(Minghui.org) Tanggal 13 Mei 2020, menandai Hari Falun Dafa Sedunia ke-21, dan peringatan ke-28 pengenalan Falun Dafa ke publik. Ini juga bertepatan dengan ulang tahun pencipta Falun Dafa, Guru Li Hongzhi yang ke 69. Lebih dari 100 juta orang di dunia telah mendapatkan manfaat kesehatan serta peningkatan moralitas dari mengultivasi diri sesuai dengan prinsip-prinsip Falun Dafa Sejati-Baik-Sabar.
Perayaan Hari Falun Dafa di Bali
Praktisi Falun Dafa di Dalung, Bali mengadakan serangkaian acara untuk memperingati hari Falun Dafa Sedunia. Rangkaian acara diawali dengan menonton bersama video Ceramah Fa Guru di Guangzhou (1994) dari tanggal 4 sampai dengan 12 Mei. Acara dimulai pukul 17.55 dengan melakukan pemancaran pikiran lurus bersama, para praktisi sangat antusias mengikuti acara tersebut, beberapa praktisi dari luar Dalung juga ikut bergabung.
Setelah selesai menonton praktisi merasakan peningkatan dalam pemahaman. Beberapa praktisi menyampaikan pengalaman bagaimana mereka menerobos berbagai rintangan untuk bisa menonton keseluruhan Ceramah Shifu selama 9 hari dan merasa beruntung bisa mengikuti acara ini.
Tanggal 13 Mei adalah hari yang ditunggu-tunggu, praktisi berkumpul kembali untuk merayakan puncak perayaan. Seperti sebelumnya acara di mulai pukul 17.55 dengan pemancaran pikiran lurus, dilanjutkan dengan membaca Ceramah Fa pada Konferensi Fa Peringatan 25 Tahun Penyebaran Dafa, para praktisi membaca bersama dengan kompak. Setelah itu menonton beberapa video seperti Sajak Abadi, Ucapan Selamat Ulang Tahun Kepada Guru Terhormat dari seluruh dunia, Dokumentasi Kegiatan Praktisi Falun Dafa di Bali dan video Pujian Atas Karunia Guru.
Setelah menonton, dilanjutkan ke acara inti yaitu pembacaan pengalaman kultivasi yang telah disiapkan oleh beberapa praktisi. Hal ini sebagai ucapan rasa terima kasih kepada Guru Terhormat atas jerih payah dan belas kasih demi praktisi Dafa serta semua makhluk hidup.
Beberapa praktisi membacakan pengalamannya.
Membaca Pengalaman Kultivasi
Ketut Sukarta, menceritakan pengalamannya saat perayaan Hari Falun Dafa tahun lalu. Saat itu ia mendapat tugas untuk membuat design dan huruf timbul (dengan lilin).Dalam proses pembuatan dia mengalami pemurnian, kakinya sakit dan tidak bisa berjalan. Sehari sebelum perayaan teman praktisi tidak tega melihat kondisinya dan segera menelepon saudaranya yang bekerja sebagai perawat agar memberi dia obat, karena pikiran lurusnya kurang maka dia meminum obat tersebut, namun obat itu membuat kondisinya lebih parah. Akhirnya dia dibawa ke rumah sakit. Setelah mencari ke dalam dia menyadari bahwa seharusnya dia tidak minum obat. Dia meminta bantuan Guru agar tidak diopname dan segera pulang karena harus menyelesaikan sisa huruf yang akan dipakai keesokan harinya. Dokter pun datang menyatakan bahwa dia boleh pulang dan saat mengurus administrasi dia sangat terkejut karena tidak perlu membayar sepeserpun. Guru telah membantu dan menyadarkannya bahwa Xiulian adalah serius. Akhirnya dia langsung pulang mengerjakan sisa huruf sampai dini hari, huruf pun selesai. Keesokan harinya sekitar pukul 05:00 pagi dia berkemas-kemas dan sudah berseragam Tian Guo Marching Band, tiba-tiba anaknya yang sedang mengandung mengalami pendarahan, dia segera membuka seragam dan membawa anaknya ke rumah sakit. Akhirnya berkat belas kasih Guru dia berhasil ke tempat perayaan bahkan bisa mengikuti keseluruhan acara.
