(Minghui.org) Sejak rezim komunis Tiongkok memulai penganiayaan pada tahun 1999 terhadap Falun Gong, sebuah disiplin pikiran-tubuh berdasarkan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar, banyak praktisinya yang telah ditangkap, dipenjara, disiksa, atau bahkan dibunuh. Para praktisi ini berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dan salah satu dari mereka adalah seorang petugas polisi dari Provinsi Qinghai.
He Wanji bekerja sebagai seorang polisi untuk bagian keamanan di Departemen Kepolisian Divisi Kereta Api, Kota Xi'ning. Dia dan istrinya, Zhao Xiangzhong, berulang kali ditangkap karena menolak melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong. Mereka kemudian dianiaya hingga meninggal.
He Wanji dan istrinya, Zhao Xiangzhong
Di bawah ini adalah kisah penganiayaan terhadap keluarga tersebut:
He menemukan Falun Gong pada tahun 1997 ketika dalam perjalanan bisnis dan memperkenalkan latihan tersebut kepada istri, putra, orang tua, dan saudara lelakinya setelah kembali ke rumah. Dia sembuh dari tumor otak dan berbagai penyakit lainnya, sementara istrinya sembuh dari nefritis (radang ginjal), migrain, radang sendi, dan penyakit lainnya.
Sejak berlatih Falun Gong, He menjadi sangat berdedikasi dalam pekerjaannya dan menerima pujian tinggi dari rekan-rekan dan manajemennya. Dia secara terbuka berkali-kali diakui sebagai pekerja teladan dan anggota serikat yang proaktif.
Namun setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada bulan Juli 1999, He dan istrinya berulang kali ditangkap. He dijatuhi hukuman 17 tahun penjara pada tanggal 30 Desember 2002, karena berpartisipasi dalam menginterupsi siaran televisi untuk menyiarkan kebenaran tentang Falun Gong, dan dia meninggal pada tanggal 28 Mei 2003. Istrinya meninggal di rumah pada tanggal 22 Februari 2003, setelah dibebaskan dari kamp kerja paksa. Ketika ibu He dan saudara laki-lakinya ditahan, ayahnya meninggal dalam kesedihan.
Pasangan Suami Istri Dikirim ke Kamp Kerja Paksa
He pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan untuk menentang penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 2000, setelah dia dipecat tanpa alasan dan tidak memiliki cara lain untuk mengajukan bandingDia dan keluarganya diterima oleh Kantor Banding Pusat dan polisi di Lapangan Tiananmen, ketika mereka pergi ke Beijing pada bulan Maret 2000, namun yang menanti merekasetelah pulang adalah setahun kerja paksa bagi mereka berdua.
Setelah setahun di kamp kerja paksa, pekerjaan He tidak dipulihkan. Dia dan istrinya pergi keluar untuk memberi tahu orang-orang tentang Falun Gong dan ditangkap tiga bulan kemudian. Pasangan itu menjadi sasaran pemukulan dan punggung serta kaki He dipukuli hinggamenjadi lebam, dan dia pingsan sepanjang hari.
Pasangan itu kemudian dijatuhi hukuman tiga tahun kamp kerja paksa. Ketika dikirim ke kamp kerja paksa, He dipukuli hingga sulit berjalan.
He pernahmenerbitkan kisah penganiayaan terhadapnya di situs web Minghui.org:
“Beberapa petugas polisi secara brutal memukuli saya dan istri saya, Zhao Xiangzhong, ketika sedang diproses untuk kerja paksa di Biro Keamanan Umum Kabupaten Huangzhong pada tanggal 18 Juni 2001. Sore itu, petugas dari Kantor Polisi Tianjiazhai di bawah Biro KeamananPublik Kabupaten Huangzhongmerobek baju kami, menjambak rambut kami, dan membenturkan kepala ke dinding di sebelah pintu masuk kantor polisi. Saya dengan seketika pingsan.
“Malam itu polisi yang bertugas memukuli saya lagi dengan kejam ketika saya sedang ditahan sebagai narapidana di Pusat Penahanan Biro Keamanan Umum Kabupaten Huangzhong. Dia tidak berhenti bahkan setelah meninju wajah dan kepala saya. Dia memerintahkan beberapa narapidana untuk memukuli sayasecara bergiliran. Saya pingsan lagi. Ketika bangun, saya terbaring di tanah di depan 'Petugas di Ruang Tugas' di pusat penahanan. Saya menderita sakit kepala dan mual yang parah, serta rasa nyeri yang tajam di punggung dan kaki bagian bawah. Saya hanya bisa lemas saat makan.
