(Minghui.org) Saya telah berlatih Falun Dafa selama 11 tahun. Kebahagiaan dan rasa syukur yang saya rasakan ketika saya pertama kali memperoleh Dafa masih sangat jelas bagi saya. Ketika saya pertama kali membaca buku Guru Li (pencipta Falun Dafa) Zhuan Falun, saya terkejut dengan kebijakan dan belas kasih Guru yang tak terhingga.
Guru Li menjelaskan prinsip-prinsip Buddha yang mendalam menggunakan bahasa sederhana, sehingga semua orang, yang tidak terganggu mentalnya, dapat memahaminya dan tahu bagaimana untuk berkultivasi dan meningkat. Di waktu yang sama, Guru Li juga memurnikan tubuh mereka para praktisi sejati sehingga mereka dapat berkultivasi.
Saya tahu bahwa inilah mengapa saya datang ke dunia ini. Saya akan menghargai kesempatan untuk melakukan ini dan untuk berkultivasi dengan baik. Terima kasih Guru Li atas belas kasih dan perlindungan Anda.
Guru berkata,
“Saya masih ingin memberi tahu kepada kalian, sebenarnya watak hakiki kalian yang dahulu dibangun atas dasar egois dan kepentingan diri sendiri, mulai sekarang kalian berbuat sesuatu harus lebih dulu memikirkan orang lain, mengultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri, dahulukan orang lain kemudian baru diri sendiri, oleh sebab itu sejak sekarang apa yang kalian lakukan dan katakan juga harus demi orang lain, bahkan memikirkan generasi berikutnya! Berpikir demi keabadian Dafa yang tidak berubah untuk selama-lamanya!” (“Sifat Kebuddhaan Tanpa Kebocoran,” Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju I)
Saya ingin membagikan beberapa contoh prinsip dari “tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri” serta “sepenuhnya demi orang lain.”
“Menjadi Tanpa Ego” di Lingkungan Keluarga
Suami dan saya sama-sama berdedikasi terhadap pekerjaan kami yang membuat kami cukup sibuk. Terkadang kami memiliki konflik tentang melakukan pekerjaan rumah.
Saya memiliki kepribadian yang kuat sebelum saya mulai berkultivasi. Meski saya melakukan sebagian besar pekerjaan rumah, saya selalu merasa tidak tenang tentang hal itu, yang membuat lingkungan keluarga tidak harmonis. Sejak saya menjadi praktisi Dafa, saya mengikuti ajaran Guru tentang “tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri” di semua hal yang saya lakukan.
Saya mulai memandang segala sesuatunya dari sudut pandang suami saya. Dia adalah seorang pria yang tidak bagus dalam pekerjaan rumah tangga. Dia adalah anak paling muda di keluarganya dan tidak harus melakukan pekerjaan rumah ketika tumbuh dewasa. Setidaknya dia mulai membantu saya untuk mengepel lantai. Sayalah istri dan ibu di keluarga. Terlebih lagi, saya seorang praktisi. Saya tidak seharusnya mengeluh kepadanya tentang pekerjaan rumah tangga. Berangsur-angsur, saya tidak lagi mengeluh dengan pekerjaan rumah tangga. Kami kini berbicara secara damai tentang masalah apa pun dan keluarga menjadi sangat harmonis.
Ketika berbincang-bincang dengan seorang teman perempuan, dia berkata, “Saya sangat mengagumi kontribusi tanpa pamrih anda pada keluarga. Meski beberapa orang juga melakukan apa yang telah anda lakukan, saya tidak pernah melihat satu orang pun yang tidak pernah mengeluh atau menyesal seperti anda.”
Saya mengatakan padanya, adalah Guru yang mengajarkan saya untuk menjadi orang yang tanpa pamrih.
“Menempatkan Kepentingan Orang Lain Terlebih Dahulu” di Tempat Kerja
Setelah lima tahun menunggu, saya diberikan sebuah apartemen pada September 2009. Pada waktu itu, saya sudah berlatih Dafa selama lebih dari enam bulan. Saya memikirkan tentang menerima penawaran tersebut atau tidak. Kondisi keluarga saya jauh lebih baik daripada mereka yang benar-benar membutuhkan sebuah tempat untuk tinggal. Suami dan saya sama-sama memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Kami secara bertahap dapat membeli sebuah apartemen meski kami harus menabung dan mengurangi biaya hidup kami untuk melakukannya. Saya mendiskusikan niat saya untuk memberikan apartemen itu kepada orang lain dengan suami saya yang sangat baik dan masuk akal. Dia mendukung keputusan saya untuk tidak menerima apartemen tersebut. Orang lain mengatakan bahwa kami bodoh dan membuang ratusan ribu yuan. Namun kami merasa lega karena kami telah menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kami sendiri.
