke tradisional, jagalah kebaikan dalam lubuk hati, dengan demikian kehidupan barulah memiliki harapan!

KESIMPULAN

Pertunjukan besar lima ribu tahun sudah mendekati babak akhir, umat manusia sudah melangkah hingga titik terakhir. Roh jahat komunis saat ini sedang mengacaukan dunia manusia, menyebabkan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia. Selain menyebabkan kematian ratusan juta orang lebih secara langsung, yang lebih menakutkan adalah, ideologi komunis telah menyebar di seluruh dunia, unsur-unsur komunisme memenuhi dunia, mengakibatkan hati manusia berubah menjadi iblis, secara langsung anti-Tuhan, menentang Tuhan, ini menyebabkan manusia di dunia kehilangan kesempatan terakhir untuk diselamatkan oleh Tuhan.

Tuhan ingin menyelamatkan manusia, sedangkan roh jahat komunis ingin memusnahkan manusia. Momen sejarah ini sungguh suram mencemaskan, karena terkait langsung pada keberlangsungan peradaban dan nasib umat manusia; pada momen ini, krisis dan harapan eksis bersamaan, orang yang berada di tengah “kesesatan”, sebaliknya malah sulit melihatnya dengan jelas.

Seperti yang telah berulang kali ditunjukkan dalam buku ini, inti dari komunisme adalah suatu roh jahat, ia terbentuk dari kebencian dan berbagai macam makhluk sampah dari ruang dimensi tingkat rendah, esensinya adalah seekor ular, bentuk manifestasi di ruang dimensi permukaan adalah seekor naga merah. Dikarenakan kebencian, ia telah membantai ratusan juta orang, dan merusak peradaban beberapa ribu tahun yang sangat megah. Dikarenakan kebencian, ia secara tak terkendali merusak moralitas umat manusia, membujuk manusia agar menjauhi dan mengkhianati Tuhan, agar tercapai tujuannya memusnahkan manusia di saat terakhir.

Kejahatan dalam satu kurun waktu tampil garang tak terkendali, juga karena banyak orang telah meninggalkan Tuhan, telah melonggarkan kekangan moralitas pribadi. Namun segala sesuatu bila telah mencapai titik klimaks niscaya akan berbalik arah! Di momen paling gelap, juga merupakan momen yang paling dekat dengan cahaya. Tuhan memiliki rencana sendiri terhadap sejarah dan masa depan. Tuhan sedang menantikan sadarnya kembali manusia, janji Tuhan sedang ditunaikan. Waktu berlalu setiap menit setiap detik, tatanan sosial lama dunia ini sedang berjatuhan, sedangkan tatanan sosial baru tengah terbentuk; kekuatan lama sedang terpukul mundur, kekuatan baru sedang melangkah maju ke panggung terdepan pertunjukan sejarah.

“Gunung hijau tidak akan bisa membendung sungai, alirannya tetap akan mengarah ke timur” (karya penulis Dinasti Song Selatan; Xin Qiji). Yang jahat tidak akan mampu mengalahkan yang lurus, segala wujud kejahatan yang sepertinya garang tak terkendali semuanya bersifat sementara, segalanya berada dalam genggaman tangan Tuhan. Pada tahun 2004, Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis yang diterbitkan media Dajiyuan (Epoch Times) telah membuka arus besar “Tiga Pemunduran” (Santui) di Tiongkok, ratusan juta orang telah mundur dari organisasi partai, liga pemuda, pionir muda komunis Tiongkok, ini adalah aksi Tiongkok menghalau roh jahat komunis perasuk tubuh untuk menyelamatkan diri. Jika manusia berinisiatif melakukan “Tiga Pemunduran” (Santui dari partai, liga, pionir), maka dalam sekejap Tuhan akan melenyapkan roh jahat perasuk tubuhnya, dengan demikian kehidupan ini akan menjadi bagian dari masa depan!