Elliana, menceritakan pengalaman tentang bagaimana Guru mengatur takdir pertemuannya dengan Dafa melalui penyakit ibunya yang segera sembuh setelah berlatih Falun Dafa. Setelah membaca buku Zhuan Falun dia memahami tujuan hidup dan Falun Dafa adalah Xiulian. Dia menceritakan tentang kehilangan dan memperoleh ketika dulu dia ingin mendapatkan pekerjaan yang diidam-idamkan, tetapi karena keterikatan dia melakukan segala cara, bahkan yang tidak sesuai dengan Dafa. Setelah menyadari dan melenyapkan keterikatan hati,Guru dengan belas kasih mengaturnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan nilai tertinggi dan menjadi pegawai negeri sipil di rumah sakit provinsi. Di tengah situasi pandemi dia juga berusaha memanfaatkan waktu untuk menyelamatkan makhluk hidup dengan mengikuti proyek klarifikasi online (mengirim email ke daratan Tiongkok dan brosur online) serta membantu rekan kerjanya untuk mengenali watak hakiki komunis.
Ngurah Cahyadi, menceritakan pengalamannya mendapatkan Fa di akhir tahun 2005 dan berkat dorongan teman-teman praktisi serta lingkungan Xiulian dia mampu bertahan dalam jalur Dafa. Dia juga menceritakan pengalaman saat bergabung dalam proyek Tian Guo Marching Band, menyadari dengan hati sesuai Dafa dan meningkatkan Xinxing maka Guru akan melakukan pengaturan yang luar biasa dan tidak pernah terduga sebelumnya. Dengan bergabung dalam proyek ini dia juga mengatakan bisa menyelamatkan lebih banyak makhluk hidup. Terakhir dia menceritakan bagaimana Guru dengan belas kasih mengaturnya bisa mengikuti Fahui Internasional di Amerika pada tahun 2017 meskipun berbagai kekurangan dan hati manusia yang dimilikinya.
Sulastra bercerita telah melewati 4 kali lintasan karma yang cukup berat, yang terakhir dia merasakan sekujur tubuhnya tidak bisa digerakkan dan sangat sakit. Suami dan anak-anak yang juga praktisi terus mendorongnya dengan melakukan pemancaran pikiran lurus dan belajar Zhuan Falun bersama. Di tengah melewati karma penyakit, ujian Xinxing juga dia alami, dia selalu mencari keluar dengan menyalahkan orang lain (suami dan anak-anaknya) karena tidak menuruti semua kemauannya disamping rasa iri hatinya yang mencuat. Setelah beberapa waktu dia menyadari bahwa saat menghadapi ujian karma penyakit juga harus berusaha untuk meningkatkan Xinxing. Setelah 2 bulan, tanpa mengonsumsi obat dia pulih berangsur-angsur, dia segera bergabung dalam proyek petisi melaporkan kejahatan kemanusiaan Jiang Zemin dan memancarkan pikiran lurus di depan Konjen Tiongkok.
Dian, seorang guru SMU menceritakan pengalamannya telah melewatkan kesempatan klarifikasi fakta di lingkungan sekolah tempat dia mengajar karena keterikatan hatinya seperti mencari nama, serta rasa puas diri. Dia menyadari telah melakukan kesalahan dan merasa sedih serta menyesal. Dia juga bercerita kisah kultivasinya di lingkungan keluarga, dia merasa dirinya paling menderita, diperlakukan tidak adil dan kerap dipersalahkan karena beban pekerjaan rumah tangga serta tugas-tugas sekolah yang banyak, ujian-ujian ini datang secara berulang-ulang sehingga suatu saat dia bertekad untuk bisa melewati ujian ini, melalui pemahaman dari Fa Shifu dan kerap mendengarkan lagu “Mantra 9 Aksara”. Secara berangsur-angsur dia bisa menekan pikiran-pikiran buruknya.
