(Minghui.org) Selama periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-476 SM), ada seorang pejabat pengadilan bernama Song Jiu di negara bagian Liang. Dia dahulu bekerja sebagai hakim daerah di daerah yang berbatasan dengan negara Chu. Kedua negara bagian telah mendirikan pos penjaga di sepanjang perbatasan untuk mencegah invasi dari sisi yang berlawanan. Tentara di kedua sisi juga menanam semangka di tanah mereka.
Tentara Liang bekerja keras untuk menyirami dan memupuk ladang melon mereka, dan sebagai hasilnya, semangka yang mereka tanam besar dan berlimpah. Sebaliknya, tentara Chu malas dan lamban. Mereka tidak menyirami atau memupuk ladang, jadi semangka mereka kecil dan sedikit.
Hakim daerah Chu sangat marah mendengar situasi ini. Dia segera memanggil kepala pos penjaga dan mengecamnya. Kepala penjaga merasa kesal dan menyalahkan semangka yang tumbuh baik di sisi Liang atas ketidakberuntungannya. Dia sangat marah hingga membawa tentaranya melintas perbatasan dan menghancurkan ladang semangka Liang di malam yang gelap.
Ketika tentara Liang mengetahui apa yang terjadi, mereka ingin melakukan hal yang sama ke pihak lain. Menyadari bencana serius yang mungkin terjadi dalam hubungan antara kedua negara, kepala pos penjaga Liang pergi mencari nasihat dari hakim daerah Song Jiu.
Song tidak berpikir itu masalah besar dan berkata kepada kepala pos penjaga, "Apa yang dilakukan tentara Chu itu salah. Jika kita melakukan hal yang sama kepada mereka, akan dapat menyebabkan masalah besar. Untuk menjaga agar Chu tetap bersahabat, kita dapat membalas kejahatan dengan kebaikan, dengan membantu menyirami dan memupuk ladang melon mereka di malam hari, dan ini harus dilakukan dengan diam-diam."
Kepala pos penjaga menerima nasihatnya dan mempraktekkannya. Segera setelah itu, semangka di sisi Chu mulai tumbuh semakin besar. Tentara Chu juga mengetahui apa yang terjadi.
Ketika hakim daerah di sisi Chu mendengar tentang cerita ini, dia segera mengirim seseorang untuk melaporkannya kepada Raja Chu, yang sangat tersentuh dengan cara Song Jiu menangani masalah ini. Pada saat yang bersamaan, dia merasa sangat malu dengan perilaku prajuritnya sendiri.
Untuk memperbaiki kesalahan ini, Raja Chu mengirim utusan ke negara bagian Liang dengan banyak hadiah untuk meminta maaf atas perilaku prajuritnya. Kedua negara tetangga menjadi teman baik.
Kejadian ini kemudian menjadi ungkapan yang mendorong orang untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.