(Minghui.org) Tong Xuesheng telah dianiaya sejak berusia 16 tahun oleh rezim komunis Tiongkok karena keyakinannya pada Falun Gong. Setelah dikeluarkan dari sekolah pada usia 16 tahun, dia menjalani satu tahun kerja paksa pada usia 17 tahun dan menjalani empat tahun penjara di usia awal 20-an tahun. Dia menghadapi dakwaan lagi setelah penangkapan terakhirnya pada Juli 2020.
Tong, sekarang berusia 37 tahun, adalah penduduk asli Kabupaten Qingliu, Provinsi Fujian dan sekarang penduduk Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong. Pada tanggal 3 Juli 2020, dia ditangkap oleh polisi bersama dengan tiga praktisi Falun Gong lainnya, Sun Xiuli, Zhang Yongmei, dan Mai Kanglin. Dia ditahan di Pusat Penahanan Distrik Tianhe.
Setelah Kejaksaan Distrik Haizhu dua kali menolak kasusnya karena tidak cukup bukti, Departemen Kepolisian Distrik Tianhe mengajukan kasusnya untuk ketiga kalinya pada tanggal 8 Februari 2021.
Penangkapan Pertama: Diusir dari Perguruan Tinggi pada usia 16 tahun
Xuesheng mempelajari Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, pada September 1997, pada usia 13 tahun. Tak lama kemudian, anak lelaki pemarah dan bermulut kotor dengan banyak kebiasaan buruk itu menjadi orang yang berpikiran luas, baik hati, dan penuh percaya diri. Ketika penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada Juli 1999, dia kuliah di Tianjin Light Industry College.
Karena Xuesheng ingin membela Falun Gong, dia pergi ke Lapangan Tiananmen pada Maret 2000. Dia berusia 16 tahun saat itu. Setibanya di Beijing, dia melihat spanduk praktisi Falun Gong telah dirampas oleh polisi. Dia segera berlari dan mencoba mengambilnya kembali. Beberapa petugas polisi tiba-tiba mendatanginya dan memukulinya dengan tongkat hingga jatuh. Dia diseret ke dalam mobil polisi dan dibawa ke Kantor Polisi Tiananmen.
Kemudian, seorang pejabat dari kampusnya mengantarnya kembali. Dia diizinkan pergi ke kampus tetapi dikurung di kamar. Petugas dari departemen keamanan kampus dan Kantor 610 Distrik Xinglin mengirim Xuesheng ke pusat penahanan setempat. Karena dia menolak untuk melepaskan keyakinannya pada Falun Gong setelah 15 hari penahanan, kampus mengeluarkannya dan mengirimnya kembali ke kantor polisi setempat di kampung halamannya.
Penangkapan Kedua: Satu Tahun Kerja Paksa
Xuesheng datang ke Lapangan Tiananmen lagi pada Januari 2001 dan membentangkan spanduk bertuliskan “Falun Dafa Baik.” Dalam satu menit, beberapa petugas polisi muncul. Mereka menyambar spanduk dan memukulinya dengan tongkat hingga jatuh. Dia dibawa ke Kantor Polisi Tiananmen. Kemudian, dia dan semua praktisi yang tidak memberikan alamatnya dikirim ke tiga provinsi terdekat di timur laut Tiongkok untuk ditahan.
Xuesheng dikirim ke Pusat Penahanan Kota Panjin di Provinsi Liaoning. Semua praktisi Falun Gong dipisahkan sehingga setiap sel hanya menampung satu praktisi. Setibanya di sana, kepala sel menginstruksikan rekan satu selnya untuk menelanjangi dan menuangkan air dingin ke seluruh tubuhnya meskipun cuaca sangat dingin. Xuesheng menggigil.
Dia dipaksa duduk diam setiap hari kecuali saat dia makan, tidur, atau menggunakan kamar kecil. Suatu saat ketika dia bergerak, kepala sel itu menendang dadanya dengan sangat keras sehingga dia sulit bernapas untuk waktu yang lama. Mereka hanya pernah memberinya roti jagung dan semangkuk sup jagung, yang keduanya sulit untuk ditelan. Dia tidak memiliki cukup ruang untuk tidur dan selalu harus tidur miring.