Tari, mendapatkan Fa pada tahun 2008. Informasi tentang Dafa dia dapatkan dari temannya, setelah berlatih penyakit bronchitis dan sakit kepalanya hilang. Dia juga menceritakan ujian Xinxing yang dialami di lingkungan keluarga, dia menyadari harus bersabar dengan tanpa rasa marah, bersamaan itu dia juga menceritakan pengalamannya saat bergabung dalam parade di Hongkong 3 tahun lalu, banyak hal yang disadari seperti Qing yang besar terhadap keluarga, keterikatan nafsu birahi, kenyamanan dan menunda-nunda pekerjaan. Saat parade pun dia mengalami hal yang luar biasa, meski jarak parade yang jauh dan terus-menerus meniupkan instrumen musik - dia tidak merasa lelah, malah sebaliknya merasa bersemangat, gembira dan menyadari Guru telah membantu serta membimbingnya sehingga bisa melewati semua rintangan. Saat wabah pandemi seperti sekarang ini dia tetap berusaha untuk melakukan klarifikasi fakta seperti mengirim email ke daratan Tiongkok, dan menyadari dalam melakukan proyek ini hati harus selaras dengan Dafa, penuh keteguhan, konsisten serta melepaskan rasa puas diri.
Risda, praktisi remaja yang baru berusia 17 tahun mengatakan setelah menonton video Ceramah Fa Guru selama 9 hari, dia menjadi teringat perjalanan Xiuliannya sejak dia masih kecil dan bagaimana buku Zhuan Falun senantiasa menyadarkannya akan kekurangan dirinya. Sejak SD sampai SMP dia memiliki hati manusia yang kuat seperti mudah marah, mengejar nama dan kepentingan, mentalitas bersaing, rasa bangga diri serta merasa diri paling hebat, hal ini membuatnya lelah dan bertanya dalam hati, “Apakah saya seorang praktisi Dafa?” Dia yang dulunya memiliki peringkat tertinggi di kelas (SMP) akhirnya prestasinya mulai menurun. Menginjak SMA dia menyadari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi, perlahan-lahan dia lebih menyadari makna ajaran Guru dalam Zhuan Falun. Di SMA dia juga melihat bagaimana bobroknya masyarakat manusia biasa dan berupaya agar tidak terbawa arus. Merasa beruntung terlahir dari keluarga praktisi Dafa dan menguatkan tekad untuk terus berada di jalur Xiulian, karena banyak praktisi muda terlena di tengah kehidupan manusia biasa dan menjadi kurang gigih dalam berkultivasi. Mengakhiri pengalamannya dia mengucapkan terima kasih kepada Guru karena telah menyebarkan Dafa di dunia, memberikan takdir pertemuan serta kesempatan yang sangat berharga ini.
Para Praktisi di Denpasar Mengucapkan Selamat Ulang Tahun pada Guru Yang Terhormat
Para Praktisi di Tabanan Mengucapkan Selamat Ulang Tahun pada Guru Yang Terhormat
Praktisi lain mendengarkan dengan saksama setiap pengalaman yang dibaca. Seorang praktisi yang menangis haru mengatakan suasana perayaan sangat sakral, serta mengajak teman–teman praktisi untuk membiasakan diri berbagi pengalaman. Akhir acara para praktisi berfoto bersama untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Guru yang Terhormat.
Perayaan Hari Falun Dafa di Surabaya
Sementara itu, pada Minggu (10/5) beberapa praktisi di Surabaya juga merayakan Hari Falun Dafa yang sakral tersebut dengan mengadakan latihan Gong bersama pada pagi hari, disusul kegiatan berfoto bersama untuk menyampaikan ucapan syukur mereka kepada Guru terhormat. Setelah itu praktisi melakukan belajar Fa bersama dan sharing pemahaman serta pengalaman tentang bagaimana melakukan tiga hal dengan lebih baik selama masa pandemi ini.
Praktisi melakukan meditasi bersama