(Minghui.org) Kamp Minghui Falun Dafa Taiwan sudah diadakan selama sepuluh tahun. Setiap kali kamp diadakan, lebih banyak orang tua dan anak-anak yang hadir. Kamp Minghui diadakan lagi di Universitas Sains dan Teknologi Yunlin Nasional pada tanggal 4-8 Februari 2021. Diikuti oleh 56 anak, usia 3-12 tahun.
Di bawah bimbingan sekelompok praktisi muda Falun Dafa, anak-anak mengikuti kelas menarik, menonton film dan bermain. Melalui cerita, belajar Fa, dan melakukan latihan gerakan Falun Dafa, peserta belajar dan merasakan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.
Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada Guru
Kegiatan selama Kamp Minghui
Yi Chen, kepala kamp Minghui, berkata bahwa tujuan dari kamp ini utamanya untuk membiarkan anak-anak merasakan medan Falun Dafa dan memahami prinsip-prinsip Falun Dafa.
Di waktu yang sama, mereka dapat saling belajar dan meningkatkan diri melalui kegiatan tersebut. Kamp mendorong anak-anak untuk baik kepada orang lain, rendah hati dan sopan, serta jujur dan mawas diri. Dengan cara ini, mereka dapat meningkatkan tingkat kultivasinya dan membawa kabaikan kepada orang-orang di sekitarnya.
Praktisi Falun Gong di kamp Minghui Yunlin, Taiwan, mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada Guru Li
Latihan bersama di pagi hari
Mempelajari Sejati-Baik-Sabar di Kehidupan Sehari-Hari
Seorang peserta perempuan dari Kaohsiung bermarga Cheng dengan riang membagikan bunga lotus yang berisikan informasi tentang Falun Dafa kepada para pejalan kaki. Dia berkata, “Saya senang menghadiri kamp Minghui dan menyebarkan bunga lotus yang indah kepada wisatawan. Saya senang melakukannya.”
“Saya dapat bergabung dalam belajar Fa, melakukan latihan, dan bermain bersama praktisi yang lebih tua. Saya belajar bagaimana mengikuti Sejati-Baik-Sabar dalam hidup. Saya akan menghadiri kamp lagi tahun depan.”
Huang Cheng-yu (kanan), Liao Wei-jung (kiri) dan Lin You-hsuan (tengah)
Huang Cheng-yu, murid kelas lima asal Taichung, menghadiri kamp untuk keenam kalinya. Dia berkata, “Saya suka kamp Minghui. Saya mempelajari prinsip dipukul tidak membalas dan dicaci tidak membalas.”
Dia melanjutkan, “Praktisi muda sangat baik. Walau kami tidak mengenal satu sama lain, saya merasa semua orang seperti keluarga besar.”
Liao Wei-jung, murid kelas enam asal Yunlin, juga menyukai kamp. Dia berkata, “Selanjutnya, saya ingin menghadiri kegiatan ini selama 10 hari.”
Dia khususnya suka merangkai bunga lotus. Dia berkata telah belajar untuk teguh, sabar dan tekun ketika merangkai bunga lotus. Dia memahami komitmen praktisi muda yang menjadi pembimbing - harus peduli dengan anak-anak.
Dia tersentuh dengan sikap praktisi muda terhadap para peserta kamp. Dia berkata, “Mereka mendiskusikan kegiatan kelas saat jam makan siang. Mereka sangat berhati-hati dalam merancang permainan. Saya sungguh menghargainya. Dari mereka saya belajar tentang sikap dan komitmen dalam berurusan dengan orang lain dan menghadapi masalah. Saya akan berkontribusi untuk kamp seperti praktisi muda tersebut ketika saya tumbuh besar.”
Lin You-hsuan menghadiri kamp untuk kelima kalinya. Dia sangat senang karena praktisi muda memerhatikan mereka. Dia berkata, “Mereka memberi tahu kami secara baik-baik dan mengoreksi kami jika kami melakukan kesalahan. Saya bersyukur mereka membimbing kami.”
Pemberi adalah Penerima
Su Ting-heng, mahasiswa tahun pertama Sekolah Medis Kaohsiung, berpartisipasi dalam membimbing anak-anak di kamp untuk kedua kalinya. Dia berkata, “Saya merasakan hal yang berbeda di tiap kamp. Mengurus anak-anak itu sulit tapi membuat saya merasa terpenuhi. Kelihatannya saya yang memberi, tapi sebenarnya sayalah yang banyak mendapatkan manfaat.”
Su Ting-heng
Selama interaksinya dengan anak-anak, Su mencari ke dalam. “Ketika mencurahkan rasa peduli dan pelayanan secara dangkal bukannya antusias yang datang dari hati, anak-anak dapat merasakan sikap orang dewasa. Umumnya, bantuan yang tulus dan kebaikan hati yang benar-benar memikirkan orang lain barulah paling dihargai.”
