(Minghui.org) Saya dianggap target utama dalam pengawasan pemerintah setempat pada bulan Oktober 2019, dan orang-orang kerap datang ke rumah saya untuk mengganggu. Ketika mereka melakukannya, saya menggunakan kesempatan ini untuk mengklarifikasi fakta tentang Falun Dafa. Saya memutarkan video False Fire (sebuah dokumenter tentang rekayasa “Bakar Diri di Lapangan Tiananmen”), menginformasikan mereka tentang batu tersembunyi di Provinsi Guizhou (mengacu pada batu yang konon bertulisan “PKT musnah”), dan menyampaikan informasi penting lainnya.
Mereka biasanya menggunakan mobil tanpa plat ke gedung apartemen saya. Saya kebetulan sedang keluar pada siang hari ketika saya melihat mobil mereka dari kejauhan. Saya memutuskan untuk tidak pulang dan tinggal bersama praktisi lainnya.
Saya tahu bahwa saya harus pulang ke rumah untuk mengumpulkan beberapa buku Dafa dan baju, jadi dua hari kemudian, setelah menyelesaikan empat perangkat latihan pagi itu, praktisi lain bersama saya pergi ke apartemen saya.
Putra saya mengatakan pada kami bahwa kepala dan wakil kepala kantor polisi telah datang. Karena mereka tidak dapat menemukan saya, mereka membawanya ke kantor polisi dan mengurungnya selama satu hari. Mereka telah membawa juru kunci, yang membukakan pintu kamar saya. Putra saya tidak tahu apa saja yang telah mereka ambil karena mereka tidak mengizinkannya masuk.
Di kamar saya, saya melihat foto Guru dan buku-buku Dafa tidak tersentuh, namun tiga USB dan beberapa kertas serta resi di laci telah hilang.
Saya mengambil beberapa buku Dafa dan beberapa pakaian kemudian kembali ke rumah teman saya.
Saya harus pulang ke rumah lagi sesudahnya dan berpikir untuk memancarkan pikiran lurus sebelum pergi. Saya pikir saat itu jam 6 pagi, namun ketika saya lihat, jam baru menunjukkan pukul 3.20 pagi. Saya tidak percaya saya salah melihat jam, jadi kami mulai melakukan latihan. Empat perangkat latihan pertama memerlukan waktu satu setengah jam.
Saya pergi ke bawah pada jam 4.50 pagi dan pulang ke rumah. Saya tinggal setidaknya 5 kilometer jauhnya, namun hanya butuh waktu tiga menit bagi saya untuk sampai di sana. Sungguh luar biasa! Kami melakukan meditasi duduk di rumah saya dan kemudian memancarkan pikiran lurus pada jam 6 pagi. Saya mengumpulkan lebih banyak barang sebelum kembali ke rumah praktisi.
Kami menyadari bahwa adalah belas kasih Guru yang telah membuka dimensi lain untuk kami, dan kami menempuh perjalanan antar rumah kami di dimensi lain. Yang lebih luar biasa lagi adalah 50 hari kemudian, ketika saya pulang ke rumah, membuka laci saya, dan menemukan bahwa tiga USB, kertas, dan resi yang hilang telah kembali dengan aman.
Polisi Mematuhi Saya
Polisi dan belasan lainnya datang ke rumah saya sebelum Tahun Baru Imlek 2018. Mereka berkata bahwa mereka memeriksa perumahan untuk mencari para migran. Ketika mereka melihat tiga kamar dengan kuplet Falun Dafa di depan pintu, mereka bertanya milik siapa kamar-kamar tersebut. Saya berkata, “Ini adalah kamar saya, itu adalah milik putri saya, dan yang ketiga adalah milik cucu laki-laki saya.”
Petugas polisi mengatakan pada yang lainnya untuk mencabut kuplet tersebut. Saya rasa itu juga saatnya memperbaharui kuplet, jadi saya tidak keberatan.
Mereka merobek satu kuplet, dan perasaan saya menjadi tidak nyaman. Saya segera menyadari bahwa saya tidak seharusnya membiarkan mereka menciptakan karma karena niat mereka buruk dan mereka bermusuhan dengan Dafa.
Saya berteriak, “Berhenti!”
Petugas polisi tersebut melihat saya dan berkata, “Robek semuanya!”
Saya berteriak lagi, “Berhenti! Falun Dafa adalah Fa yang lurus dan benar-benar sah secara hukum berdasarkan Konstitusi!” Petugas dan yang lainnya tampak diam tidak berkutik. Mereka mendengarkan dengan tenang begitu saya lanjut memberi tahu mereka fakta kebenaran tentang Dafa.
Beberapa menit kemudian, petugas melambaikan tangannya dan memberi tahu yang lainnya untuk pergi. Mereka bahkan pergi tanpa memeriksa kamar.
Polisi Tidak Melakukan Apapun
Kantor 610 setempat mengadakan sesi cuci otak pada tahun 2000 dan menangkap banyak praktisi. Itu adalah waktu dan tempat yang sungguh buruk.
Sayangnya, seorang praktisi wanita menjadi sangat bingung hingga dia “diubah pendiriannya” dan berhenti berlatih Falun Dafa.
Kami bertiga selaku praktisi sangat kecewa ketika mendengarnya. Salah satu dari kami adalah adik perempuan dari praktisi tersebut. Kami mendiskusikan situasinya dan bagaimana agar dapat membantunya.
Setelah mendapat persetujuannya, kami memutuskan untuk mengunjunginya. Kami memancarkan pikiran lurus sebelum pergi. Hari itu berkabut, dengan jarak pandang hanya 20 meter.
Namun kabut menghilang begitu kami pergi. Saya melihat ke arah pegunungan dari kejauhan, dan mereka tampak seperti baru saja dicuci bersih oleh hujan. Langit cerah dan hati saya menjadi ringan.
Praktisi ini tinggal di ujung gang sempit dari jalan utama. Di jalan masuk gang, kami melihat dua pria dengan pakaian kasual memandang ke arah jalan masuk menuju gang.
Kami bertiga semua adalah “target utama” yang pejabat pemerintah cari. Adik perempuan praktisi ini dan saya terlantar dan yang satu lagi baru saja dibebaskan dari kamp kerja paksa.
Kami memiliki pikiran lurus yang kuat, mengabaikan pria-pria tersebut, dan berjalan menyusuri gang ke tempat tinggal praktisi tersebut.
Setelah berbicara dengannya selama lebih dari dua jam, saya perlu ke toilet. Dia berkata, dia tidak memiliki toilet, namun ada satu toilet umum di jalan utama.
Saya berjalan keluar dan melihat dua pria tersebut masih berada di sana. Satu orang berdiri di ujung gang. Yang lainnya mengikuti saya masuk keluar toilet. Saya penuh dengan pikiran lurus sepanjang waktu dan tidak terganggu.
Kami lanjut berbicara lagi dengan praktisi tersebut selama beberapa jam. Dia masih sedikit bingung. Kami menyadari bahwa dia sangat terpengaruh dengan sesi cuci otak.
Begitu kami pergi, kami menyadari bahwa dua pria tersebut tidak ada di sana.
Beberapa bulan kemudian, praktisi tersebut menyadari bahwa dia telah menyimpang dari Dafa dan melanjutkan latihan kultivasi. Dia kemudian memberi tahu kami bahwa dia menginformasikan kepala pusat pencucian otak bahwa kami bertiga hendak mengunjunginya hari itu. Kepala departemen polisi mengatur dua petugas berpakaian preman untuk mengawasi kami. Mereka telah berencana untuk menangkap kami, namun belas kasih Guru melindungi kami.