(Minghui.org) Warga Kota Shihezi, Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang yang ditangkap pada bulan November 2020 karena keyakinannya pada Falun Gong kini dikonformasi telah dibawa ke sebuah pusat pencucian otak, meski lokasi fasilitas itu tepatnya masih tidak jelas pada saat penulisan artikel ini.
Falun Gong, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah metode kultivasi dan meditasi kuno yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999.
Tiga praktisi tersebut termasuk seorang ibu yang telah bercerai dan sepasang suami istri.
Ibu Ditangkap, Putri Diganggu
Pihak berwajib mulai mengganggu Zhan Ying pada awal bulan November 2020. Dia ditangkap pada tanggal 24 November dan buku-buku Falun Gong dan barang-barang pribadi lainnya disita. Dilaporkan bahwa Zhan telah menderita tekanan darah tinggi di dalam tahanan.
Polisi juga mengganggu putri Zhan, Zou Xiaoyu, dan menekan ayahnya (yang telah menceraikan Zhan) agar mengusirnya dari rumah.
Zou, yang juga berlatih Falun Gong, juga telah dianiaya karena keyakinannya, dia ditangkap dan rumahnya digeledah pada tahun 2018. Dia pertama kali ditahan di Pusat Penahanan No.1 Shihezi dan kemudian dipindahkan ke rumah sakit jiwa sebelum dibawa ke pusat penahanan. Dia sering dipukuli dan disiksa selama penahanan yang diperpanjang di pusat pencucian otak.
Tidak bisa menahan tekanan tersebut, dia mencoba melukai diri sendiri beberapa kali. Dia tidak bisa bergerak dan menjadi bisu selama satu periode waktu. Meski dia perlahan-lahan sembuh setelah dibebaskan, dia tetap bisu, gemetaran tak terkendali, dan merasa lemah di kedua kakinya saat dia meregang.
Pasangan Suami Istri Ditangkap, Anak Sendirian Di Rumah
Kedua praktisi lainnya yang baru-baru ini dibawa ke pusat pencucian otak adalah Wang Xiaoying dan suaminya Bao Feng.
Wang ditangkap di rumah pada tanggal 27 November 2020. Polisi menggeledah rumah dan menyita telepon selular, kartu-kartu bank, kunci rumah, dan tablet anaknya dan kartu pensiun ayah mertuannya.
Dua hari setelah penangkapan Wang, polisi memanggil Bao dan memberitahunya agar pergi ke kantor polisi. Dia pergi ke sana sekitar jam 3 sore. Saat dia belum pulang ke rumah jam 9 malam, anaknya menjadi cemas dan pergi ke kantor polisi untuk mencarinya, tetapi menemukan jalan buntu. Dengan kedua orang tua ditangkap, anak itu menangis dan tinggal di kantor polisi hingga jam 2 pagi. Polisi harus mengantar anak itu pulang dan meminta anak itu kemas-kemas beberapa stel pakaian untuk orang tuanya, setelah memberitahu bahwa orang tuanya telah dibawa ke tempat pengawasan hunian di sebuah tempat yang telah ditentukan.
Penangkapan terhadap pasangan suami istri ini juga menciptakan rasa takut besar bagi ayah Bao, yang telah berusia 80-an. Dengan tidak ada orang yang merawatnya, dia pun pindah ke sebuah panti jompo. Anak pasangan ini, di sisi lain, tetap di rumah dan harus pergi ke sekolah sendirian. Anak ini sering mengalami trauma dengan penangkapan orang tuanya dan terbangun sambil menangis.