“Memikirkan Orang Lain” Selama Konflik
Pekerjaan saya adalah membantu pelanggan di meja penerima tamu, yang mengharuskan untuk hadir sepanjang tahun. Hanya ada dua orang yang melakukan pekerjaan ini. Jika salah satu dari kami mengambil cuti, yang lainnya harus bekerja keras dan bahkan tidak dapat beristirahat. Oleh karenanya, saya biasanya tidak mengambil cuti kecuali saya harus melakukannya.
Suatu hari, anak laki-laki saya, yang merupakan seorang mahasiswa di sebuah universitas di Beijing, sangat kesal. Kartu bank dan KTP nya telah dicuri pada siang hari, dan pada malam harinya dia menemukan bahwa laptopnya telah dicuri. Saya harus mengambil cuti untuk membantu dan menenangkannya.
Direktur tahu bahwa saya sering bekerja lembur dan tanpa kompensasi. Mengambil cuti akan memengaruhi bonus saya. Dia memutuskan untuk menganggap cuti saya sebagai kompensasi atas lembur saya. Namun, rekan saya iri bahwa saya dikompensasi karena lembur. Dia mengeluh kepada direktur bahwa dia harus bekerja sangat keras, bahkan setelah direktur setuju untuk menugaskan seseorang untuk membantunya. Saya meminta maaf padanya dan menjelaskan masalah yang mendesak. Saya mengatakan pada direktur bahwa saya dapat menggunakan hari libur saya dari pada menganggap cuti sebagai kompensasi lembur. Namun, dia bersikeras mengikuti keputusannya.
Tak lama setelah saya kembali dari Beijing, rekan saya mengambil cuti untuk menemani ayahnya ke Shanghai demi perawatan medis. Saya mengatakan padanya bahwa saya dapat mengurus pekerjaan ketika dia pergi. Jaga-jaga seandainya direktur masih kesal dengan reaksinya atas cuti saya, saya menemuinya, tanpa memberi tahu rekan kerja saya, dan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Saya mengatakan pada direktur bahwa jika dia tidak dapat menemukan orang untuk membantu saya selama cutinya, saya dapat menanganinya sendiri.
Lalu, direktur berkata kepada saya, “Anda sangat baik. Saya masih merasa tidak tenang ketika saya memikirkan tentang apa yang terjadi sebelumnya.”
Saya mengatakan kepadanya: “Guru saya mengajarkan kami untuk tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa ego serta selalu mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Tidak perlu marah terhadapnya. Maaf, sayalah yang membuat konflik antara kalian berdua.” Direktur tahu bahwa saya berlatih Dafa dan hanya tersenyum.
Berpartisipasi dalam Pelurusan Fa untuk Membangunkan Makhluk Hidup
Seperti ribuan praktisi Dafa, saya tidak takut terhadap penganiayaan praktisi Dafa oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan tidak takut akan membahayakan nyawa saya jika menjalankan misi menyelamatkan makhluk hidup.
Pada tahun kedua menjadi seorang kultivator, demi membuat semua makhluk hidup memahami kebenaran, saya menyiapkan tempat materi klarifikasi fakta di rumah saya. Menghabiskan 3.000 yuan, semua yang saya tabung pada saat itu, saya membeli sebuah komputer dan sebuah printer dengan bantuan rekan praktisi. Saya mulai mempersiapkan materi informasi, menyebarkannya, dan berbicara kepada orang-orang tentang kebaikan Dafa dan kebohongan penganiayaan.
Saya harap para makhluk hidup dapat mengetahui fakta dan mundur dari keanggotaan PKT serta organisasi afiliasinya. Terutama sekarang, dengan virus PKT mengamuk di seluruh dunia, saya harap orang-orang akan bangun dan tahu bahwa Falun Dafa baik dan Sejati-Baik-Sabar baik serta oleh karenanya memilih masa depan yang indah bagi diri mereka sendiri.