(Minghui.org) Tembok Berlin tampak sangat kuat sebelum malam tanggal 9 November 1989. Hanya sebulan sebelumnya, Jerman Timur mengadakan pawai militer akbar pada tanggal 7 Oktober untuk merayakan peringatan 40 tahun berdirinya Negara tersebut, dan Jerman Timur berada di posisi kedua dalam penghitungan medali di Olimpiade yang diadakan di Seoul pada tahun sebelumnya.
Namun, ketika pemimpin Jerman Timur saat itu, Honecker, menangkap lebih dari 1.000 orang demonstran untuk memastikan parade berjalan lancar, bahkan mantan Sekretaris Partai Komunis Soviet, Gorbachev, yang diundang sebagai tamu utama di parade tersebut merasa tidak nyaman.
Dia berkata kepada Honecker, "siapa yang telat, maka kehidupan ini akan menghukumnya." (“Life punishes those who come too late.”) Namun, peringatannya tampaknya tidak menyadarkan pengikut garis keras Komunis.
Dua hari kemudian, demonstrasi massal pecah di Leipzig, Jerman Timur, dan Honecker yang berusia 77 tahun terpaksa mengundurkan diri sembilan hari kemudian.
Tembok Berlin, yang memisahkan Jerman Timur dari dunia bebas, akhirnya runtuh.
Dinding itu sudah sangat membebani rasa sakit dan kesengsaraan.
Tembok yang Sepertinya Tidak Bisa Dihancurkan, Tidak Bisa Menahan Dorongan Kebebasan
Jerman Timur membangun Tembok Berlin pada Agustus 1961. Panjangnya mencapai 169,5 kilometer, ketinggian rata-rata 4,2 meter, dan ketebalan 50 sentimeter. Sebanyak 192 jalan ditutup dan tembok itu dipagari dengan kawat berduri setinggi 3,5 meter. Ada juga area kosong yang berjarak 50 - 100 meter di antara dinding dan pagar kawat berduri. Menara pengawas dan benteng ada di mana-mana di sepanjang dinding yang dijaga ketat oleh tentara yang dipersenjatai dengan amunisi tajam.
Dulu, Tembok Berlin itu terlihat begitu kuat dan tidak dapat dipanjat, dengan banyak orang telah mempertaruhkan hidup mereka ketika mencoba memanjatnya untuk memperoleh kebebasan.
Sebelum Tembok Berlin runtuh, tidak ada yang percaya bahwa itu akan runtuh. Setelah runtuh, tidak ada yang percaya bahwa itu akan bertahan begitu lama.
Seperti Uni Soviet, sebelum hancur, tidak ada yang mengira bahwa raksasa yang tangguh itu akan jatuh. Setelah runtuh, sulit membayangkan bahwa rezim Stalinis yang telah membawa bencana besar kepada rakyat Soviet dapat memiliki pengaruh yang mendalam.
Orang-orang mulai merenungkan, mengungkap kebenaran sejarah, dan memahami kembali sejarah, walaupun ada begitu banyak episode yang mengejutkan sehingga mereka lebih suka tidak melihat karena orang-orang secara naluri tidak mau percaya bahwa mereka telah begitu tertipu.
Tetapi fakta berbicara lebih keras daripada kata-kata. Dan tanpa peduli seberapa glamor retorika itu, mereka tidak bisa menutupi kediktatoran kriminal dan pembunuhannya.
Tembok Berlin Baru di Tiongkok
Kita telah melihat situasi yang sama dengan wabah coronavirus saat ini. Tidak peduli seberapa positif propaganda Partai Komunis Tiongkok (PKT) terdengar, ia tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa menyembunyikan infeksi virus telah menyebabkan penyebaran epidemi yang luas.
PKT selalu percaya bahwa rezimnya tidak bisa dijatuhkan dan mereka yang telah dicuci otak oleh doktrin PKT juga berusaha untuk membenarkan perilakunya.
Ketika jumlah kasus yang terinfeksi meningkat menjadi beberapa ratus di Italia, seorang blogger Tiongkok memposting pesan sarkastik berikut:
"Anda tidak memiliki Huoshenshan, Leishenshan atau Zhong Nanshan, belum lagi PKT bukan sebagai kaoshan [dukungan solid] anda. Jadi, ketika anda terinfeksi, anda hanya akan dibawa ke gunung [shan]." (Huoshenshan dan Leishenshan merujuk ke rumah sakit darurat yang disiapkan untuk pasien yang terinfeksi. Zhong Nanshan adalah seorang ahli epidemiologi dan pulmonologi Tiongkok. Pesan ini mengatakan bahwa orang Italia, ketika terinfeksi, hanya akan menghadapi kematian [tubuh mereka dibawa ke gunung untuk dimakamkan] karena mereka tidak memiliki PKT atau rumah sakit darurat.)
Puluhan ribu orang telah terinfeksi coronavirus dan ekonomi Tiongkok terhenti dengan mengunci kota dan rumah tangga. Namun, PKT masih menuntut rakyat Tiongkok atau bahkan dunia untuk berterima kasih kepada mereka.
