(Minghui.org) Tahun 2020, melihat dunia dilanda pandemi virus corona, dan tahun baru 2021 sudah diawali oleh ketidakpastian, dengan varian virus baru yang bermunculan di seluruh dunia. Semua indikasi, entah itu berasal dari ilmiah atau ramalan, mengarah ke gelombang baru virus yang mungkin lebih mematikan. Inilah saat bagi kita untuk mundur sejenak dan memikirkan kembali bagaimana agar tetap selamat di tengah pandemi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan perspektif sejarah dan budaya tentang virus corona, dengan tujuan membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap tantangan yang kita hadapi dan cara untuk mengatasinya secara positif.
Varian Baru Virus Corona yang Sangat Menular dan “Di Luar Kendali”
Pada 21 Desember 2020, hari pertama musim dingin di belahan Bumi Utara, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock memperingatkan orang-orang tentang varian baru dari virus corona yang "tidak terkendali." “Kasusnya benar-benar meroket, sehingga jalan kita masih panjang,” kata Hancock, “Saya pikir akan sangat sulit untuk mengendalikannya.”
Ini terjadi sekitar satu tahun setelah virus itu mulanya diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok. Akibat menutupi informasi dan memberikan informasi palsu yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, virus corona telah menyebar ke lebih dari 200 negara dan wilayah, dengan lebih dari 84 juta kasus dan mengakibatkan 1,8 juta korban jiwa pada akhir 2020. Banyak orang menyebutnya Virus PKT karena dari sana ia berasal.
Tetapi virus tersebut tampaknya telah mendapatkan kekuatan baru dalam beberapa pekan terakhir. Meskipun lusinan negara telah memberlakukan larangan perjalanan dari Inggris, varian baru ini tetap merambat ke lebih dari 30 negara, termasuk negara-negara Eropa (Jerman, Prancis, Italia, Spanyol), semua negara Nordik, Asia (Tiongkok, Jepang, India, Hong Kong), Oceania (Australia, Selandia Baru), Amerika Utara (Amerika Serikat, Kanada), dan Amerika Selatan (Brasil dan Cili).
Peningkatan Kasus Baru di Inggris Dua Kali Lebih Cepat: Pada Oktober dan Desember
Menurut bagan di sebelah kiri pada gambar berikut, pada tahun 2020, kasus virus corona kumulatif relatif stabil di Inggris antara bulan April dan Oktober (250.000 pada pertengahan Mei, atau mendekati 2.000 per hari), tetapi 1,5 juta lebih kasus dilaporkan antara Oktober dan Desember dalam waktu sekitar 2,5 bulan (hampir 20 ribu kasus baru per hari). Kasusnya meningkat lebih cepat dari Desember 2020 hingga Januari 2021.
Kasus corona di Inggris. Kiri: Kumulatif kasus sejak 27 Januari 2020. Kanan: Setiap harinya kasus baru terus bertambah antara awal Desember 2020 dan awal Januari 2021. Data dari situs WHO.
Lebih spesifik lagi, kasus baru harian (per grafik di kanan) juga menunjukkan tren peningkatan secara keseluruhan antara Desember 2020 dan awal Januari 2021.
Perkembangan kasus pesat juga bersamaan dengan hubungan pemerintahan Inggris yang semakin dalam dengan PKT.
“Hingga baru-baru ini, Downing Street terkenal gemar menyebut dirinya sebagai ‘mitra terbaik Tiongkok di Barat’ dan berkomitmen untuk mengintesifkan hubungan ‘era keemasan’ dengan Beijing,” lapor The Diplomat dalam sebuah artikel pada Oktober lalu. Tidak seperti administrasi AS saat ini, yang telah mengambil tindakan konkret dalam menangkal PKT – misalnya kebijakan imigrasi dan sanksi terhadap bisnis terkait militer Tiongkok – inisiatif pemerintah Inggris untuk menangkal pengaruh PKT relatif terbatas.
“Kita tidak dapat selalu menyetujui segala hal, tetapi pada dasarnya ada banyak hal yang harus kita lakukan bersama,” ujar Caroline Wilson saat wawancaranya di pertemuan tingkat tinggi di Shanghai pada Oktober 2020, sebulan setelah dia menjadi Duta Besar Inggris untuk Tiongkok. Sementara banyak negara Barat, termasuk AS, telah menutup Institut Konfusius di seluruh benua, Wilson malah menghadiri upacara pembukaan pusat Universitas Metropolitan Manchester di Wuhan, Tiongkok, pada Desember lalu. Kehadiran Wilson di pembukaan tersebut diberitakan secara meriah oleh corong propaganda PKT, Global Times yang menyebutnya sebagai “duta besar pertama dari negara Five Eyes yang mengunjungi Wuhan meski ada tekanan terus-menerus dari aliansi intelijen terhadap berbagai masalah mulai dari masalah Hong Kong hingga virus corona.”
