Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Dari Uni Soviet sampai PKT, Kebohongan yang Sama Terus-Menerus Mencelakakan Orang-Orang

10 Agu 2020 |   Oleh Xin Ming dan Xin Yan

(Minghui.org) Selama kelaparan Soviet pada tahun 1932-1933, orang-orang yang kelaparan ditembak karena mencoba mencuri gandum dari komune setempat dan bahkan “dieksekusi karena mencoba mengambil beberapa biji yang jatuh di tanah,” kata Shamshur, duta besar Ukraina untuk Amerika Serikat pada tahun 2006. Ia juga mengutip kesaksian Mykhaylo Naumenko, yang berusia 11 tahun pada waktu itu, “Pada tanggal 24 Mei, desa kami yang terdiri dari 75 rumah, semua kosong karena semua penghuninya telah meninggal dunia.”

Sekitar 30 tahun kemudian, tragedi serupa terjadi di Tiongkok di bawah kekuasaan Partai Komunis Tiongkok (PKT). “Sebuah laporan tertanggal 30 November 1960, dan diedarkan di kepemimpinan puncak - kemungkinan besar termasuk Mao - menceritakan bagaimana seorang pria bernama Wang Ziyou dipotong salah satu telinganya, kakinya diikat dengan kawat besi, dan sebuah batu seberat 10 kilogram dijatuhkan ke atas punggungnya sebelum ia dicap dengan besi panas. Kejahatannya: menggali kentang,” tulis Frank Dikötter, seorang profesor di Universitas Hong Kong dan penulis Mao's Great Leap to Famine.

Dikötter berada di Tiongkok selama beberapa tahun antara tahun 2005 hingga tahun 2009 untuk menyelidiki ratusan dokumen. Ia juga membaca tentang seorang anak lelaki yang mencuri segenggam gandum di sebuah desa Hunan. Seorang pejabat lokal bernama Xiong Dechang memaksa ayah bocah itu untuk mengubur putranya hidup-hidup di tempat. Sang ayah meninggal dunia tiga minggu kemudian karena kesedihan.

Sepanjang abad ke-20, lebih dari 60 juta orang di Uni Soviet kehilangan nyawa karena perang, kelaparan, dan pembersihan politik. Di Tiongkok Komunis, sebanyak 80 juta orang telah meninggal dunia dengan penyebab yang tidak wajar. Namun, fakta-fakta semacam itu dijaga ketat sebagai “rahasia besar” karena jika terungkap ke publik dapat mengancam kediktatoran totaliter mereka.

Merenung pada kebohongan Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), kita bisa melihat banyak persamaan dengan yang diceritakan oleh PKT, yang masih menipu warga negara Tiongkok dan masyarakat internasional. Salah satu contohnya adalah wabah virus corona: penutupan PKT telah mengubah epidemi menjadi pandemi global, menewaskan lebih dari setengah juta orang di seluruh dunia.

Berikut ini adalah beberapa kebohongan besar partai komunis.

Disinformasi Domestik

Uni Soviet mengalami tiga kali kelaparan besar. Yang pertama adalah selama Perang saudara pada tahun 1921, ketika PKUS mengumpulkan gandum, menghancurkan produktivitas pedesaan, dan mengurangi antusiasme petani. Produksi gandum Rusia turun setengahnya, dan 5 juta orang mati kelaparan. Kanibalisme terlihat di banyak daerah. Kelaparan kedua terjadi pada tahun 1929, ketika Stalin memaksa petani untuk bergabung dengan pertanian kolektif dan membeli hasil pertanian dengan harga yang sangat rendah, sementara harga gandum yang dijual kepada petani sangat tinggi. Itu menyebabkan kematian 8 juta orang, termasuk seperempat dari seluruh populasi Ukraina. Kelaparan hebat ketiga terjadi pada tahun 1946 dan 1947.

