Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pihak Berwenang Wuhan Membangun Pusat Pencucian Otak Baru dalam Upaya untuk Membasmi Falun Gong

7 Nov. 2021 |   Oleh koresponden Minghui di Tiongkok

(Minghui.org) Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, menambah 10 pusat pencucian otak sejak awal tahun 2021 untuk memenjarakan praktisi Falun Gong yang teguh, sebuah disiplin spiritual dan meditasi yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak 1999.

Menurut informasi terkini yang dikumpulkan oleh Minghui, pusat pencucian otak yang baru menjadikan jumlah pusat pencucian otak yang digunakan untuk menahan dan menyiksa praktisi Falun Gong menjadi 14 di seluruh kota Wuhan. Antara Januari hingga September 2021, setidaknya 71 praktisi ditahan dan disiksa di sana. Saat ini ada setidaknya 6 praktisi yang ditahan di tiga pusat pencucian otak.

Untuk menjalankan kampanye “sapu-bersih” PKT, sebuah kampanye yang bertujuan memaksa setiap praktisi Falun Gong dalam daftar hitam pemerintah untuk melepaskan keyakinan mereka, kota tersebut memobilisasi polisi di berbagai distrik untuk menangkap praktisi lokal dan menempatkan mereka di pusat pencucian otak. Komite Urusan Legal dan Politik kota (PLAC) tersebut dan Kantor 610 kemudian menandatangani kontrak dengan “kolaborator” (mantan praktisi yang telah melepaskan keyakinan mereka) untuk bekerja dengan PKT dalam penganiayaan. Kota tersebut membayar para kolaborator ini cukup besar untuk menyiksa dan “mengubah” praktisi yang ditahan di pusat pencucian otak. Pihak berwenang juga menyewa pensiunan polisi yang mempunyai rekam jejak dalam menyiksa praktisi untuk bekerja di pusat pencucian otak di distrik berbeda.

Di bawah ini adalah detail dari taktik yang digunakan PKT untuk menganiaya praktisi, termasuk beberapa kasus representatif.

(I) Kebangkitan Pusat Pencucian Otak

Antara bulan Maret hingga April 2021, Wuhan membuka enam pusat pencucian otak di empat distrik, termasuk Wuchang, Qingshan, Hongshan, dan Distrik Pengembangan Ekonomi Donghu. Lima dari enam situs adalah tempat baru. Lebih dari 20 praktisi dibawa ke sana dan disiksa.

Pada bulan Mei, empat pusat pencucian otak didirikan di distrik Jiangan, Hanyang, dan Huangpi.

Di awal Juni, setidaknya 20 praktisi dibawa ke pusat pencucian otak di Jiangan, Qiaokou, Hanyang, dan Huangpi. Di antara mereka, 16 dibawa ke pusat pencucian otak di distrik Jiangan.

Polisi menangkap dua praktisi lansia berusia 70an pada bulan Agustus dan menempatkan mereka di Pusat Pencucian Otak Yusunshan di distrik Jiangan.

Pusat pencucian otak ketiga di distrik Wuchang beroperasi pada 14 September setelah polisi membawa dua praktisi.

Pusat pencucian otak di distrik Qiaokou menggelar sesi pencucian otak ketiga pada 22 September, dan dua praktisi dibawa ke sana.

(II) Mobilisasi Massal Polisi dalam Kampanye Pelecehan Terhadap Praktisi Falun Gong

Selama kampanye sapu-bersih, petugas dari Departemen Kepolisian Wuhan mengikuti sebuah peraturan tidak tertulis untuk mengirim praktisi yang menolak melepaskan Falun Gong, langsung ke pusat pencucian otak. Berikut ini adalah beberapa kasusnya.

1. Menyembunyikan Lokasi Pusat Pencucian Otak

Ketika polisi membawa praktisi dari dan ke pusat pencucian otak, sebuah taktik umum untuk mencegah praktisi mengidentifikasi lokasi pusat pencucian otak tersebut adalah menutupi kepala mereka dengan kantong hitam dan berkendara ke rute lain untuk membuat mereka bingung.