Jumlah kasus virus PKT melonjak tajam, pertama di bulan Oktober, dan muncul gelombang baru pada bulan Desember ketika varian baru mewabah di luar kendali. Pada 5 Januari 2021, jumlah kasus baru yang muncul di Inggris sekitar 50 ribu hingga 60 ribu per hari.
Inggris membutuhkan waktu enam bulan (dari 27 Januari – 27 Juni 2020) untuk mencapai 301 ribu kasus, tetapi 311 ribu kasus baru dikonfirmasi hanya dalam enam hari, antara 29 Desember 2020 – 3 Januari 2021. Hal ini menjadikan Inggris sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi di Eropa, memicu PM Boris Johnson memberlakukan lockdown nasional mulai 4 Januari hingga setidaknya pertengahan Februari.
Angka Kematian yang Melonjak Tajam akibat Virus Corona di Jerman
Data menunjukkan bahwa Jerman merupakan mitra dagang dan pengekspor teknologi terbesar Tiongkok di Eropa. Tiongkok juga menjadi mitra dagang terbesar Jerman, menggantikan Amerika sejak tahun 2017. Ini menjadikan Jerman dalam posisi yang unik terhadap upaya menangkal agresi PKT yang semakin meningkat.
“Saat Eropa mempertimbangkan langkah yang harus diambil dalam menghadapi lonjakan agresi Beijing baik di dalam maupun di luar negeri, semakin jelas bahwa keputusan tersebut bergantung pada Berlin, sejauh ini merupakan mitra Tiongkok terpenting di wilayah tersebut. Sama jelasnya adalah keterikatan ekonomi Jerman dan Tiongkok telah demikian luas sehingga membalikkan arah sudah bukan lagi pilihan realistis,” ungkap sebuah artikel Politico pada September lalu berjudul, “Bagaimana Jerman membuka pintu untuk Tiongkok – dan membuang kuncinya.”
Sejak Oktober, Kanselir Jerman Angela Merkel telah mendorong Uni Eropa untuk menyetujui kesepakatan besar perdagangan dengan Tiongkok. Kesepakatan itu diam-diam disetujui pada minggu-minggu terakhir tahun 2020, berpotensi menghambat upaya bersama AS-Eropa untuk mengatasi tantangan PKT. Ini terjadi "di dunia yang semakin hitam-putih di mana demokrasi liberal menghadapi tantangan eksistensial dari para otoriter dan populis," kata sebuah artikel Kebijakan Luar Negeri pada akhir Desember, "Buku-buku sejarah mungkin tidak baik."
Jumlah total infeksi dan kematian di Jerman meroket sejak bulan Oktober. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini, di antara 34 ribu kematian terkait virus corona, 16 ribu terjadi di bulan Desember, dengan lebih dari 3600 per minggu.
Kematian per minggu di Jerman akibat virus corona sejak Agustus 2020. Data dari situs web WHO.
Antara Juni dan September 2020, total sekitar 1000 orang meninggal karena virus corona di Jerman. Namun untuk 29 Desember saja, sudah ada 1100 warga Jerman yang meninggal dunia.
Kemitraan bisnis antara Jerman dan komunis Tiongkok juga meluas ke vaksin. Tiongkok mengumumkan pada 16 Desember bahwa mereka mendapatkan 100 juta vaksin dari BioNTech Jerman. “Komunis Tiongkok sangat sedikit membocorkan program pengembangan vaksinnya kepada dunia luar. Bahkan tanpa persetujuan akhir, lebih dari 1 juta petugas kesehatan dan lainnya yang dianggap menghadapi risiko tinggi penularan di Tiongkok telah menerima vaksin eksperimental dengan izin penggunaan darurat. Tetapi pengembang belum mengungkapkan seberapa efektif vaksin mereka dan kemungkinan efek samping yang mungkin ditimbulkan," menurut artikel Businesses Insider Indian pada 17 Desember." Pakar kesehatan juga mempertanyakan mengapa Tiongkok menggunakan vaksin eksperimental dalam skala yang begitu luas saat ini ketika pandemi virus corona sebagian besar dinyatakan terkendali di negara ini.”