Untuk memaksanya memberikan alamatnya, seorang petugas polisi menggunakan tongkat kayu dengan paku logam untuk memukulinya selama setiap sesi interogasi.
Setelah dia dibawa kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Qingliu, Provinsi Fujian, Xuesheng ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Qingliu. Makanan di sana tidak bisa dimakan. Agen Kantor 610 Kabupaten Qingliu menginterogasinya dan mengancam akan mengirimnya ke kamp kerja paksa.
Xuesheng memilih untuk menegakkan keyakinannya dan dihukum satu tahun kerja paksa. Dia dibawa ke Kamp Kerja Paksa Rujiang di Kota Fuzhou, Provinsi Fujian.
Xuesheng dimasukkan ke dalam kelompok khusus yang dibentuk untuk praktisi Falun Gong di mana metode khusus digunakan untuk memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka. Dia dibuat berdiri menghadap tembok sepanjang hari. Setiap praktisi diawasi oleh dua narapidana dan mereka tidak diizinkan untuk berbicara satu sama lain.
Penganiayaan meningkat beberapa hari setelah Xuesheng diterima. Dia dilarang tidur selama 48 jam, setelah itu dia hanya diizinkan tidur dua jam per-hari. Dia harus berdiri diam menghadap dinding ketika dia bangun dan dipukuli karena bergerak. Seluruh tubuhnya membengkak.
Seminggu kemudian, semua praktisi ditanya apakah mereka akan melepaskan Falun Gong. Praktisi yang mengatakan tidak akan diseret ke ruang rahasia dan disengat dengan tongkat listrik. Xuesheng disiksa dengan cara ini karena dia menegakkan keyakinannya. Pikirannya mati rasa untuk waktu yang lama setelah itu.
Penangkapan Ketiga: Penjara Empat Tahun
Beberapa petugas dari Kantor 610 masuk ke rumah Xuesheng pada September 2005 dan menangkap pria berusia 21 tahun itu. Mereka membawanya ke kamar hotel dan memborgolnya ke kursi. Dia mulai melakukan mogok makan. Dia dipindahkan ke Pusat Penahanan Kabupaten Qingliu seminggu kemudian.
Tak lama kemudian, dia disidangkan oleh Pengadilan Kabupaten Qingliu dan dijatuhi hukuman empat tahun di Penjara Minxi di Kota Longyan, Provinsi Fujian.
Saat tiba, salah satu tangan Xuesheng diborgol ke pipa atau kaki meja sepanjang waktu. Terkadang, kedua tangannya diborgol ke jeruji jendela dengan tangan terentang. Karena dia menolak untuk melepaskan Falun Gong, dia mengalami penyiksaan ini untuk sementara waktu.
Tiga teman satu selnya yang pernah berlatih Falun Gong tetapi kemudian menyerah dan bekerja sama dengan penjara untuk menganiaya praktisi, ditugaskan untuk mengawasinya. Mereka memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencoba “mengubah” dia. Ketika Xuesheng tidak mendengarkan mereka, mereka memutar video yang memfitnah Falun Gong. Mereka juga mengintimidasi dan menyiksanya untuk memaksanya melepaskan keyakinannya.
Karena Xuesheng menolak untuk melepaskan Falun Gong, setelah dua bulan penyiksaan dan pemaksaan, dia dikirim ke tim kontrol ketat yang dianggap sebagai penjara di dalam penjara. Dia diperintahkan untuk tetap berada di lapangan atletik sepanjang hari, baik berdiri atau duduk, tetapi tidak bergerak. Jika bergerak, dia dipukuli. Ia hanya diberi air terbatas meski dalam terik matahari. Dia tidak bisa tidur di malam hari karena gangguan nyamuk.
Seorang penjaga pernah memerintahkan seorang narapidana untuk memukulinya sampai narapidana itu sendiri kelelahan.
Xuesheng dikirim kembali ke tim reguler sebulan kemudian. Tetapi segera setelah itu, dia dimasukkan ke dalam sel isolasi dan menjalani putaran upaya lain untuk memaksanya melepaskan keyakinannya.