(Minghui.org) Satu bulan setelah penutupan Wuhan di Tiongkok, 48 negara dalam enam benua telah melaporkan kasus penularan novel virus korona, dengan berbagai kasus muncul di Korea Selatan, Jepang, Italia dan Iran beberapa hari lalu.
Di luar Tiongkok, 47 negara dan wilayah telah tertular termasuk: Korea Selatan, Jepang, Italia, Iran, Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat, Thailand, Bahrain, Taiwan, Jerman, Kuwait, Australia, Malaysia, Prancis, Vietnam, Spanyol, Uni Emirat Arab, Kanada, Makao, Irak, Swiss, Oman, Filipina, Kroasia, India, Austria, Finlandia, Israel, Rusia, Swedia, Lebanon, Pakistan, Belgia, Brasil, Kamboja, Nepal, Sri Langka, Mesir, Afghanistan, Aljazair, Yunani, Georgia, Norwegia, Makedonia Utara, Rumania, Denmark dan Estonia.
Kebanyakan Pasien Pernah Berkunjung ke atau Berhubungan dengan Wuhan.
Di antara kasus yang telah dilaporkan di negara-negara di luar Tiongkok, kebanyakan dari mereka telah pergi ke Wuhan atau Provinsi Hubei atau mempunyai kontak dengan orang-orang yang datang dari wilayah itu pada bulan lalu.
Menurut Departemen Kesehatan di Malaysia, semua pasien virus korona dilaporkan di Malaysia adalah warga Tiongkok. Thailand hanya mempunyai seorang pasien penduduk Thailand yang baru kembali dari Wuhan, dan sisa pasien semua adalah warga Tiongkok.
Untuk kasus di Hong Kong, setengah dari mereka datang dari daratan Tiongkok melalui kereta cepat.
Untuk kasus di Vietnam, kecuali beberapa pengunjung Tiongkok dari Wuhan, kebanyakan pasien pulang dari kunjungan ke Wuhan.
Kasus pertama di Kamboja adalah seorang pria berusia 60 tahun dari Wuhan.
Kasus pertama di Filipina adalah seorang wanita berusia 38 tahun yang tiba dari Wuhan pada tanggal 21 Jan 2020. Ia pergi ke sebuah rumah sakit lokal empat hari setelah tiba di Filipina.
Kasus pertama di Nepal adalah seorang pelajar Tiongkok yang berusia 32 tahun.
Kasus di Jepang, termasuk seorang supir bus turis dan seorang pemandu wisata yang tidak mengunjungi Tiongkok dalam waktu dekat, tetapi tertular oleh turis Tiongkok yang mereka terima pada beberapa minggu sebelumnya. Hasil pemeriksaan tiga pengungsi orang Jepang dari Wuhan juga positif terkena virus korona. Selain ini, kapal pesiar “Diamond Princess” yang dikarantina di Jepang terdapat lebih dari 600 orang tertular.
Tiga kasus pertama di Prancis baru-baru ini berkunjung ke Tiongkok, sementara kasus pertama di Jerman adalah seorang pria berusia 33 tahun, tertular oleh rekan kerja dari Tiongkok yang mengunjungi Jerman dalam rangka perjalanan dinas jangka pendek.
Kasus pertama di Uni Emirat Arab adalah satu keluarga beranggotakan empat orang dari Wuhan yang dikonfirmasikan membawa virus beberapa hari setelah tiba.
Kasus pertama di Sri Langka adalah seorang turis berusia 43 tahun dari Provinsi Hubei.
Kasus pertama di Kanada adalah seorang pria berusia 50an tahun yang baru kembali dari Wuhan dan dua kasus pertama di Italia adalah Turis Tiongkok.
Wabah Di Luar Tiongkok
Akhir-akhir ini Korea Selatan mengalami kasus penularan terbesar kedua. Dalam satu minggu, kasus terkonfirmasi meningkat dari puluhan menjadi 2.000. kebanyakan orang Korea yang tertular adalah anggota Gereja Shincheonji, yang tertular virus melalui pelayanan gereja dalam waktu yang lama di tempat yang penuh sesak di Daegu. Gereja Shincheonji didirikan pada tahun 1980 dan dilaporkan mempunyai anggota 250.000 orang.
Selain Korea Selatan, kasus penularan juga timbul di Italia sejak 20 Februari. Beatrice Lorenzin, seorang mantan menteri kesehatan Italia, percaya bahwa virus masuk melalui pengunjung dari Tiongkok dengan pesawat penerbangan tidak langsung yang tidak mengumumkan asal mula penerbangan atau tidak melakukan karantina diri selama masa inkubasi ketika mengunjungi Italia.
Sejauh ini paling sedikit 10 kota telah ditutup di Italia. Beberapa sekolah telah tutup sampai akhir Februari. Kegiatan olahraga utama dan pertunjukan di La Scala Opera House telah dibatalkan. Satu peragaan busana terkenal di dunia yang diadakan di Milan hanya bisa dilihat melalui online tanpa ada penonton langsung.