Kasus 1:

Ketika polisi dari Kantor Polisi Yejinjie menangkap Liu Meili dari Distrik Qingshan pada 12 April 2021, mereka menyelubungi kepalanya dengan sebuah kantong dan membawanya langsung ke Pusat Pencucian Otak Eryalu. Setelah 15 hari, empat petugas menyelubungi kepalanya dan memindahkannya ke sebuah pusat pencucian otak, di mana ia ditahan selama sebulan. Lokasi dari pusat pencucian otak itu kemudian teridentifikasi, yang adalah kamar tiga tempat tidur di lantai 5 Oriental Friendship Hotel.

Petugas tidak pernah membiarkan Liu keluar dari kamar hotel selama satu bulan sesi pencucian otak. Di malam hari tanggal 27 Mei, mereka menyelubungi kepalanya lagi dan mengantarnya dengan mobil polisi ke depan rumahnya.

Kasus 2:

Polisi menangkap dua bersaudara dari distrik Qingshan, Wu Manzhen [Perempuan] dan Wu Meidi [Perempuan] di dekat Taman Nanganqu pada 29 Maret 2021.

Wu Manzhen, 76, disiksa di Pusat Pencucian Otak Nanhu di distrik Wuchang selama satu bulan.

Wu Meidi, 74, ditahan di Hotel Weishi, yang dimiliki oleh Institut Penelitian Besi dan Baja Wuhan. Polisi membebaskannya pada 29 April. Sebelum membawanya pulang, mereka menutup wajahnya dengan dua topeng dan berkendara tanpa tujuan di Kota Honggang selama satu jam.

2. Penangkapan Dilakukan Meskipun Situasi Pandemi Parah

Ketika kasus COVID-19 sedang naik lagi di pertengahan tahun 2021, sebagian dari Wuhan di lockdown untuk kedua kalinya pada 3 Agustus. Meskipun situasi pandemi parah, Hu Lifeng [Perempuan] dan Zhang Chuzhi [Perempuan], keduanya berusia 70an, melanjutkan usaha mereka untuk memberi tahu orang-orang tentang penganiayaan Falun Gong. Petugas dari Kantor Polisi Zongguan di Distrik Qiaokou menangkap mereka pada 8 Agustus dan menempatkan mereka di Pusat Pencucian Otak di distrik Jianghan pada 26 Agustus.

3. Polisi di Distrik Qiaokou Secara Tidak Sah Memindahkan Praktisi ke Pusat Pencucian Otak Setelah Mereka Menjalani Masa Hukuman Maksimum

Kasus 1:

Petugas dari Departemen Kepolisian Qiaokou masuk ke rumah Zhang Meirong [Perempuan] pada 7 September dan menangkapnya. Sebulan sebelumnya, ia telah dilaporkan karena secara terbuka berbicara tentang penganiayaan, tapi polisi tidak langsung menangkapnya karena pandemi.

Setelah 15 hari penahanan, keluarganya pergi ke Pusat Penahanan Pertama Wuhan pada 22 September untuk menjemputnya. Tiga petugas berpakaian preman muncul dan berkata bahwa mereka membawa Zhang ke Pusat Pencucian Otak Etouwan di distrik Qiaokou. Seorang petugas memberi tahu keluarga bahwa jika mereka ingin bertemu dengannya, mereka bisa berkendara dan menunggu di depan pusat pencucian otak. Keluarga mengenali wajah mereka karena mereka adalah petugas yang melakukan penangkapan.

Kasus 2:

Zhou Ailin [Perempuan] dijadwalkan dibebaskan dari Pusat Penahanan Pertama Wuhan pada 29 September setelah 15 hari. Pagi itu, lima petugas dari Departemen Kepolisian Qiaokou muncul dan membawanya ke Pusat Pencucian Otak Etouwan. Ia berjuang dan bersikeras bahwa ia tidak melakukan kejahatan dengan berlatih Falun Gong.

Petugas memegang lengan dan kakinya dan mendorongnya ke dalam mobil polisi.

Petugas membawa Zhou Ailin ke mobil polisi

4. Penangkapan Lain

Penangkapan lain dilakukan setelah seseorang melaporkan Liu Xiaolin [Perempuan] dan Wang Xiaohui [Laki-laki] karena berbicara kepada orang lain tentang penganiayaan Falun Gong di sebuah supermarket pada 13 September. Di hari yang sama, kelima petugas dari Kantor Polisi Cuiwei menggeledah rumah Wang. Malam itu, polisi membawa dua praktisi ke Rumah Sakit Tongji dan menyuruh mereka menjalani pemeriksaan fisik menyeluruh.

