Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Busana Tiongkok Kuno: Keindahan, Kesehatan, dan Keharmonisan

28 Okt. 2021 |   Oleh Wang Yahe

(Minghui.org) Dalam gambaran rakyat Tiongkok di dinasti masa lalu, wanita mengenakan busana berisi hiasan dan aksesori berlapis-lapis yang menutupi kepala hingga kaki mereka. Namun busana mereka tidak hanya indah saja. Busana tradisional Tiongkok -- bagi pria maupun Wanita -- memiliki banyak fungsi, mulai dari tanda penghormatan hingga memelihara kesehatan.

Di bawah ini adalah beberapa contohnya.

Hiasan Kepala (Futou) dan Jepit Bunga

Hiasan kepala di Tiongkok kuno disebut futou. Adat menggunakan hiasan kepala dimulai sejak Dinasti Han dan diberikan julukan futou selama periode Zhou Utara (557-581 M). Pada Dinasti Sui (581-618 M), hiasan kepala menjadi populer dan menyebar luas. Pada saat itu, orang-orang dari segala tingkat sosial, terlepas dari jenis kelamin mereka, senang memakai beberapa bentuk hiasan kepala dan menganggapnya sebagai bagian penting dari busana sehari-hari mereka.

Adat futou di Tiongkok kuno didasari oleh teori Lima Elemen, teori yin dan yang, bersama dengan harmoni sancai -- yang mengacu pada interaksi antara langit, bumi, dan manusia.

Langit dan bumi memanifestasikan pola yin dan yang di waktu siang dan malam. Itu juga berputar selama empat musim. Sama halnya dengan tubuh manusia yang terdiri dari lima organ yin dan enam organ yang serta menampakkan perubahan melalui 12 meridian tetap dan delapan meridian tambahan yang mensirkulasikan qi, darah serta energi.

Orang Tiongkok kuno percaya bahwa langit itu bulat dan bumi persegi, manusia diciptakan dengan kepala bulat dan kaki persegi sesuai dengan hukum alam. Oleh karenanya, manusia harus menjalani kehidupan yang utuh mengikuti hukum langit, dan menjadi jujur dan adil dalam berurusan dengan orang lain.

Sebagai itu, hidup seseorang harus seimbang berdasarkan prinsip yin dan yang begitu juga dengan perubahan empat musim. Yakni, seseorang harus menjauhkan diri dari rasa gelisah, memanjakan nafsu, dan meluapkan emosi secara berlebihan. Orang-orang harus merawat kesehatan mereka dan membina kebajikan mereka.

Jepit bunga juga umum dipakai. Jepit itu melambangkan berkah, suasana perayaan, dan ungkapan terima kasih. Orang-orang menggunakannya di acara spesial, seperti upacara dan ritual pemujaan untuk menghormati langit dan bumi. Acara lainnya seperti festival, jamuan istana kerajaan, penghargaan kekaisaran, upacara kejuaraan, jamuan perayaan bagi yang mendapat nilai tinggi pada ujian kekaisaran, jamuan pernikahan, dan seterusnya.

Berdasarkan Song Shi (Sejarah Song),Futou dan jepit bunga dikenal sebagai hiasan kepala. Semua itu digunakan untuk merayakan kebangkitan negara, untuk melakukan ritual di pinggiran kota, dan mengikuti kembalinya kaisar ke istana. Hiasan tersebut pantas untuk acara yang setara dengan ungkapan rasa terima kasih kepada raja.”

Banyak cendekiawan dan birokrat di Dinasti Tang menyukai jepit bunga, dan tradisi tersebut terus berlanjut hingga Dinasti Song. Ada sebuah kisah terkenal berjudul “Jepit Bunga Empat Menteri,” tentang bagaimana Han Qi, Wang Gui, Wang Anshi, dan Chen Shengzhi pernah mengenakan gaya jepit rambut yang sama di waktu yang sama dan di tempat yang sama. Mereka berempat lalu menjadi menteri selama Dinasti Song.

Mempelai pria di Dinasti Song juga senang menggunakan jepit bunga. Sima Guang, sejarawan dan pejabat tinggi yang terkenal pada waktu itu berkomentar tentang tradisi ini di bukunya berjudul Shu Yi -- Upacara Pernikahan: “Adat duniawi dimana mempelai pria memakai jepit bunga membuat sikap maskulinnya berkurang. Namun jika harus memakainya, baiknya jepit digunakan sepasang.”

