(Minghui.org) Saya menyelesaikan pertengkaran saya dengan ibu mertua ketika saya mulai berlatih Falun Dafa dan hidup dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Setelah melihat perubahan dalam diri saya, dia juga mulai membaca buku-buku Dafa.
Ibu mertua saya memiliki dua putra dan seorang putri, dan suami saya adalah anak sulung. Setelah kami menikah, suami saya sering menghina dan memarahi saya tanpa alasan yang jelas.
Saya mendapatkan gaji dua kali lipat, tetapi dia mengendalikan setiap aspek hidup saya. Saya merasa bahwa dia bertanggung jawab atas 99% penderitaan saya, jadi saya membencinya. Saya juga menyalahkan ibu mertua saya sebagai bagian yang bertanggung jawab atas penderitaan saya, karena dia tahu bahwa suami saya menghina saya tetapi dia tidak menegurnya.
Saya pernah mengeluh kepadanya bahwa putranya menyuruh saya berdiri telanjang selama malam musim dingin dan tidak membiarkan saya tidur. Dia membawa putranya ke ruangan lain dan tertawa terbahak-bahak dengannya tentang hal itu. Saya terkejut bahwa dia berperilaku seperti ini. Saat itulah saya mulai membencinya.
Setelah saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1996, saya menyadari penderitaan saya disebabkan oleh hubungan karma antara saya, suami, dan ibu mertua saya.
Meskipun saya memahami penyebab penderitaan saya, sulit untuk menyingkirkan kebencian saya. Suami saya dan saya mungkin akan bercerai jika saya tidak mulai berlatih Dafa; ibu mertua saya mengetahui hal ini.
Pertempuran Antara Kebaikan dan Kejahatan
Saya selalu berusaha bersikap baik kepada ibu mertua setelah saya mulai berkultivasi. Dia sering memberi tahu orang lain betapa baiknya saya, tetapi saya masih membencinya jauh di lubuk hati saya. Meski tidak tampak di permukaan, kebencian saya akan muncul ketika hati saya terusik.
Ketika ibu dari ibu mertua saya meninggal pada tahun 2010, dia bersikeras agar foto ibunya ditempatkan di kamar tempat dia tinggal. Anggota keluarga lain yang tinggal bersamanya percaya bahwa hal itu akan membawa nasib buruk bagi mereka yang masih tinggal di rumah tersebut.
Ibu mertua saya hendak membuat keributan besar tentang foto itu, yang kemungkinan merusak hubungannya dengan satu-satunya saudara kandungnya, saudara laki-laki, dan ipar perempuannya.
Ipar perempuan saya sangat khawatir dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya tahu bagaimana menanganinya tetapi enggan untuk terlibat. Dalam hati saya mengatakan terhadap ibu mertua saya, “Silakan dan buat masalah jika anda mau. Ini tidak ada hubungannya dengan saya!"
Tetapi sisi saya yang mengerti mengingatkan saya: “Kapan kamu bisa menyingkirkan kebencian ini? Kamu harus bersikap baik kepada ibu mertua, melakukannya tanpa syarat." Satu sisi saya yang mengerti berjuang melawan yang lain. Itu adalah pertempuran yang sangat sengit antara kebaikan dan kejahatan. Tetapi pikiran lurus saya menang pada akhirnya.
Saya tahu bahwa saya harus mulai memperlakukan ibu mertua saya sesuai dengan prinsip-prinsip Dafa, jadi saya memperbaiki pikiran buruk saya tentang dia dan memikirkan rencana untuk membantunya.
Saya meminta ipar perempuan saya untuk berbicara dengan anggota keluarga ibu mertua saya tentang meyakinkan dia untuk membatalkan ide memajang foto tersebut. Begitulah caranya menyelesaikan keributan itu. Ibu mertua saya membawa foto itu ke rumah, dan badai telah berlalu.
Ipar saya sangat senang dengan saya karena telah membantu menyelesaikan hal ini, dan memberi saya kesempatan untuk berbicara dengannya tentang Falun Dafa. Dia setuju untuk mundur dari Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Setelah itu, saya menyadari bahwa kebencian saya terhadap ibu mertua saya belum tersingkirkan sepenuhnya.
Ayah mertua saya meninggal pada tahun yang sama dengan ibu dari ibu mertua saya. Ibu mertua saya sudah lanjut usia dan membutuhkan bantuan, jadi saya mengajaknya untuk tinggal bersama kami sementara. Saya terus mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus bersikap baik padanya. Ini membantu saya untuk perlahan-lahan menyingkirkan kebencian saya.