Polisi memindahkan Wang ke Pusat Pencucian Otak Huayuanlu di distrik Wuchang di hari berikutnya pada 14 September

(III) Menandatangani Kontrak dengan Mantan Praktisi

The PLAC dan Kantor 610 di Kota Wuhan dan berbagai distrik menandatangani kontrak kerja dengan mantan praktisi Falun Gong pada awal tahun 2021. Para mantan praktisi ini, atau kolaborator, dipekerjakan agar bisa menipu praktisi dengan lebih baik agar mereka mau menandatangani surat pernyataan melepaskan keyakinan mereka. Mereka dibayar mahal, dengan setiap kolaborator diberikan upah bulanan 2,000 yuan dengan tambahan 100 yuan per hari untuk bekerja di sebuah sesi pencucian otak. Ini menambahkan setidaknya 5,000 yuan per bulan. Untuk melakukan pekerjaan ini, seorang kolaborator membutuhkan sertifikat, yang diakui secara nasional. Jika sebuah pusat pencucian otak dari luar Wuhan ingin menyewa kolaborator, mereka harus membayar setidaknya 1,000 yuan setiap kali perjalanan.

Para kolaborator mengikuti perintah PLAC Wuhan dan Kantor 610, dan mereka pergi dari satu pusat ke pusat pencucian otak lain untuk mencuci otak praktisi di distrik berbeda. Contohnya, para kolaborator bekerja di pusat pencucian otak distrik Jiangan pada bulan Mei dan kemudian pergi ke Pusat Pencucian Otak Etouwan di distrik Qiaokou pada bulan Juni.

Zhang Quanhaou, seorang kolaborator pria, mengembangkan satu set teori untuk menipu praktisi agar mau melepaskan latihan. Setelah kampanye sapu bersih dimulai, Zhang ditempatkan di pusat pencucian otak di distrik Jiangan untuk menyiksa praktisi. Di waktu yang sama, ia membantu pejabat komunitas lokal dalam usaha mereka melecehkan praktisi di rumah.

Gong Lianghan, seorang kolaborator wanita, pergi ke rumah praktisi pada 19 Maret 2021. Ia berusaha mengajak praktisi bekerja sama untuk menandatangani pernyataan melepaskan latihan. Jika mereka menolak, ia akan membawa mereka ke pusat pencucian otak.

Kolaborator lain pergi ke rumah praktisi untuk menyebarkan informasi yang tidak benar dan propaganda menentang Falun Gong. Mereka meminta praktisi membantu menyebarkan materi propaganda kepada praktisi lain.

(IV) Mantan Polisi Direkrut untuk Membantu Menyiksa Praktisi di Pusat Pencucian Otak

Qu Shen bekerja di Kejaksaan Distrik Jianghan sebagai juru sita. Ia dipindahkan ke sebuah kantor pencegahan di bawah PLAC distrik setelah penganiayaan dimulai pada Juli 1999 dan bekerja di pusat pencucian otak untuk mengubah praktisi Falun Gong hingga ia pensiun. PLAC mempekerjakannya kembali untuk membantu menjalankan kampanye sapu-bersih.

Menurut praktisi setempat, polisi telah menempatkan ratusan praktisi di pusat pencucian otak di Distrik Jianghan sejak akhir 1999. Beberapa dari mereka di kurung di pusat pencucian otak hingga dua tahun. Qu menyiksa dan membuat cacat banyak praktisi ini. Ia secara langsung dan tidak langsung menyebabkan kematian dari setidaknya 17 praktisi dan membuat kejatuhan mental dari setidaknya lima praktisi.

Selama kampanye sapu-bersih Qu melakukan perjalanan ke pusat pencucian otak berbeda di kota-kota seperti, Wuhan, Yichang, Xianning dan Jingzhou. Ketika anggota staf di pusat pencucian otak menemui praktisi yang menolak diubah, mereka akan menghubungi Qu untuk meminta bantuan. Ia membuat keinginan praktisi menjadi lemah dengan membuat mereka kekurangan tidur dan mengumpat serta mencaci maki mereka. Ia mengancam akan menempatkan mereka di ruang isolasi jika mereka menolak untuk “diubah.”