“Selama penahanan, saya berkali-kali meminta pada petugas penahanan, agar luka saya diperiksa, namun tidak ada yang memberi jawaban. Pada saat dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Duoba, masih banyak bekas luka dan memar yang tersisa akibat penyiksaan di punggung dan kaki saya. Penyiksaan itu menyebabkan kerusakan permanen, termasuk sakit kepala kronis, mual, nyeri tajam dan rasa sakit tak tertahankan di punggung bagian bawah, dan mati rasa di anggota tubuh. Saya mencapai titik di mana saya tidak bisa lagi mengurus diri sendiri. Benjolan muncul di payudara kiri istri saya karena pemukulan."
Setelah pasangan itu dikirim ke kamp kerja paksa, polisi menggeledah rumah mereka beberapa kali di malam hari.
Ketika He dipenjara di Kamp Kerja Paksa Qinghai, dia pernah ditahan di sel isolasi selama tujuh hari. Dia dibebaskan sebelumnya waktunya, setelah dipaksa menulis pernyataan jaminan.
Istri Dianiaya Hingga Meninggal
Zhao menolak bekerja sama dengan polisi dan menderita penyiksaan brutal saat menjalani hukuman tiga tahun kamp kerja paksa. Dia dibebaskan bersyarat dalam waktu tiga bulan karena menderita sakit parah.
Selama Tahun Baru Imlek tahun 2002, Zhao diculik dan dimasukkan ke kamp kerja paksa untuk ketiga kalinya. Dia ditahan di sel isolasi selama 15 hari dan kemudian dibebaskan karena menderita sakit.
Keempat kalinya adalah sebelum konvensi Kongres Nasional ke-16 Partai pada bulan November 2002. Total enam kendaraan polisi dikirim untuk mengepung rumah He. Seluruh keluarga diculik dan ditahan, termasuk dua anak perempuan dari kerabat He - berusia 12 dan 2 tahun - yang sementara mengunjungi rumah He. Mereka ditangkap dan ditahan selama lebih dari 12 jam.
Zhao ditahan di sel isolasi di kamp kerja paksa dan menjadi sasaran penyiksaan brutal. Satu-satunya tempat untuk tidur adalah di lantai beton yang dingin dan keras. Ketika dia dibebaskan 20 hari kemudian, dia tidak bisa berjalan, bagian bawah tubuhnya mati rasa, dan dia menderita sakit dada yang parah. Dia kurus dan tidak bisa makan atau pun minum. Dia menjadi lumpuh di tempat tidur dan dalam kondisi serius. Dia meninggal pada tanggal 22 Februari 2003.
He Dianiaya Hingga Meninggal Setelah Dihukum 17 Tahun Penjara
Pada bulan Agustus 2002, dalam jangka waktu tiga hari, para praktisi berhasil menyiarkan dua klip video tentang fakta kebenaran Falun Gong melalui TV kabel di Kota Xining, Provinsi Qinghai, dan di daerah-daerah tertentu di wilayah Lanzhou, Provinsi Gansu. Siaran tersebut berlangsung selama setengah jam.
Siaran televisi ini sangat mengejutkan para pejabat Tiongkok. Setelah menonton klip video tersebut, banyak orang mengetahui kebenaran dari penganiayaan yang diderita oleh para praktisi Falun Gong. Jiang Zemin, mantan diktator yang meluncurkan penganiayaan terhadap Falun Gong, memberikan tenggat waktu yang sulit untuk menyelesaikan masalah, yang mengarah kepada penangkapan lima belas praktisi Falun Gong, dan di antara mereka adalah He.
Pihak berwenang menggunakan penyiksaan untuk mendorong pengakuan dari para praktisi ini. Pada tanggal 30 Desember 2002, selama persidangan untuk empat praktisi yang terlibat dalam insiden siaran TV, termasuk He, banyak orang menyaksikan bahwa para praktisi memiliki tanda bekas penganiayaan di tubuh mereka, akibatdari berbagai bentuk penyiksaan.
Praktisi dijatuhi hukuman 7 hingga 20 tahun penjara oleh Pengadilan Menengah Kota Xining. He dijatuhi hukuman 11 tahun karena "Kejahatan menggunakan kultus terorganisir untuk mengganggu penegakan hukum," dan 9 tahun lagi untuk "Kejahatan menghancurkan peralatan penyiaran TV." Dia diperintahkan untuk menjalanipenjara selama 17 tahun gabungan.
Praktisi dengan segera mengajukan permohonan bagi mereka.
Dalam surat pengaduan He, dia menulis bahwa Falun Gong mengajarkan orang-orang untuk berlatih belas kasih dan latihan ini sangat dihormati oleh Administrasi Umum Atletik negara dan disambut dengan hangat selama Pameran Qigong dan Kesehatan Beijing tahun 1992 dan 1993. Dia menambahkan bahwa Falun Gong menerima satu-satunya "Penghargaan untuk Memajukan Batas Ilmu Pengetahuan" di Beijing Qigong dan Pameran Kesehatan tahun 1993, dan buku utama Falun Gong, Zhuan Falun adalah salah satu buku yang paling populer yang dinikmati oleh jutaan orang baik di Tiongkok maupun manca negara.