Hiasan kepala tradisional jenis ketiga, mo’e, adalah lingkaran kain yang dililitkan pada dahi. Hiasan kepala ini umumnya dihiasi dengan permata dan logam atau batu berharga lainnya. Kombinasi antara futou, jepit bunga, dan mo’e juga memiliki fungsi kesehatan: yakni melindungi titik akupunktur Baihui dari angin dan cuaca dingin.

Pengobatan tradisional Tiongkok percaya bahwa “Kepala adalah titik temu semua meridian yang.” Titik akupunktur Baihui berada tepat di mana semua meridian ini bertemu.

Jika titik temu ini cedera, pengobatan Tiongkok percaya bahwa orang tersebut akan mengalami pusing, telinga berdengung, sakit leher, pandangan kabur, dan lesu. Dalam satu kasus sejarah Tiongkok, disfungsi titik akupunktur Baihui juga membuat putra mahkota Guo mengalami koma. Dia disadarkan kembali oleh Bian Que, seorang tabib pengobatan Tiongkok legendaris. Bian harus menggunakan jarum akupunktur untuk menstimulasi titik akupunktur Baihui putra mahkota, yang membuatnya sadar kembali.

Ikat Pinggang

Bisa kita lihat bahwa semua orang dalam lukisan di atas mengenakan ikat pinggang, di mana meridian Dai beredar.

Dalam buku kuno tertulis, “Meridian Dai dimulai dari titik akupunktur Ji Xie. Ia memutari pinggang dan turun ke depan seperti ikat pinggang. Ia menyokong semua meridian membujur dan mempertahankan keseimbangan mereka yang teratur, sama seperti orang mengenakan ikat pinggang untuk menyangga dan menyeimbangkan busananya.”

Berdasarkan Nan Jing, sebuah buku kuno tentang 81 masalah medis, jika meridian Dai tidak bagus, orang akan merasa begah di sekitar area perut, seakan-akan duduk di dalam air.

Buku-buku kuno menyebutkan bahwa meridian Dai adalah tempat bertemunya tiga meridian yang terpisah, Ren, Chong, dan Du. Ketiganya memainkan peran penting dalam pengobatan Tiongkok. Ren berfungsi sebagai nutrisi janin pada wanita, meridian Chong berfungsi sebagai “lautan semua meridian yang,” dan Du sebagai meridian yang utama pada wanita menggerakkan peredaran meridian yang lainnya. Meridian Chong, Ren, dan Du berasal dari titik yang sama namun mengikuti lintasan yang berbeda, mereka semua melewati meridian Dai.

Meridian Dai juga dapat memengaruhi hubungan seksual. Khususnya, pengobatan Tiongkok percaya bahwa jika seseorang gagal menahan diri dari berbagai emosi dan memanjakan diri pada kenikmatan sensual, meridian Dai mereka akan menjadi lemah. Sebagai akibatnya ini akan merusak ginjal, melemahkan sumsum, dan membuat punggung seseorang kaku dan kaki terasa berat.

Bian Que -- Xin Shu mencatat keterkaitan antara hubungan seksual berlebihan dengan ginjal melalui meridian Dai. Buku itu juga menyebutkan gejala lain dari lemahnya meridian Dai, seperti stroke, kencing nanah, keputihan, ketegangan pada ginjal, tubuh dingin, sakit perut, darah pada tinja, penyusutan tulang, sakit punggung, dan lemah secara umum. Sebagai tambahan, Fuke Yuchi (buku kuno ginekologi yang sangat dihargai karya Shen Jin’ao, tabib pada masa Dinasti Qing) membahas lebih lanjut tentang konsekuensi pada wanita yang melakukan hubungan seksual berlebihan. Warna keputihan akan memberikan tanda organ khusus mana yang bermasalah: hijau untuk hati, merah untuk jantung, kuning untuk limpa, putih untuk paru-paru, dan hitam untuk ginjal.

Karena meridian Dai adalah kunci menjaga kesehatan banyak area tubuh, ikat pinggang digunakan di sekitar area umumnya untuk melindungi hubungan penting ini.

Jubah dan Gaun Panjang

Pria dalam gambar di atas semua mengenakan jubah panjang dan sepatu bot, mereka tampak berbudi luhur dan terhormat. Para wanita mengenakan gaun menjuntai yang elegan dan anggun. Mengapa orang zaman dahulu mengenakan jubah dan gaun panjang seperti itu?

