(Minghui.org) Wang Jing, praktisi Falun Gong di New York, menelepon untuk menuntut pembebasan suaminya yang menderita gagal jantung dan ginjal di rumah sakit setelah penangkapannya di Tiongkok.
Ren Haifei, 45 tahun, ditangkap di apartemen sewaannya di Kota Dalian, Provinsi Liaoning pada 26 Juni, karena berlatih Falun Gong. Para agen dari Kantor Polisi Ganjingzi yang bertanggung jawab atas penangkapan Ren. Ketika keluarganya menelepon untuk menanyakan statusnya, wakil kepala Huang Xian menolak untuk memberikan informasi. Pihak keluarga akhirnya mencoba bertanya pada Wang Xiaxu (tidak ada hubungan dengan Wang), seorang polisi yang terlibat dalam penangkapannya. Wang juga tidak memberikan informasi dan malah mengutuk keluarga itu.
“Suami saya sangat sehat selama bertahun-tahun karena berlatih Falun Gong. Saya tidak bisa membayangkan betapa menderitanya ia selama dua minggu terakhir ini,” kata Wang saat dalam rapat umum di depan Konsulat Tiongkok di New York untuk menyerukan pembebasannya. “Banyak kisah mengerikan tentang penahanan praktisi. Suami saya tidak bersalah dan ia harus dibebaskan sekarang.”
Warga New York, Wang Jing mengatakan suaminya Ren Haifei dalam kondisi kritis di tahanan polisi di Tiongkok.
Rekan Ren dan kerabatnya melakukan protes di depan Konsulat Tiongkok di New York, mendesak pembebasannya
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa merupakan metode kultivasi berdasarkan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Sejak mantan Partai Komunis Tiongkok (PKT) Jiang Zemin mulai menganiaya Falun Gong pada Juli 1999, sebagian besar praktisi ditangkap, ditahan, dipenjara, disiksa, mengalami tekanan psikologis, dan bahkan dirampas organ tubuhnya secara hidup-hidup.
Polisi dari Kantor Polisi Ganjingzi di Kota Dalian menyita uang tunai senilai 500 ribu yuan dan perlengkapan komputer lebih 200 ribu yuan dari apartemen Ren. Mereka juga menemukan mobilnya dan menyita 50 ribu yuan uang tunai yang ditemukan dalam kendaraannya.
Polisi tidak menunjukkan identitasnya selama penangkapan. Ren kemudian ditahan di Pusat Penahanan Yaojia di Dalian, di mana ia melakukan mogok makan sebagai bentuk protes.
Sun Zhongli, praktisi yang tinggal di satu area perumahan yang sama dengan Ren, juga ditangkap. Lebih dari 100 buku Falun Gong dan komputer pribadinya disita. Seperti halnya dengan penangkapan Ren, polisi juga tidak menunjukkan identitasnya selama penangkapan. Karena kesehatannya buruk, Sun dibebaskan pada hari berikutnya.
Menurut Wang, suaminya mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1994, saat ia berusia 19 tahun dan sejak itu ia memiliki kesehatan yang baik.
Setelah penganiayaan Falun Gong dimulai pada Juli 1999, Ren bergabung dengan praktisi lain dalam meningkatkan kesadaran akan penganiayaan. Pada tahun 2001, ia ditangkap di rumahnya dan dipenjara selama 7,5 tahun, yang pertama di Penjara Huazi di Liaoyang, kemudian di Penjara Dalian. “Dia mengalami penyiksaan brutal dan ditempatkan dalam sel isolasi karena tidak mau melepaskan keyakinannya,” kata Wang. “Ketika ia melakukan mogok makan untuk menuntut pembebasannya, dia disiksa dan kesehatannya semakin memburuk.”
Pada saat dia dibebaskan pada September 2008, Ren yang saat itu berusia 33 tahun, menjadi sangat lemah karena penganiayaan jangka panjang di penjara. Namun, ia harus pergi jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut.
“Di seluruh Tiongkok, praktisi Falun Gong berulang kali dilecehkan dan ditahan karena keyakinan mereka,” kata Wang. Setelah mengetahui penangkapan terakhir suaminya, dia bersama beberapa teman serta rekan-rekan praktisi pertama pergi ke Markas Besar PBB dan kemudian pergi ke Konsulat Tiongkok di New York pada 1 Juli 2020, menuntut pembebasan Ren.
Wang Jing dan pendukungnya menggelar protes damai di depan PBB untuk menyerukan pembebasan suaminya, Ren Haifei, yang ditahan di Tiongkok karena menjunjung tinggi keyakinannya pada Falun Gong.
Praktisi Falun Dafa Wang Li’an yang berdiri di samping spanduk “Falun Dafa baik” dan “Ajukan Jiang Zemin ke Pengadilan,” berkata bahwa ia mengkhawatirkan keselamatan Ren di Tiongkok karena pengambilan organ secara paksa dari tahanan hati nurani masih terus berlanjut di sana.
Hu Yang, seorang teman Ren, berkata bahwa PKT telah merugikan dunia lewat infiltrasi dan disinformasi. “Karena PKT menutupi pandemi virus corona, penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan ratusan ribu kematian,” kata Hu. “Kita harus berpikir-jernih dan menjauhkan diri dari rezim untuk menghindari kerugian lebih lanjut.”
“Setiap suara begitu penting,” tambah Wang. “Kecuali kita bergabung bersama dan menghentikan penganiayaan, banyak praktisi seperti suami saya yang masih menderita karena keyakinan mereka.”