Selain kelaparan yang menghancurkan, orang-orang di Uni Soviet bersusah-payah dengan kekurangan kebutuhan sehari-hari sebagai akibat dari penurunan industri ringan, karena prioritas utama diberikan kepada industri berat dan militer. Di atas semua ini, sejumlah besar orang menjadi sasaran pembersihan politik dan penindasan selama era Stalin, dan semua orang hidup dalam ketakutan. Sementara itu, PKUS memberi tahu orang-orang bahwa mereka menjalani kehidupan bahagia yang tak tertandingi.

PKT telah melakukan kebohongan yang serupa sepanjang masa pemerintahannya. Ketika lebih dari 40 juta orang meninggal dunia karena kelaparan akibat Kebijakan Lompatan Besar ke Depan, Partai mengatakan kepada orang-orang Tiongkok bahwa mereka lebih baik dari pada di negara-negara lain dan bahwa dua pertiga dari penduduk dunia menderita dalam kemiskinan. Di Tiongkok saat ini, lebih dari 600 juta orang berjuang dengan pendapatan bulanan kurang dari 1.000 yuan (sekitar $ 140 USD). Faktanya, Tiongkok berada di peringkat 92 dari 150 negara dalam World Happiness Report PBB 2020, jauh di belakang negara-negara Barat.

PKT juga memberi tahu warganya bahwa Tiongkok adalah tempat paling aman di dunia dan hanya PKT yang dapat melindungi mereka. Propaganda mereka dipenuhi dengan laporan berlebihan tentang isu-isu di Amerika Serikat, seperti penembakan, kerusuhan, pengunjuk rasa, tingkat keparahan infeksi virus corona, dan sebagainya. Faktanya adalah bahwa 68% dari penganggur di AS telah menerima bantuan tunai bahkan lebih besar daripada gaji mereka, dan kebutuhan sehari-hari didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan secara gratis.

Jika Tiongkok adalah negara paling aman seperti yang diklaim PKT, lalu mengapa pemerintah menolak mengatur pelajar Tiongkok yang terjebak di luar negeri untuk pulang? Mengapa Tiongkok menghabiskan ratusan miliar untuk “kestabilan” domestik dan mengawasi warga negaranya sendiri? Tanpa supremasi hukum, kebebasan berbicara, dan kebebasan berkeyakinan, kestabilan ini tidak lain adalah didapatkan dari penindasan dengan kekerasan.

Orang Miskin Menyangga Bangsa yang Kuat

Memang benar bahwa angkatan bersenjata Soviet, terutama ketika menyangkut senjata nuklir, melampaui Amerika Serikat sebagai kekuatan militer paling kuat di dunia pada pertengahan 1980-an, tetapi untuk menunjukkan bahwa Uni Soviet makmur dan kuat akan menjadi kesalahan besar.

Untuk mempertahankan supremasi militernya, Uni Soviet melakukan lebih dari 80% investasi industrinya di industri berat, yang tidak ada hubungannya dengan mata pencaharian masyarakat. Orang-orang harus bangun pada jam 5:00 pagi mengantre untuk keperluan sehari-hari. Orang-orang kelaparan dan petani dieksploitasi. “Kerajaan” ini dibangun di atas fondasi yang goyah.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pernah mengatakan bahwa modernisasi masa lalu dengan mengorbankan rakyat, modernisasi untuk mendapatkan “nama baik” bagi negara, modernisasi untuk pemimpin yang memuja kekuatan militer, modernisasi untuk menampilkan "kemuliaan kekaisaran," dan model pembangunan di mana orang-orang menjadi korban dari “kesuksesan nasional” semuanya terbukti sebagai keterbalikan dari “peradaban modern.”

Sayangnya, pelajaran dari PKUS masih dianggap sebagai “senjata ajaib” oleh PKT, yang dengan antusias merangkul keempat hal yang disebut "modernisasi" itu dan percaya bahwa itu adalah bayangan dari kemakmuran dan kekuasaan Tiongkok.