Di Jerman, lebih dari 130 ribu orang telah menerima vaksin pada akhir tahun 2020. Pejabat Jerman dikritik karena tidak membeli cukup dosis vaksin BioNTech. Sandra Ciesek, direktur dari Institut Virologi Medis di Rumah Sakit Universitas Frankfurt, seorang pakar di bidangnya, mengatakan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang penyakit tersebut, misalnya, virus tersebut dapat berevolusi sehingga vaksin tidak lagi berfungsi. “Secara pribadi, saya rasa tidak akan ada terobosan pada tahun 2021. Bahwa pil yang anda konsumsi pada awal penyakit dan yang mencegah anda dari sakit parah - Saya tidak percaya itu untuk tahun depan,” katanya dalam sebuah wawancara pada akhir tahun 2020.
Kaum Muda Menjadi Populasi Rentan
Neil Ferguson seorang profesor dan ahli epidemiologi penyakit menular di Imperial College London, berkata bahwa varian baru cenderung menular ke anak muda termasuk mereka yang berusia di bawah 15 tahun, lapor Reuters pada 21 Desember 2020. Dua hari kemudian, dalam sebuah video yang berdasarkan bukti dari Denmark, negara dengan tingkat penularan yang relatif rendah, dia menyatakan “hampir pasti” bahwa varian virus baru telah menyebar ke hampir sebagian besar negara Eropa.
Pola serupa juga ditemui di benua lain. Zweli Mukez, Menteri Kesehatan Afrika Selatan, mengatakan pada 27 Desember bahwa total kasus di negara itu telah melebihi dari satu juta dangan lebih dari 9500 laporan kasus dalam 24 jam terakhir. Dia menegaskan bahwa varian virus baru lebih mudah menginfeksi anak muda dan mengembangkan komplikasi.
Mantan menteri transportasi Jepang, Yuichiro Hata, mengalami gejala flu dan demam pada 24 Desember lalu. Setelah dibawa ke rumah sakit tiga hari kemudian, dia meninggal dunia pada usia 53 tahun akibat virus corona, menjadikannya sebagai anggota parlemen Jepang pertama yang meninggal karena virus itu. Dia merupakan putra dari mantan Perdana Menteri Tsutomu Hata.
Amerika tidak terkecuali. Xavier M. Harris yang baru berusia empat tahun meninggal pada 26 Desember di New York, menjadi korban termuda. Luke Letlow, 41 tahun, anggota terpilih dari Dewan Perwakilan Rakyat AS, meninggal dunia pada 29 Desember sebelum dilantik.
Seberapa Parah Gelombang Berikutnya?
Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, memperingatkan bahwa pandemi virus corona adalah sebuah “peringatan,” dikatakan bahwa “ini belum tentu sebuah hal yang besar. Jika ada satu tindakan yang kita ambil dari pandemi ini, dengan semua tragedi dan kehilangan adalah, kita perlu bertindak bersama. Kita perlu bersiap untuk sesuatu yang mungkin akan lebih parah di masa depan.”
Otoritas Kesehatan Inggris mengatakan varian baru bisa sampai 70% lebih mudah ditularkan daripada varian virus asli. Sebuah pernyataan dari CDC AS (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) juga menganggap bahwa varian baru itu “berpotensi lebih cepat menular daripada varian lain yang bersirkulasi.”
Mengingat munculnya varian baru ditambah dengan perjalanan semasa liburan dan faktor lainnya, Anthony Fauci, direktur dari Institut Nasional Alergi dan penyakit Menular AS, berkata dalam wawancara pada 3 Januari lalu, “Saya pikir kita harus berasumsi bahwa akan terjadi hal yang lebih buruk.”
Richard Urso dari American's Frontline Doctors telah memperingatkan efek samping dari vaksin. Carol Karmen, seorang dokter di New York, menemukan bahwa efek samping termasuk rambut rontok, nyeri dada, dan gejala lain yang memengaruhi setiap sistem tubuh. “Kami tidak tahu mengapa beberapa orang menjadi jauh lebih sakit," katanya dalam sebuah wawancara dengan ABC pada bulan Januari. “Mengapa satu orang mengalami gejala pilek atau flu selama dua hari, dan yang lainnya di ICU?”
Pelajaran dari Sejarah
Sampai tingkat tertentu, gelombang baru infeksi yang terlihat di Inggris maupun Jerman serupa dengan situasi Flu Spanyol pada tahun 1918. Terjadi dalam dua gelombang berturut-turut, Flu Spanyol saat itu menginfeksi 500 juta orang, sekitar sepertiga dari populasi dunia saat itu, dengan angka kematian sekitar 20 – 50 juta jiwa.