Menjadi Rendah Hati dan Diam-Diam Melengkapi Kekurangan
Lin Chin-hao, mahasiswa di Universitas Kristen Chang Jung, mempertahankan sikap belajar, dedikasi serta melengkapi kekurangan secara diam-diam. Dia berkata begitu pertama kali bergabung dengan kamp Minghui, dia tidak memiliki pengalaman apapun dengan anak-anak dan banyak mengalami kemunduran.
Lin Chin-hao
Dia berpartisipasi dalam kamp untuk tahun kedua. Dia menghabiskan waktu untuk mempersiapkan topik, kelas dan memikirkan tentang bagaimana caranya mengajar anak-anak serta berinteraksi dengan mereka. Tapi anak-anak lebih menyukai rekan lainnya. Dia bertanya-tanya apa yang tidak dia lakukan dengan baik.
Dia berpikir kembali, “Semua orang harus melakukan apa yang dapat mereka lakukan dan melengkapi kekurangan. Karena anak-anak polos, mereka dapat melihat kekurangan saya. Saya harus lebih banyak mencari ke dalam dan mengoreksi diri.”
Dia berkata selain kelompok yang mempersiapkan kelas, kelompok lainnya berkontribusi secara diam-diam. Semua orang memiliki pikiran yang baik, hati yang sejati dan tanpa pamrih untuk mengharmoniskan kegiatan kamp.
Orang Tua Merasa Yakin
Tena mendaftarkan putranya yang berusia tiga tahun dan putrinya yang berusia enam tahun ke kamp. Dia awalnya merasa cemas dengan anak-anaknya. Tapi setelah mengamati mereka pada pagi hari pertama, dia melihat anak-anaknya dijaga dengan sangat baik. Dia merasa lega, membiarkan kamp mengurus anak-anaknya.
Pengaturan dan perencanaan yang teliti dari praktisi muda dalam mengawasi anak-anak serta bimbingan cermat yang mereka berikan, mengejutkan Tena. Dia berkata, “Luar biasa. Mereka belum pernah menjadi orang tua tapi mereka membimbing anak-anak dengan sangat baik.”
Dia melanjutkan, “Saya tidak mengharapkan mereka untuk merawat anak-anak dengan sangat baik. Benar-benar luar biasa. Saya sangat tersentuh, terima kasih banyak.”
Memperkenalkan Falun Dafa kepada Presiden Taiwan
Lei Hsiao-Chen, orang tua lain yang berpartisipasi dalam kamp, adalah dosen di Universitas Budaya Tiongkok dan seorang veteran militer. Dia pendiri kerajinan tangan dari bahan wool bermerek felt. Dia mendapat inspirasi dari berlatih Falun Dafa dan membuat kerajinan tangan roti sarapan Taiwan, yang membuatnya terkenal.
Lei Hsiao-Chen
Pemerintah Kota Taoyuan mengundang Lei untuk mempersiapkan hadiah ulang tahun kepada Presiden Taiwan dalam waktu 48 jam. Dia merasa tertekan dan memikirkan produk apa yang seharusnya dia buat. Dia menenangkan diri dan belajar Fa. Dalam hatinya dia meminta bantuan Guru Li (pencipta Dafa).
Dalam sekejap, pikiran kreatif mencul. Lei berkata: “Sebagai seniman Taiwan, saya harap presiden dapat menghadapi tekanan dari Partai Komunis Tiongkok dan dengan berani membela lingkungan baik Taiwan dengan semangat rakyat Taiwan yang tulus, baik, dan sederhana.”
Lei Hsiao-Chen (pertama dari kanan) menyerahkan hadiah kepada Presiden Taiwan (tengah) dan melakukan foto bersama dengan Presiden serta Walikota Taoyuan Cheng Wen-hsian (pertama dari kiri)
Sekretaris pemerintah kota menghargai makna yang disampaikan dalam kreasi Lei dan Lei telah menyelesaikan pekerjaan yang sulit hanya dalam waktu dua hari. Sekretaris tersebut berharap Lei dapat mempersembahkan hadiah ini secara langsung kepada Presiden. Lei juga memiliki pikiran ini. Sekretaris mengatur agar Lei mempersembahkan hadiah tersebut dan memperkenalkan Falun Dafa kepada Presiden.
Lei berkata dia dan putranya berpartisipasi dalam kamp untuk pertama kalinya dan merasa tersentuh. Dia melihat beberapa perubahan positif dari putranya. Dia berkata putranya anak yang lambat belajar. Lei sejauh ini fokus pada karirnya dan sering mengabaikan waktu berkumpul bersama keluarga. Dia merasa bahwa mengirimkan anaknya ke kamp Minghui akan membantunya berubah.
Setelah bergabung dan berpartisipasi dalam kegiatan selama empat hari, Lei terkejut menyadari bahwa dia sangat sedikit memerhatikan putranya selama ini. Sekarang dia tahu bagaimana melibatkan dirinya lebih banyak dalam kehidupan putranya.
Lei berkata bahwa setelah putranya kembali dari kamp Minghui, dia dapat belajar Fa selama satu jam, mengerjakan PR, dan kemudian melakukan latihan selama satu jam seperti jadwal kamp.