(Minghui.org) Seorang Wanita di Chifeng, Mongolia Dalam, hampir meninggal dunia setelah 51 hari disiksa di pusat penahanan. Ini semua karena dia menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong, ajaran spritual yang dianiaya di Tiongkok sejak 1999.
Pihak berwajib terus mengganggu Yu Zhanhua setelah dia dibebaskan. Untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut dan mencegah agar keluarganya tidak terlibat, Yu meninggalkan rumah dan menjadi tidak mempunyai tempat tinggal.
Penangkapan dan Penahanan
Polisi menyerbu suami Yu pada tanggal 22 April 2019, dan mengambil kunci-kunci rumahnya. Para petugas menggeledah rumah mereka saat tidak ada orang di sana.
Para petugas menunggu di luar apartemen Yu dan menangkapnya saat dia pulang ke rumah pada malam itu.
Polisi membawa Yu ke apartemennya dan memanggil lebih banyak petugas untuk menggeledah tempat itu untuk kedua kalinya. Mereka menyita komputernya dan uang tunai senilai 1.000 yuan.
Para petugas lalu membawa Yu ke Departemen Kepolisian Spanduk Kiri Bairin. Mereka bergantian menginterogasinya dari jam 9 malam hingga 3 sore hari berikutnya. Dia diborgol kedua tangannya sepanjang waktu.
Yu dibawa ke Pusat Penahanan Spanduk Ongniud pada tanggal 23 April setelah melewati sebuah tes darah di rumah sakit. Dia diinterogasi beberapa kali selama delapan jam setiap kalinya.
Karena berbagai penyiksaan dan penganiayaan, Yu menderita penyakit jantung dan kondisi kesehatannya merosot dengan cepat. Pihak berwajib membebaskannya setelah 51 hari, saat dia hampir meninggal dunia.
Selama satu bulan, seorang petugas berulang kali menelepon suami Yu untuk mencoba mendesaknya pegi ke departemen polisi mengisi sejumlah dokumen. Curiga polisi sedang menjebaknya untuk menangkapnya lagi, Yu meninggalkan rumah meski dalam kondisi yang tidak sehat. Keluarganya mencemasi dia setiap hari, tanpa tahu keberadaan dirinya.
Polisi memasukkan namanya dalam daftar pencari orang di online dan menawarkan hadiah senilai 10.000 yuan.