Center for Desease Control (CDC) di Amerika Serikat telah meningkatkan peringatan perjalanan ke Italia menjadi peringatan tingkat 2, yang mendesak para pelancong ke Italia untuk menggunakan tindakan pencegahan khusus terhadap risiko tinggi penularan.
Sementara itu, kasus pertama di Yunani, Brasil, dan Austria dilaporkan mempunyai catatan pernah mengunjungi Italia.
Minggu lalu, Austria menahan sebuah kereta api dari Italia setelah dua penumpang menunjukkan tanda kemungkinan tertular virus korona. Pelayanan kereta api dimulai kembali setelah hasil tes dua pasien adalah negatif.
Iran telah menjadi sarang bagi virus korona di Timur Tengah, melaporkan 245 kasus dan 26 kematian. Irak, Kuwait, Oman, dan Bahrain segera menemukan kasus infeksi yang berkaitan dengan Iran.
Di Prancis, Olivier Veran, Menteri Kesehatan Prancis mengumumkan dalam sebuah konferensi pers pada tanggal 27 Februari bahwa 15 juta masker telah didistribusikan ke apotek di seluruh negeri. Otoritas Prancis juga meminta semua pelajar yang akhir-akhir ini berkunjung ke wilayah yang dilanda wabah untuk melakukan karantina diri di rumah selama 14 hari.
Di Amerika Serikat, CDC telah memperingati orang Amerika atas wabah virus korona dan penularan berkelompok di komunitas lokal pada tanggal 25 Februari. Rumah sakit, sekolah dan tempat usaha dihimbau untuk mulai mempersiapkan “tindakan jarak sosial.”
Pertanyaan Tetap Belum Terjawab
Lebih dari dua bulan telah berlalu sejak kasus penularan pertama dilaporkan, tetapi banyak pertanyaan tetap tidak terjawab: Dari mana asal virus baru yang mematikan ini? Bagaimana virus ini menular? Bagaimana pasien yang tidak mempunyai gejala menularkan virus ke orang lain? Apakah pasien yang sudah sembuh masih membawa virus atau bisa tertular lagi?
Kematian yang Tak Terhitung
Pada tanggal 26 Februari, Tiongkok melaporkan 78.190 kasus yang sudah dikonfirmasi dan 2.718 kematian.
Namun Yang Jingjing (wanita), seorang residen Wuhan tidak percaya angka resmi yang diumumkan pemerintah Tiongkok.
Yang, seorang agen jual beli tanah yang berusia 28 tahun memberitahukan Voice of America bahwa satu bulan lalu, ia sama seperti orang lain yang percaya penuh pada pemerintah Tiongkok. Tetapi satu bulan kemudian, dunianya runtuh setelah polisi memberitahukannya bahwa seseorang menemukan jenazah ayahnya di jalan. Ayahnya telah meninggal dunia beberapa hari.
Yang mengatakan ayahnya telah tertular virus tetapi tidak memberitahukan Yang dan ibunya yang diisolasi di lokasi lain di Wuhan. Setelah melihat ponselnya, Yang menyadari bahwa ayahnya telah mencari bantuan ke komunitas pemukiman pada hari-hari terakhirnya setelah mengalami demam dan kesulitan bernapas.
Pejabat berulang kali menolaknya dan berkata, “Saya pikir kamu baik-baik saja. Kamu hanya berpikir terlalu banyak, bukankah begitu?”
Pada tanggal 16 Februari, ayah Yang, Yang Yuanyun yang berusia 51 tahun meninggalkan rumah tanpa membawa ponsel atau dompet. “Saya harus pergi sekarang. Maaf saya tidak bisa hidup bersama kamu lagi untuk sisa kehidupan saya. Tidak ada tempat sembunyi untuk saya.” Ia menulis pesan terakhir kepada istrinya. Pesan ini belum terkirim tetapi ditemukan di ponsel.
Fanggang, seorang penulis terperangkap di Wuhan ketika lockdown, ia menulis dalam “Buku Harian Lockdown,” “Wuhan sekarang adalah pusat malapetaka. Apa itu Malapetaka? Malapetaka itu bukan meminta anda memakai masker, bukan mengurung anda di rumah berhari-hari, atau meminta anda menunjukkan izin untuk masuk atau meninggalkan wilayah anda.
“Malapetaka adalah jumlah akta kematian yang dikeluarkan beberapa hari sekarang, sama dengan jumlah beberapa bulan pada waktu yang lalu; malapetaka adalah satu mobil jenazah yang dulu mengangkut satu jenazah dalam peti mati, sekarang penuh dengan beberapa jenazah yang dimasukkan dalam kantong jenazah; dan malapetaka adalah bukan satu orang dalam keluarga meninggal dunia, tetapi seluruh keluarga meninggal dunia dalam beberapa hari atau beberapa minggu.”