Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Berlatih Falun Dafa Membuat Saya Terlahir Kembali

5 April 2020 |   Oleh Praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Saya merasa seperti terlahir kembali, setelah mendapatkan banyak manfaat dari latihan Falun Dafa selama lebih dari 10 tahun. Saya sangat bersyukur pada Guru Li (pencipta Falun Dafa) karena menyelamatkan saya. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman pada anda semua.

Dulu tubuh saya jauh lebih kecil dibandingkan anak lain seusia saya, selain itu kesehatan saya semakin memburuk saat tumbuh dewasa. Selain harus belajar dan bekerja, beban saya bertambah saat menjadi seorang ibu.

Saya pernah mengalami faringitis, tenggorokkan saya mengalami sakit dan bengkak, terutama pada saat menelan makanan. Hal ini menjadi semakin rumit karena pekerjaan saya adalah dosen pengajar, jadi saya perlu minum beberapa tablet setiap hari.

Selain itu saya menderita tonsilitis (radang amandel), wasir dan fisura anal, saya menjadi cemas setiap kali buang air besar. Semua penyakit mulai dari radang sendi, rinitis, gastritis dan neurasthenia, segera lenyap setelah saya mulai berlatih Falun Dafa. Kesehatan saya mengalami peningkatan, dan sejak saat itu saya tidak lagi mengonsumsi obat-obatan.

Kesehatan menjadi faktor utama dibandingkan ketenaran dan kekayaan, dan Dafa telah mengubah pandangan saya tentang kehidupan dan dunia. Saya menyaksikan sendiri keajaiban Dafa.

Iri Hati

Saya selalu pulang ke rumah orang tua saya selama musim liburan dan membantu ibu di dapur untuk acara makan keluarga. Ibu saya suka pilih-pilih dan selalu mengkritik saya. Dia mengeluh bahwa saya selalu membuat suara saat memotong sayuran atau membuang hal-hal yang ia perlukan. Terkadang kursi tidak cukup dan saya baru makan setelah yang lain selesai, sementara ibu saya tidak meminta kakak ipar saya melakukan apa pun bahkan jika ia menawarkan bantuannya.

Saya merasa diperlakukan tidak adil, namun saya menyadari bahwa itu berasal dari sifat iri hati. Saya tidak berbelas kasih pada anggota keluarga saya. Guru berkata untuk mempertimbangkan orang lain dalam melakukan sesuatu, jadi saya tahu bahwa saya harus menyingkirkan keterikatan ini dan memperlakukan anggota keluarga dengan baik. Sebagai praktisi Dafa, saya harus mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Setelah memahami hal ini, saya menjadi tenang dan bersedia melakukan banyak pekerjaan rumah tangga saat pulang ke rumah orang tua.

Mentalitas Bersaing

Saya selalu tidak senang jika ada orang yang tidak setuju dengan saya, tidak memahami saya, atau memperlakukan saya dengan buruk. Saya selalu berdebat dengan orang lain bagaimana melakukan pekerjaan, berdebat siapa yang benar atau salah. Tetapi sebagai praktisi harus bersikap luhur, tenang dan damai.

Menyadari bahwa saya sedang dalam proses membayar hutang karma dari kehidupan sebelumnya, saat orang lain tidak berbuat baik pada saya, saya berhenti berdebat dengan orang lain. Saya menyadari bahwa konflik dengan orang lain menjadi semakin berkurang saat saya lebih toleran.

Sebagai contoh, saya membawa sejumlah bingkisan saat mengunjungi saudara perempuan saya saat liburan Tahun Baru. Namun ia bersikap kasar saat saya tiba di rumahnya. Dia berkata bahwa saya sedang memamerkan diri dengan memberi hadiah kepadanya. Saya sangat terkejut tapi tidak mengatakan apa pun.

Setelah ia tenang, saya menyadari bahwa dia kesal karena saya tidak ada di rumah saat dia ke sana membawa hadiah. Kesalahpahaman ini segera terselesaikan setelah saya mengubah perilaku saya.

Kebencian

Saya mengembangkan kebencian ketika menikah dan mempunyai anak. Saya merasa letih karena selain mengasuh anak dan melakukan tugas rumah tangga, saya juga bekerja. Beban tanggung jawab ini terlalu banyak sehingga saya sering mengeluh.

Anak saya tidak suka belajar saat dia duduk di sekolah menengah. Ia tidak bangun tepat waktu untuk sekolah, dan saya harus menelepon dan membuat alasan kenapa ia tidak masuk sekolah. Saya menjadi marah dan mengkritiknya. Ketika saya mendengar anak dari kerabat saya berprestasi baik di sekolah dan berhasil masuk universitas yang baik, saya merasa kehilangan muka dan semakin membencinya.

Saya menyadari bahwa kebencian itu berakar dari keegoisan. Semua orang memiliki takdirnya sendiri, begitu pula dengan anak saya. Akhirnya saya menyingkirkan kebencian ini dan bersikap lebih belas kasih padanya.

Nafsu Berahi

Saya hobi menggunakan makeup dan berias diri saat masih sekolah menengah. Selain itu saya hobi membaca novel roman di sekolah politeknik dan sejak itu mengembangkan nafsu berahi. Saya menghabiskan banyak uang demi rambut dan rias wajah; mengenakan pakaian yang paling modis dan membeli ponsel terbaru. Secara keseluruhan saya membuang banyak waktu dan uang demi hal semacam ini.

Keinginan saya pada ketenaran dan kekayaan tumbuh semakin kuat. Saya merasa mudah tersinggung dan tidak bahagia jika keinginan saya tidak terpenuhi, bahkan saya memandang rendah keluarga saya.

Saya juga suka melihat pria tampan dan akan mencari bahan perbincangan untuk bisa mengobrol dengan mereka. Saya tidak tahu ini suatu yang negatif sampai saya mulai berlatih Dafa.

Saya menyadari perlunya meluruskan diri di banyak aspek xinxing. Secara bertahap saya menemukan diri saya yang sejati dan tidak terbawa arus masyarakat. Saya mengenakan pakaian sopan dan berperilaku elegan. Saya juga menyadari bahwa kecantikan batin jauh lebih penting dan penampilan seseorang akan lebih baik jika ia meningkatkan kualitas moral.

Seperti yang Guru katakan,

Misalnya sebuah kantong, anda isikan sebuah benda yang persegi, dari bentuk luarnya akan kelihatan; anda isikan sebuah benda yang bulat, dari bentuk luarnya juga akan kelihatan. Dengan kata lain pikiran apapun yang anda isi masuk, dari bentuk luarnya juga akan terlihat.” (“Apa yang Disebut Sebagai Pengikut Dafa,” dari Ceramah Fa di Berbagai Tempat 11)

Kesimpulan

Kehidupan saya pernah terseret dalam pola hidup modern. Saya beruntung telah menemukan Dafa dan diselamatkan oleh Guru. Tubuh dan pikiran saya telah dimurnikan oleh Dafa, dan memberi saya kehidupan baru.