(Minghui.org) Isu-isu yang timbul dari artikel Minghui baru-baru ini yang berjudul “Tetap Berlandaskan pada Fakta Dasar saat Klarifikasi Fakta di Internet” sangat memerlukan perhatian kita. Tetapi, sejak setelah membaca artikel ini, saya timbul pikiran mengenai isu lain yang berhubungan dengan masalah ini.
Anak-anak muda yang tumbuh besar di Tiongkok zaman sekarang ini telah diajarkan ideologi ateis dalam seluruh hidup mereka. Sangat sedikit dari mereka yang percaya pada dewa. Bahkan bagi kita yang tumbuh besar berlatih Falun Dafa, kami tidak berani bicara tentang dewa dan Buddha di masyarakat. Bagi diri saya sendiri, saya takut ditertawakan oleh teman-teman saya. Dulunya, saya melihat beberapa orang bereaksi dengan ejekan dan kata-kata yang tidak enak didengar saat para praktisi lansia menasehati mereka bahwa melafal “Falun Dafa hao (baik), Sejati-Baik-Sabar baik” bisa membantu melenyapkan musibah. Jadi saat saya klarifikasi fakta, saya hanya berbicara mengenai sejarah kejahatan dari Partai Komunis Tiongkok dan betapa indahnya Falun Dafa itu.
Di artikel yang disebutkan di atas, si penulis berkata kita tidak seharusnya berbicara apa pun yang berada di atas pemahaman manusia biasa atau bertentangan dengan pikiran mereka. Tetapi, saya tidak berpikir bahwa kita harus menghindari berbicara hal-hal di tingkatan lebih tinggi saat klarifikasi fakta.
Seperti yang kita semua ketahui, situasi dari COVID -19 adalah serius. Meski orang-orang tidak percaya melafal “Falun Dafa Hao (baik), Sejati-Baik-Sabar baik” bisa membantu, kita seharusnya tetap memberitahu mereka mengenai itu, karena kita tidak pernah tahu apakah mereka akan merubah pikiran mereka dan menjadi ingin mencobanya saat mereka tidak memiliki pilihan lain untuk membantu atau menenangkan diri. Dan saya menyadari bahwa keberatan saya untuk memberitahu orang mengenai “Falun Dafa Hao (baik), Sejati-Baik-Sabar (baik)” adalah untuk melindungi diri agar tidak dicemooh orang. Saya telah mementingkan diri sendiri.
Saya kini menyadari bahwa saat kita klarifikasi fakta, kita harus meluruskan pemahaman kita dan keyakinan kuat kita terlebih dahulu – yaitu bahwa Buddha itu ada, dan percaya akan keberadaan dewa adalah kondisi masyarakat yang normal.