He mengatakan bahwa dia telah mengikuti ajaran buku itu untuk menjadi orang baik dan benar-benar menyelesaikan melakukan hal tersebut dalam pekerjaannya untuk menjaga operasi transportasi kereta api.
Dalam pengaduannya, He juga menunjukkan bahwa praktisi Falun Gong telah menggunakan cara-cara yang damai untuk mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong sesuai dengan hak konstitusional yang dijamin berdasarkan Konstitusi Republik Rakyat Tiongkok dan metode intersepsi TV juga didasarkan pada konstitusi dan semangat Piagam PBB tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dia menambahkan bahwa isi intersepsi TV adalah semua fakta, dan yang dibicarakan adalah kebenaran.
Pada bulan Januari 2003, Pengadilan Tinggi Provinsi Qinghai menguatkan hukuman. He kemudian dipenjara di Penjara Haomen di Prefektur Otonomi Tibet Haibei.
He masih sangat sehat ketika kerabatnya mengunjungi di penjara pada bulan April 2003. Namun, keluarganya menerima pemberitahuan pada tanggal 28 Mei 2003, bahwa dia telah meninggal karena stroke, meskipun keluarganya mencurigaiadanya suatu pelanggaran.
Ketika kerabatnya pergi untuk mengambil tubuh He pada hari itu, mereka melihat darah keluar dari hidungnya, dan lengan kanannya menunjukkan luka dengan warna hijau dan ungu, serta ada bintik-bintik, yang tampak seperti bekas di suntik. Polisi menuntut "biaya perawatan" sebesar 30.000 yuan. Anggota keluarga menolak untuk membayar. Anggota keluarga bernegosiasi dengan petugas penjara dan akhirnya membayar lima ratus yuan untuk biaya pemakaman.
Ibu dan Saudara Ditahan, Ayah Meninggal dalam Kesedihan
Ibu He, Zhao Yulan, dan adik lelakinya, He Wanzhu, juga dianiaya karena berlatih Falun Gong.
Ibunya ditahan selama 40 hari pada tahun 2001 ketika dia sedang mengunjunginya di Kamp Kerja Paksa Qinghai untuk menyampaikan ceramah terbaru Falun Gong. Rumah saudara lelakinya digeledah pada tahun 2002 oleh petugas dari Kantor 610 . Polisi menyita lebih dari 6.000 yuan uang tunai. Dia kemudian dijatuhi hukuman kerja paksa selama tiga tahun.
Setelah He dianiaya hingga meninggal pada tahun 2003, putranya yang bekerja di pemadam kebakaran, dipindahkan keluar dari Kota Xi'ning ke daerah terpencil di bawah instruksi dari kepala Departemen Keamanan Publik Provinsi Qinghai, dan kemudian dipaksa berhentibekerja.
Ayah He yang sudah tua, He Shou'an, yang berusia 80-an, meninggal pada hari kesembilan setelah Tahun Baru Imlek tahun 2004 karena stres dan sedih.
Di tengah malam tanggal 13 Mei 2004, enam petugas dari Biro Keamanan Umum Kabupaten Qinghai Huangzhong dan kantor polisi setempatmasuk ke rumah ibu He dan menggeledah tempat itu .
Dia ditangkap dan didorong ke dalam mobil polisi. Sambil menyeretnya dengan borgol, pergelangan tangannya terluka oleh borgol dan tangannya berlumuran darah.
Setelah tiba di pusat penahanan, dia melihat tiga praktisi lain dari desanya. Polisi sedang bersiap untuk membuat catatan dan merekam. Pada hari berikutnya, seorang polisi datang dan bertanya apakah dia masih akan berlatih Falun Gong. Dia menjawab ya, dan polisi menendangnya dengan sangat keras.
Keempat praktisi dibawa ke ladang gandum untuk menarik gulma sebelum mereka dibebaskan 15 hari kemudian setelah membayar 150 yuan.
Pada tahun 2015, ibu He mengajukan tuntutan pidana ke Mahkamah Agung Tiongkok dan Kejaksaan Agung terhadap mantan ketua Partai Komunis Jiang Zemin karena perannya dalam penganiayaan terhadap Falun Gong.
Laporan terkait dalam Bahasa Inggris:
Account of the Persecution Suffered by the Family of Practitioner He Wanji in Qinghai Province
Dafa Practitioner He Wanji from Qinghai Province Tortured to Death
A 72-Year-Old Practitioner Validates Dafa with Righteous Thoughts and Righteous Actions
Over Seventy Lawsuits Against Jiang Zemin Filed from Xining City, Qinghai Province