Sementara banyak orang di Tiongkok hidup dalam kemiskinan, bantuan luar negeri PKT telah mencapai 6 triliun yuan dalam empat tahun terakhir, angka yang sungguh besar sekali. PKUS juga menawarkan bantuan keuangan yang murah hati ke negara-negara lain untuk mengekspor “revolusi merah” nya denganmenumpuk utang yang sangat besar untuk dirinya sendiri. PKT hari ini mengikuti langkah PKUS dengan mempromosikan ideologi komunis secara global dengan mengorbankan standar hidup warga Tiongkok.

Korupsi yang Tidak Bisa Dipisahkan dari Pemimpin Komunis

Para pemimpin komunis seperti Marx, Lenin, Stalin, Mao, dan sebagainya sering disembah sebagai “penyelamat agung” dengan moral yang tinggi. Meskipun mereka menentang kepercayaan agama, mereka mendewakan diri sendiri. Di sisi lain, kebrutalan, berdarah dingin, dan mementingkan diri sendiri dengan ekstrem, disembunyikan dan tidak diketahui oleh orang-orang di negara-negara komunis sampai hari ini.

Ballerina Olga Lepeshinskaya dikatakan sebagai salah satu simpanan Stalin. Pada tahun 2004, ia mengatakan ini tentang Stalin: “Ia bisa sangat manis dan sangat baik, tetapi itu mungkin hanya kesan yang dibuat-buat. Karena pada intinya ia adalah orang jahat, pendendam dan pemarah.”

Vera Davydova dikatakan sebagai simpanan Stalin yang paling disukai dan telah bersamanya selama hampir dua dekade. Dalam buku kenang-kenangannya Confessions of Stalin's Lover, ia menggambarkan betapa kejam dan liciknya Stalin dan rekan-rekan seniornya memperjuangkan kekuasaan dan betapa tidak bermoral dan tanpa prinsipnya mereka dalam kehidupan pribadi mereka yang boros. Ia juga menjelaskanbahwa ia dapat tetap hidupkarena Alexander N. Pskrebyshev, yang diyakini sebagai pejabat Stalin yang paling tepercaya, tidak mematuhi perintah terakhir Stalin untuk melemparkannya ke dalam kandang serigala.

Baik Karl Marx maupun Friedrich Engels sangat tidak peduli pada kehidupan manusia, bahkan jutaan orang sekalipun. Engles menulis dalam The Magyar Struggle, “Perang dunia berikutnya tidak hanya akan menyebabkan kelas reaksioner dan dinasti reaksioner, tetapi juga seluruh orang-orang reaksioner menghilang dari permukaan bumi. Itu juga adalah kemajuan.”

Mao Zedong, pemimpin Komunis yang paling berpengaruh di Tiongkok dan dipuji sebagai “penyelamat agung” rakyat, sebenarnya tangannya bernoda darah puluhan juta orang. Ia kejam terhadap rekan-rekannya, orang-orang biasa, dan bahkan orang-orang yang dicintainya.

Yang Kaihui, istri kedua Mao, ditangkap oleh Kuomintang (KMT) setelah Mao dan pasukan merahnya menyerang Changsha. Ia dieksekusi pada usia 29 tahun setelah menolak untuk mengecam Mao, meninggalkan tiga anak kecil.

Menurut catatan sejarah, Mao memiliki banyak kesempatan untuk menyelamatkannya dengan memindahkan ia dan anak-anak mereka ke tempat yang aman sebelum serangan. Tetapi pada saat itu Mao sudah mempunyai wanita muda cantik lainnya, He Zizhen. Diyakini bahwa Mao mengabaikan bahaya langsung yang dihadapi Yang dan anak-anak mereka karena Mao tidak ingin hubungannya dengan istri barunya terganggu.