Faktanya, penyebaran coronavirus telah mengekspos banyak kelemahan mendasar dalam birokrasi PKT. Itu ditandai dengan menghindar dari tanggung jawab, ketidakmampuan, dan korupsi.
Orang-orang yang berwawasan membuat komentar seperti itu ketika menganalisis "keuntungan" dari sistem PKT: Mereka mengklaim bisa mengumpulkan sumber daya untuk menyelesaikan proyek-proyek besar dengan cepat. Memang benar mereka mampu membangun Rumah Sakit Huoshenshan besar-besaran dalam sembilan hari tetapi mereka juga mampu menyebarkan virus di seluruh dunia dalam beberapa hari.
Beberapa komentar lain mengatakan: Jika coronavirus telah diatasi dengan baik pada tahap awal, itu tidak akan berkembang menjadi darurat kesehatan masyarakat nasional. Rezim PKT harus membangun "proyek-proyek besar" seperti mendirikan rumah sakit darurat dengan cepat karena telah melakukan pekerjaan yang sangat buruk di awal.
Faktanya, rumah sakit darurat besar yang dibangun dengan cepat, tempat PKT merasa sangat bangga, seperti Tembok Berlin yang terlihat kuat dan tidak dapat dipanjat, dan dibangun atas nama melindungi orang, tetapi di balik dinding itu terdapat kontrol penuh atas informasi dan membungkam oposisi.
Puluhan ribu akun WeChat dan microblog dilarang. Korban tewas sebenarnya juga ditutup-tutupi.
Apa yang disebut keuntungan karena dapat "menyatukan sumber daya untuk menangani masalah besar" secara efektif mencerminkan politik totaliter PKT yang lebih sering mengumpulkan sumber daya untuk melakukan hal-hal buruk.
Mao Zedong meluncurkan kampanye "Lompatan Jauh Ke Depan" yang merusak dan "Revolusi Kebudayaan"; Deng Xiaoping menyebut gerakan mahasiswa "4 Juni" sebagai "kerusuhan kontra-revolusi"; Jiang Zemin melabeli Falun Gong, sebuah latihan kultivasi pikiran dan tubuh berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar, sebagai "aliran sesat" dan kebijakan penganiayaannya telah mengakibatkan praktisi ditangkap, dipenjara, disiksa, atau bahkan organ mereka diambil hidup-hidup.
Setelah mengetahui kasus "penularan dari manusia ke manusia," Komisi Kesehatan dan Medis Nasional Tiongkok mengeluarkan perintah pada tanggal 3 Januari 2020 untuk menghentikan pengujian virus pada pasien tersebut untuk menutupi kasus infeksi.
Kediktatoran totaliter seperti itu bukanlah pertanda kekuasaan tetapi merupakan sumber bahaya.
Seperti halnya Heinz Hoffmann, yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Jerman Timur, mengatakan seminggu setelah runtuhnya Tembok Berlin, "Tembok Berlin bukanlah simbol kekuatan untuk Jerman Timur tetapi merupakan bukti kelemahannya. Tembok ini telah membuat orang menderita."
Bisa jadi justru karena sifatnya yang lemah, kediktatoran otoriter membutuhkan kekerasan yang merajalela dan kebohongan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Runtuhnya Tembok Berlin dan pecahnya Uni Soviet tampak seperti kecelakaan historis tetapi itu bukan kebetulan. Itulah yang dirindukan orang-orang.
Sebelum Tembok Berlin runtuh, ada banyak demonstrasi di Jerman Timur. Orang-orang dengan hati-hati tetapi juga terus-menerus melepaskan diri dari cengkeraman pemerintah terhadap mereka.
Sebelum pecahnya Uni Soviet, penulis seperti Solzhenitsyn menulis "Kepulauan Gulag" yang mengejutkan di mana ia mengungkap kejahatan di era Stalin.
Meskipun rezim PKT Tiongkok melarang kebebasan berbicara, orang masih dapat mengetahui fakta sebenarnya dari dunia luar, baik melalui pengalaman pribadi atau apa yang mereka dengar dan lihat, atau dengan menembus blokade internet untuk menelusuri situs web yang diblokir oleh sensor internet PKT.
Mereka secara bertahap telah melihat melalui korupsi dan ketidakmampuan PKT, kebohongan, dan kejahatan mereka. Hingga saat ini, sebanyak 350 juta orang telah memilih untuk mundur dari organisasi PKT.
Seseorang dengan nama samaran "angin hangat" mengatakan dalam deklarasi untuk mundur dari PKT pada tanggal 25 Februari, "Suatu hari, Tembok Berlin [merujuk pada blokade internet untuk mencegah orang-orang Tiongkok mengetahui kebenaran] akan runtuh, selama kita masing-masing membuat suara dan berusaha, dan kita akan segera mendekap cahaya fajar setelah kegelapan!"