Gelombang pertama terjadi pada musim semi tahun 1918 dan mirip dengan gejala flu musiman, dengan pemulihan terjadi umumnya dalam beberapa hari. Ketika gelombang yang lebih menular melanda pada musim gugur 1918, tingkat bahayanya jauh berbeda. “Manusia meninggal dalam beberapa jam atau hari setelah timbul gejala, kulitnya membiru dan paru-parunya dipenuhi cairan yang membuat mereka mati lemas. Dalam satu tahun, pada 1918, rentang hidup rata-rata manusia di Amerika turun menjadi belasan tahun,” kata sebuah artikel History Channel pada Mei 2020.
Serupa dengan virus corona, varian baru Flu Spanyol menyebar ke negara-negara di seluruh dunia hanya dalam waktu beberapa bulan, bahkan penyebarannya masuk ke daerah terpencil. Jumlah kasus meningkat tajam. Populasi yang paling rentan adalah anak muda dan bugar, meninggalkan banyak lansia dan anak-anak tanpa ada yang mengasuh.
Kesamaan dari Berbagai Ramalan
Astrolog dan dokter Prancis Nostradamus meramalkan Revolusi Prancis, Napoleon, Nazi, Marxisme, dan Serangan Teroris 9 September. Jurnalis dan penulis Jepang Ben Goto menemukan bahwa 99 persen ramalan Nostradamus akurat.
Nostradamus menyinggung pandemi 2020 dan menulis bahwa pada tahun berikutnya akan lebih parah. “Ayah dan ibu meninggal karena kesedihan yang tak terhingga / Wanita berkabung, dia beracun—makhluk berbahaya:/ Yang Agung tidak mempedulikan lagi, seluruh dunia berakhir,” tulisnya dalam Les Prophéties, “Sedikit anak muda: separuhnya mati untuk mengawali.”
Ramalan serupa juga muncul di budaya lain. Abhigya Anand, astrolog muda yang meramalkan pandemi virus corona, membuat lebih banyak prediksi pada November 2020. Dia mengatakan kemungkinan adanya perang, wabah penyakit, keruntuhan ekonomi, dan bencana lainnya. Dia juga menambahkan bahwa bencana tersebut akan terungkap pada Februari 2021.
Dato Anthony Cheng, seorang peramal dari Malaysia, mencatat 14 prediksi pada akhir 2019, 13 diantaranya telah menjadi kenyataan. Semuanya mencakup pandemi virus corona, perlambatan ekonomi, dan pengangguran besar-besaran. Adapun pada 2021, dia berkata bahwa varian virus baru akan meningkatkan secara dramatis jumlah penularan. Dengan virus atau penyakit, manusia akan menghadapi banyak tantangan.
Dimujing, salah satu ramalan Tiongkok kuno, juga memiliki ramalan serupa. Dikatakan bahwa banyak orang meninggal dunia pada akhir tahun 2020, sementara situasinya akan semakin memburuk pada tahun 2021 – “hanya separuh dari manusia yang akan selamat,” serupa dengan ramalan Nostradamus.
Solusi dan Harapan
Seperti analisis di atas, penularan virus corona tidak terjadi secara acak. Mengingat kedua negara Inggris dan Jerman, situasinya dengan cepat memburuk setelah negara-negara ini memperkuat hubungannya dengan PKT.
Virus Mengikuti Infiltrasi PKT
Pola serupa juga terlihat pada tahun 2020. Sebagai negara G7 pertama dan satu-satunya yang berkolaborasi dengan PKT di Belt dan Road Initiative (BRI), Italia mengalami pukulan telak karena virus tersebut. Iran yang merupakan pusat krusial bagi ekspansi PKT dan mitra strategis, memiliki tingkat penularan dan kematian yang tetap tinggi.
Amerika Serikat, di sisi lain, telah menjadi pemain utama dalam membantu PKT menjadi kekuatan global, secara tidak sengaja memfasilitasi penyebaran ideologi komunisnya. Dua negara bagian yang paling banyak disusupi oleh PKT, New York dan California, juga terkena virus paling parah. Jerman, Prancis, dan Spanyol semuanya telah bekerja sama dengan PKT dalam berbagai cara dan menderita pandemi yang parah. Sebaliknya, Taiwan memiliki jumlah kasus yang jauh lebih rendah selama ini dan tidak perlu menerapkan kebijakan tinggal di rumah. Ini bisa jadi karena posisi tegas yang diambil Taiwan terhadap PKT, baik secara politik maupun ideologi.
