(Minghui.org) Seorang pemuda di Wilayah Huili, Provinsi Sichuan telah didakwa dan menghadapi persidangan karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah disiplin jiwa dan raga yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.
Luo Longfei bekerja di Foxconn di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan setelah lulus sekolah sekitar tahun 2004. Karena berbicara kepada petugas keamanan perusahaan tentang ilegalitasnya penganiayaan terhadap Falun Gong pada 1 April 2019, ia dilaporkan dan ditahan selama 10 hari. Polisi mengikutinya ke perusahaanya di hari ia dibebaskan dan memaksanya untuk membubuhkan sidik jari di surat pengunduran diri yang telah disiapkan oleh perusahaan.
Polisi mengawasinya membereskan pakaiannya dan mengantarkannya ke stasiun kereta api. Mereka mengambil fotonya yang sedang naik kereta api dan tidak pergi hingga keretanya beranjak dari stasiun.
Melihat bahwa kesedihannya setelah pulang ke rumah, ibu Luo, Tan Fang, membawanya menemui beberapa praktisi Falun Gong pada malam hari tanggal 21 April 2019. Ketika mereka sedang belajar ajaran Falun Gong, sekelompok polisi berjumlah 10 orang mendobrak masuk ke rumah praktisi dan menangkap 7 orang praktisi yang hadir.
Meskipun 6 praktisi lain termasuk Tan ditangkap malam itu, mereka kemudian dibebaskan, namun tidak demikian dengan Luo, ia tetap ditahan.
Tan secara berkala pergi ke Kantor Keamanan Domestik dan Kejaksaan untuk meminta pembebasan anaknya. Tapi petugas menjawab bahwa mereka tidak akan membebaskan Luo kecuali ia melepaskan Falun Gong. Mereka juga menyalahkannya karena menjadi “pelaku berulang.”
Jaksa penuntut kemudian mendakwa Luo dan mengirimkan kasusnya ke pengadilan.
Luo dipukuli dan disiksa secara verbal oleh tahanan lain di pusat penahanan lokal. Pengacaranya mengajukan tuntutan hukum terhadap narapidana di pusat penahanan itu setelah mendengarnya dari Luo ketika mengunjunginya. Narapidana ini membalas dendam dengan memasukkan kepala Luo ke tanki air dan mengancam akan memukulinya lagi jika ia melaporkan penyiksaan ini.
Ketika berusaha menyelamatkan Luo, Tan ditahan di kantor polisi selama 3 jam pada 21 Oktober 2019, dan kemudian ditahan selama setengah bulan dari 12 Juni hingga 27 Juni 2020, setelah polisi menemukan ia menyelipkan secarik kertas di pakaian yang ia kirimkan ke Luo, yang berisi pesan mendorongnya untuk tidak melepaskan keyakinannya.