Seperti yang disebutkan di atas, tubuh manusia mempunyai 12 meridian tetap dan delapan meridian tambahan -- yang mana adalah Ren, Du, Dai, Chong, Yinwei, Yangwei, Yinqiao, dan meridian Yangqiao. Meridian tambahan ini membantu tubuh melengkapi apa yang kurang dan menyimpan apa yang berlebih.

Berdasarkan Nan Jing -- Masalah Medis No 28, meridian Yangwei dan Yinwei membantu mengatur peredaran semua meridian dalam tubuh dan menyimpan apa yang berlebih. Meridian Yangwei dimulai dari titik akupunktur Baihui di atas kepala dan meridian Yinwei dimulai dari titik akupunktur Huiyin.

Orang zaman dahulu membandingkan delapan meridian tambahan dengan kanal dan danau. Saat Qi tubuh dan darah melimpah, itu akan disimpan dalam delapan meridian tambahan. Saat Qi dan darah dalam tubuh lemah dan kurang mencukupi, tubuh akan memerlukan Qi dan darah yang tersimpan dalam meridian tambahan untuk mengimbangi apa yang kurang. Meridian Yinwei dan Yangwei memainkan peran yang mengatur semacam itu untuk menjamin keseimbangan Qi dan darah dalam tubuh manusia.

Meridian Yangwei, Yinwei, Yangqiao dan Yinqiao semua berasal dari sendi pergelangan kaki. Oleh karenanya, jubah dan gaun panjang yang digunakan oleh orang zaman dahulu dikatakan berfungsi sebagai tepi sungai yang menjamin Qi dan darah dapat mengalir secara efisien ke arah yang benar.

Pakaian yang Merosot Buruk bagi Kesehatan

Kita telah melihat bahwa kesehatan adalah prioritas besar bagi orang Tiongkok kuno di segala aspek kehidupan sehari-hari mereka, termasuk cara mereka berpakaian. Namun situasinya telah berubah secara drastis.

Saat anda pergi keluar berbelanja atau berjalan-jalan sekarang ini, anda lihat pria dan wanita mengenakan pakaian dengan lubang yang dibuat secara sengaja. Di musim panas, sebagian orang mengenakan pakaian yang tidak menutupi bahu, pusar, dan paha mereka. Sebagian mengenakan celana pinggang yang ketat dengan ukuran pinggang di bawah pinggang alami pemakainya. Di musim dingin, sebagian orang tidak mengenakan kaus kaki dan membiarkan rambut mereka berantakan.

Bagi orang zaman dahulu, berpakaian seperti itu akan dianggap tidak pantas, karena itu akan memikat roh jahat dan membahayakan kesehatan seseorang. Ini karena banyak titik akupunktur penting terletak di kepala, leher, bahu, sendi lutut, pergelangan kaki dan seterusnya. Jika bagian tubuh ini terus-menerus terbuka, itu akan membuat energi yang dalam tubuh bocor keluar dan membuat substansi jahat masuk ke dalam tubuh. Substansi ini akan menghambat titik akupunktur dan merusak organ dalam.

Orang zaman dahulu berbusana dengan pandangan melidungi diri mereka dari enam elemen buruk -- angin, dingin, panas, lembab, kekeringan, dan api. Busana mereka tidak hanya tampak anggun namun juga menampilkan rasa kemurnian dan hormat.

Namun, dalam pakaian sekarang ini, bagian yang paling rentan pada tubuh manusia kerap dibiarkan terbuka. Orang zaman dahulu berbicara tentang sakit bahu di usia 50an mereka, sedangkan orang-orang zaman sekarang mengeluh tentang sakit bahu di usia 20an. Selain itu pakaian terbuka juga mendorong pikiran yang tidak baik bagi orang-orang di sekitar pemakainya. Pakaian dengan gambar tulang atau iblis juga dianggap sebagai target energi negatif.

Di masa sekarang ini, di mana lingkungan masyarakat yang rumit membuat orang-orang tertekan, mungkin kita bisa mengambil beberapa inspirasi dari cara orang zaman dahulu hidup. Mungkin saja itu tidak hanya memberi manfaat bagi diri kita sendiri, namun juga membuat masyarakat kita menjadi lebih baik secara keseluruhan.

Referensi:

A-B Buku Kuno Akupunktur dan Moksibusi
Huangdi Neijing – Lingshu
Nan Jing
Obstetri dan Ginekologi Fu Qingzhu
Bian QueXin Shu
Sejarah Dinasti Song
Rumen Shiqin
(sebuah buku medis kuno yang ditulis pada Dinasti Jin)