Di Tiongkok, pola serupa juga terlihat. Misalnya, berdasarkan kematian akibat virus corona dari sebuah perusahaan besar pada Februari 2020, 88% yang meninggal adalah anggota PKT. Kematian didistribusikan secara merata di seluruh kelompok usia dengan hampir setengahnya adalah kaum muda. Dalam daftar lain yang diedarkan pada Maret 2020, di antara 315 korban virus corona dalam daftar, lebih dari 200 adalah anggota PKT. Secara keseluruhan, anggota PKT hanya mencapai 6% atau 7% dari seluruh populasi Tiongkok. Data ini menunjukkan bahwa penyakit ini memang terutama menargetkan anggota PKT.
Virus mengikuti jalur pengaruh komunis. Di AS, PKT telah menyusup dengan parah ke masyarakat di berbagai bidang termasuk ekonomi, media berita, pendidikan, dan politik. Data dari 1 Mei hingga 11 November menunjukkan bahwa banyak negara yang mendukung ideologi sosialis memiliki angka kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang menentang sosialisme. Secara khusus, jumlah rata-rata kematian akibat Covid-19 di “Negara Bagian Merah (pendukung Trump)” separuh dari “Negara Bagian Biru (catatan: pendukung Demokrat).”
Setelah Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis diterbitkan pada November 2004, lebih dari 370 juta orang telah mundur dari PKT dan organisasi pemudanya, Liga Pemuda Komunis dan Pionir Muda. Di luar Tiongkok, termasuk di Amerika Serikat, banyak orang juga mulai memahami apa itu PKT dan mulai menolak rezim komunis.
Menghargai Nilai dan Keyakinan Tradisional
Selama ribuan tahun dalam budaya tradisional Tiongkok, orang percaya pada keharmonisan langit, bumi, dan manusia. Karena itu mereka menghormati dewa, menghargai lingkungan dan melakukan kebaikan pada sesamanya. Pada gilirannya, mereka diberkati dengan kesehatan, keselamatan, dan kemakmuran karena kejujuran dan integritas mereka.
Namun keadaan berubah setelah PKT mengambil alih kekuasaan di Tiongkok pada beberapa puluh tahun lalu. Melalui kampanye propaganda besar-besaran dan gerakan politik yang penuh kekerasan, PKT secara paksa mendorong ideologi komunis yang penuh kebencian dan kebohongan dan hampir memusnahkan budaya tradisional Tiongkok.
Di antara kelompok yang ditindas oleh PKT, yang terbesar adalah Falun Gong, latihan meditasi yang berdasarkan pada prinsip Sejati-Baik-Sabar. Sesuai dengan nilai-nilai tradisional Tiongkok, praktisi Falun Gong menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Tetapi PKT secara brutal menindas kelompok tersebut sejak Juli 1999, menyebabkan puluhan juta praktisi dan keluarga mereka dalam kesengsaraan selama 21 tahun terakhir.
Liu Bowen, salah satu peramal paling terkenal dalam sejarah Tiongkok, juga meramalkan pandemi virus corona di Prasasti Monumen Gunung Taibai. Lebih spesifiknya, dia memperkirakan wabah akan terjadi sekitar November atau Desember 2019 dengan lokasi di sekitar Provinsi Hubei, sebelum menyebar ke lokasi lain. Prediksi ini bertepatan dengan situasi di tahun 2020. Melalui teka-teki kata dalam bahasa Mandarin, Liu memberi tahu orang-orang bahwa, dengan mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar, seseorang akan diberkati di tengah malapetaka. Senada dengan itu, Abhigya Anand juga menekankan pentingnya kepercayaan.
Nostradamus menyebutkan dalam ramalannya bahwa doktrin Marx (Mars) akan mendominasi dunia dengan janji memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang, yang mirip dengan pengaruh global PKT, ideologi komunisnya.
Kita semua telah belajar banyak dari pandemi virus corona, dan bahaya PKT yang semakin nyata. Astronom Amerika dan ahli fisika planet, Robert Jastrow, pernah berkata, “Bagi ilmuwan yang hidup dengan mengandalkan keyakinannya pada kekuatan rasio, ceritanya berakhir seperti mimpi buruk. Dia mendaki gunung ketidaktahuan; dia akan menaklukkan puncak tertinggi; saat dia menarik dirinya ke atas batu terakhir, dia disambut oleh sekelompok teolog yang telah duduk di sana selama berabad-abad."
Kami sungguh berharap semakin banyak orang yang mengikuti hati nuraninya, memeluk keyakinan dan nilai-nilai tradisional dalam menghadapi tantangan ini, sehingga semua akan dikaruniai kesehatan dan keselamatan.