Sejarah terulang saat Mao mencampakkan istri ketiganya, He Zizhen, sepuluh tahun kemudian. Ia diduga dikirim ke Uni Soviet untuk dirawat karena penyakit jiwa. Mao menikahi istri keempatnya, Jiang Qing, yang menjadi sangat kuat selama Revolusi Kebudayaan tetapi kehilangan posisi setelah kematian Mao. Ia diadili dan dipenjara, dan bunuh diri pada tahun 1991 saat menjalani pembebasan bersyarat medis. Menurut Li Rui, sekretaris pribadi Mao, menggambarkan Mao sebagai “penjahat baik dalam politik maupun dalam kehidupan pribadi.”

Zhou Enlai, tangan kanan Mao dan perdana menteri Tiongkok dari tahun 1954 sampai kematiannya pada tahun 1976, dianggap oleh sebagian besar orang-orang Tiongkok sebagai “perdana menteri yang baik” dengan integritas dan standar moral yang tinggi. Namun, ketika apa yang ia lakukan di belakang layar diketahui, terutama selama Revolusi Kebudayaan, orang-orang sangat tidak percaya: Zhou secara pribadi bertanggung jawab atas penganiayaan dan bahkan kematian beberapa pejabat PKT paling senior, serta orang-orang yang dekat dengannya, untuk menyelamatkan diri sendiri.

Sebagai contoh Sun Weishi. Sun adalah putri dari seorang anggota veteran PKT, yang juga memegang posisi tinggi di pemerintah nasional pada saat itu dan merupakan teman dekat Zhou Enlai. Ayah Sun ditangkap dan dieksekusi pada April 1927 ketika ia baru berusia lima tahun. Ia kemudian diadopsi oleh Zhou Enlai dan belajar di Uni Soviet. Ia menjadi seniman yang ulung. Istri Mao, Jiang Qing, yang dikatakan cemburu dengan bakatnya, menganiayanya. Zhou untuk melindungi dirinya, secara pribadi menandatangani surat perintah penangkapan Sun. Ia dipukuli dan dianiaya secara brutal dan meninggal dunia beberapa bulan kemudian. Ketika meninggal dunia, tubuhnya memar, tangan dan kakinya terbelenggu, dan sebuah paku tertancap di bagian atas tengkoraknya.

Di satu sisi, tidak mengherankan bahwa para pemimpin komunis yang “agung” itu memperlakukan teman-teman mereka dan anggota keluarganya dengan begitu kejam dan berdarah dingin. Bagi mereka dan banyak orang lain dalam sistem, “Sifat Partai” jauh lebih penting dari pada “sifat manusia.”

Hari Ini PKT Masih Membohongi Dunia

Setelah PKUS runtuh, mantan Perdana Menteri Soviet Nikolai Ryzhkov pernah menggambarkan bagaimana para pejabat Soviet bekerja: “Kami mencuri apa yang dipercayakan kepada kami untuk dijaga, memberikan dan menerima suap... sambilmenikmati kebohongan kami, kami saling menggantungkan medali di dada satu dengan lain. Semua orang melakukan ini, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.”

Ketika negara-negara Barat bangun dari arus kebohongan yang tiada akhirnya, yang dilemparkan oleh PKT, sebuah koalisi terbentuk untuk meminta pertanggungjawaban PKT atas hilangnya nyawa dan kehancuran sosial serta ekonomi yang mengerikan. Koalisi itu terdiri dari negara-negara yang telah menjadi korban pandemi dahsyat akibat dari penutupan wabah dan kampanye disinformasi yang dengan sengaja dilakukan oleh PKT.

Hukum Keamanan Nasional Hong Kong yang dibuat PKT telah memberikan lebih banyak alasan untuk koalisi semacam itu, karena semakin banyak negara menyadari bahwa prinsip-prinsip dasar kebebasan, perdamaian, keadilan, hak asasi manusia dan supremasi hukum tidak akan pernah mendapat tempat dalam agendanya.

Artikel terkait dalam bahasa Mandarin:

【认清中共】从“独夫”残害亲人看共产主义者