Saya menjaga dietnya, mengingat makanan apa yang dia suka, dan memasak untuknya. Dia meminta saya untuk memasak makanannya pada waktu yang sama dengan suami saya, agar mereka bisa makan bersama sepulang kerja. Saya melakukan apa yang dia minta dan memperlakukannya dengan kebaikan dan belas kasih.
Melihat perubahan positif saya, dia berkata kepada putri saya, “Nenek tidak tahu seperti apa hubungan ibu mertua dan menantu di keluarga lain, tetapi ibu kamu dan nenek sama seperti ibu dan putri.”
Belajar Menjadi Belas Kasih
Ibu mertua saya kemudian kembali ke kampung halamannya karena dia ingin hidup sendiri, dan itu dia lakukan sampai 2017. Pada saat itu dia hampir berusia 80 tahun dan kurang mampu mengurus dirinya sendiri.
Ipar laki-laki saya membawanya untuk tinggal bersama dia dan istrinya selama setahun, dan hubungan antara ibu mertua saya dan ipar perempuan saya menjadi tegang. Mereka bertengkar sepanjang waktu dan akhirnya tidak berbicara. Ipar perempuan saya meminta suami saya, "Kamu harus membujuk Ibu untuk tinggal bersamamu."
Putri kami bersekolah di kota lain, jadi kami memiliki cukup ruangan untuk ibu mertua saya. Suami saya mengatakan kepada saya bahwa dia ingin ibunya tinggal bersama kami selama sisa hidupnya. Saya setuju.
Setelah ibu mertua saya datang untuk tinggal bersama kami, saya menemukan bahwa dia memiliki masalah yang sangat serius: Dia memungut sampah dan membawanya pulang. Barang-barang yang diambilnya antara lain daun, kotak rokok, puntung rokok, pot yogurt, pembalut bekas, kertas kado, tas, dan kotak bekas.
Barang-barang ini memenuhi kamarnya, hampir tidak menyisakan tempat untuk berjalan. Tidak peduli seberapa keras kami mencoba untuk menghalanginya, dia tidak berhenti, dan terkadang dia berbohong, mengatakan bahwa dia tidak membawa sampah. Terkadang, saya dan suami diam-diam membuang sebagian, tetapi ketika dia tahu, dia akan mempermasalahkannya. Dia bahkan pernah mengancam akan pindah ke panti jompo.
Saya tidak mengatakan apa-apa, tetapi dalam hati saya sangat marah. Saya tahu bahwa saya seharusnya tidak marah. Ibu mertua saya adalah pensiunan guru dan tidak kekurangan apa pun. Saya bertanya pada diri sendiri, "Mengapa dia melakukan ini?" Dia kemudian mengatakan kepada saya bahwa dia menyukai segalanya.
Ketika sikap saya terhadap perilaku ibu mertua saya berubah, dia lebih jarang mengambil barang-barang. Saya mencoba melakukan yang terbaik untuk memperhatikannya, merawatnya dengan baik, dan selalu memasak makanan kesukaannya.
Saya menyingkirkan keterikatan pada kebencian dan mengingatkan diri saya untuk berbelas kasih setiap kali saya merasa diperlakukan tidak adil dan bermasalah dalam melakukan sesuatu untuknya. Saya berkata pada diri sendiri bahwa penting untuk menghormati orang tua dan saya harus selalu melakukan itu.
Ibu mertua saya menjadi lebih baik, dan dia sering tersenyum dan menyenandungkan lagu. Ketika dia bertemu dengan wanita tua lainnya, dia dengan bangga menyiarkan, “Saya memiliki dua putri. Menantu perempuan tertua saya seperti putri saya."
"Falun Dafa Sangat Baik!"
Ibu mertua saya pernah sarkastik karena saya berlatih Falun Dafa, tetapi dia telah mengubah sikapnya setelah tinggal bersama kami selama sekitar 18 bulan. Dia telah menyaksikan perbedaan besar antara saya dan menantu perempuannya yang lain. Dia juga memperhatikan bahwa saya tidak hanya baik padanya tetapi juga kepada putranya yang pemarah. Saya merawat mereka dengan baik. Dia berkata dengan tulus, "Falun Dafa sangat baik!"
Dia mulai membaca buku-buku Dafa enam bulan lalu. Dia telah membaca Zhuan Falun, Falun Gong, Petunjuk Penting Gigih Maju, dan Zhuan Falun Fajie - Penjelasan Zhuan Falun.
Dia belum mengatakan bahwa dia ingin belajar latihan, tetapi dia mengatakan akan mencoba mengikuti prinsip-prinsip Dafa Sejati, Baik, Sabar.
Falun Dafa telah menyingkirkan kebencian saya yang terdalam dan menggantinya dengan belas kasih. Dan secara ajaib membantu menyelamatkan ibu mertua saya.