Bagi warga Tiongkok, jika dapat menggunakan sifat dasar kebaikan hati menaklukkan godaan dan jebakan dari roh jahat, secara tegas melepaskan diri dari rel kereta iblis, manusia akan dapat melihat, gunung masih tetap gunung bangsa Tionghoa, air masih tetap air bangsa Tionghoa, negara masih tetap negara bangsa Tionghoa, dan rakyat Tiongkok sudah bukan lagi anak cucu Marx dan Lenin yang dikuasai oleh roh jahat komunis, melainkan telah kembali menjadi rakyat Tiongkok dalam arti sesungguhnya! Rakyat Tiongkok tidak hanya dapat memiliki kehidupan makmur karunia Tuhan, juga memiliki ketenangan hati, damai dan bahagia; Tiongkok juga akan mencapai kemakmuran luar biasa, menikmati kekuatan dan kemuliaan yang diberikan oleh Tuhan, serta menciptakan kembali kemegahan sejarah. Langit dan Bumi akan kekal selamanya, tumbuh berkembang tanpa henti.

Dalam lingkup seluruh dunia, pembersihan atas paham kejahatan komunis dan kembali ke tradisi umat manusia sudah dimulai.

Mencerai-beraikan sepenuhnya partai jahat komunis, membersihkan unsur-unsur jahat komunisme di dunia manusia, introspeksi diri secara menyeluruh atas degradasi dan kerusakan masyarakat umat manusia dalam dua ratus tahun terakhir, telah menjadi prioritas utama umat manusia sekarang ini. Meluruskan kembali hati manusia, memurnikan masyarakat, kembali ke tradisi, bangun kembali kepercayaan, sadarkan kembali hubungan dengan Tuhan, temukan kembali ikatan dengan Tuhan, semua ini adalah tanggung jawab setiap orang, juga harapan bagi setiap orang agar terselamatkan! Belas kasih dan kewibawaan Tuhan eksis bersamaan! Tuhan melihat hati setiap orang. Pilihan dan tindakan seseorang pada saat ini, akan menentukan masa depannya.

Jika ingin kembali ke jalan yang ditunjukkan Tuhan, memperoleh penyelamatan Tuhan, maka harus secara menyeluruh mengungkap Tujuan Terakhir Komunisme, agar manusia di dunia yang tersesat dapat tersadarkan! Inilah cita-cita yang mengawali penulisan buku ini.

(Bagian Tiongkok selesai)



Keterangan:

[1] Teori Mao Zedong saat melancarkan Revolusi Kebudayaan.

[2] Datong; paham utopia dari Neo-Konfusianisme Tiongkok.

[3] Shangjin; ‘tekad revolusi dan ambisi merupakan hasil tempaan di tengah penderitaan dan tekanan’ – Xu Teli guru Mao Zedong.

[4] Lit: mencintai negara.

[5] Yang kemudian disebut Tang Taizong dari zaman Dinasti Tang.

[6] Lit: gerbang tanpa harapan lahir kembali.

[7] Serangan 11 September 2001 gedung WTC.

[8] Korban yang tewas dalam peristiwa Yao Jiaxin.

[9] Skandal pewarna industri digunakan dalam makanan.

[10] Skandal korupsi bahan bangunan sekolah di Sichuan; kasus mencuat setelah terjadi gempa besar 12 Mei 2008 di Sichuan..

[11] Shānzhài = 山寨, harfiah: benteng gunung atau sarang bandit.

[12] bermakna: hanya memercayai diri sendiri.

[13] Syal merah merupakan symbol bagi kawula muda dan anak-anak yang tergabung dalam liga pionir muda komunis di Tiongkok, di negara komunis Kuba menggunakan syal warna biru.

[14] Pemerintahan awal PKT pada tahun 1936-1949.

[15] Lagu tema utama yang digaungkan era Jiang Zemin.

[16] Pembantaian Tiananmen 4 Juni 1989.

[17] Focus Report; program berita dari CCTV.

[18] News Simulcast; program berita dari CCTV yang disiarkan serentak di semua stasiun TV.

[19] Asketisme (dari bahasa Yunani, olahraga atau latihan) atau pertarakan adalah suatu gaya hidup bercirikan laku-tirakat atau berpantang kenikmatan-kenikmatan duniawi, yang seringkali dilakukan untuk mencapai maksud-maksud rohani.