(Minghui.org) Zhou Qing adalah guru fisika di Kota Guiyang, Provinsi Guizhou. Dia diberhentikan karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Lebih dari 21 tahun terakhir rezim Tiongkok telah menganiaya Falun Gong, pihak berwenang telah menangkap, mengurung, dan mencoba mencuci otak Zhou banyak kali.
Kampanye “Sapu Bersih” yang dimulai 2020 adalah upaya skala nasional terbaru Partai Komunis Tiongkok untuk lebih lanjut memusnahkan Falun Gong. Kampanye ini bertujuan untuk memaksa setiap praktisi yang ada di dalam “daftar hitam” rezim komunis agar melepaskan keyakinan mereka. Nama Zhou ada dalam daftar itu karena penangkapan sebelumnya.
Saat kampanye dimulai, Zhou meninggalkan rumah dan menyewa sebuah apartemen di Distrik Baiyun untuk menghindari penangkapan. Dia bertahan hidup dari memberi les pada anak-anak setelah jam sekolah. Pihak berwajib menemukannya setelah dia harus mengirimkan informasi pribadi sebagai bagian dari upaya pengendalian pandemi yang diharuskan oleh pemerintah. Pihak berwajib menawarkan kompensasi pada pemilik rumah agar mau mengusir Zhou. Pemilik rumah menolak tawaran itu, yang membuat pihak berwajib meningkatkan upaya mereka untuk menghancurkan Zhou secara finansial.
Pada suatu hari polisi mendobrak masuk apartemen Zhou dengan membawa surat penangkapan, meminta agar dia pergi ke kantor polisi. Surat penangkapan itu tidak menjelaskan dugaan kesalahan apa yang telah dilakukan Zhou dan dia tidak diberikan salinan dari surat penangkapan ini seperti yang diharuskan oleh hukum. Di kantor polisi, para petugas mengancam akan memantaunya sepanjang hari dan mengancam para murid lesnya jika Zhou tidak mau melepaskan Falun Gong. Mereka juga mengancam akan memaksanya datang ke kantor polisi setiap hari. Zhou kemudian dibebaskan pada malam itu.
Karena tidak ingin melibatkan perusahaan tempat dia bekerja dan para muridnya yang tidak bersalah. Zhou pun memutuskan untuk pindah lagi. Setelah dia pergi, semua murid-muridnya tidak melanjutkan les mereka dengan perusahaan yang memberikan jasa les tambahan.
Penganiayaan Sebelumnya
Mahkamah Agung Rakyat di Tiongkok mengimplementasikan sebuah “Reformasi Sistem Pendaftaran” baru pada tanggal 1 Mei 2015, yang menetapkan bahwa semua laporan pidana harus didaftarkan ke pengadilan saat diterima (untuk diproses lebih lanjut). Kemudian, para praktisi Falun Gong mengajukan gelombang tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin, mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok yang memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999. Zhou adalah salah satu korban penganiayaan. Karena melaporkan kejahatan Jiang Zemin, petugas polisi datang di kelasnya dan menangkapnya bagaikan kriminal. Mereka memaksa Zhou agar menandatangani beberapa pernyataan dan mencoba untuk mengambil sampel darahnya.
Seorang petugas menanyai seorang kolega Zhou apakah dia tahun bahwa Zhou berlatih Falun Gong. Kolega itu mengaku bahwa dia tahu. Saat ditanya kenapa dia masih mau mengajar di kelas yang ada seorang praktisi Falun Gong, dia membalas, “Mereka adalah orang-orang baik dan mudah diajak kerja sama.” Karena tidak ingin mendapat sorotan karena menangkap orang yang memiliki reputasi baik di muka umum, polisi pun pergi tapi mengancam akan kembali.
Zhou kemudian pindah dan terpaksa meninggalkan pekerjaannya setelah pemerintah mengklaim bahwa mereka telah “menyelesaikan” masalah les tambahan setelah jam sekolah. Zhou pun bergabung dengan sebuah sekolah swasta. Suatu hari dia pergi ke kantor polisi setempat untuk mengajukan pendaftaran izin tinggal bagi anaknya. Polisi tidak mau memproses suratnya kecuali dia menandatangani surat pernyataan jaminan akan melepaskan keyakinannya. Saat dia menolak, polisi mengancam akan menggeledah rumahnya. Zhou menelpon seorang kerabatnya di Amerika, menginformasikan situasinya dan meminta bantuan jasa pengacara Amerika untuk menuntut polisi jika dia dipenjara secara semena-mena.
Kemudian, seorang kepala Biro Pendidikan menelpon kepala sekolah tempat Zhou berkerja. Kepala Biro itu mengancam akan menutup sekolah jika Zhou tidak diusir. “Dia terlalu banyak pengaruh dan harus diusir,” seorang pejabat berkata mengenai Zhou.
Pengaruh Positif Zhou terhadap Para Murid
Berikut adalah dua contoh bagaimana Zhou peduli pada murid-muridnya dan membantu mereka tanpa syarat.
1.Siswa sekolah menengah yang mendapat nilai 3/100 pada ujian fisika
Saat pertemuan dengan orang tua murid, Zhou memberi tahu mereka mengenai seorang siswa sekolah menengah yang hanya mendapatkan nilai tiga dari seratus saat ujian fisikanya.
“Hal itu memberi tahu saya tiga hal. Pertama, latar belakang murid itu di fisika adalah sangat lemah. Kedua, murid-murid lain yang duduk dekatnya selama ujian mendapatkan nilai yang baik, berarti murid ini tidak menyontek. Ketiga namun hal ini penting, jika dia menerka saat memberikan jawaban, dari faktor kemungkinan saja dia barangkali mendapat nilai 20. Ini berarti dia mengikuti ujian ini dengan sangat serius dan benar-benar mengerjakan pertanyaan-pertanyaannya. Tapi tidak beruntung, pertanyaan-pertanyaan itu sangat menjebak dan dia masuk dalam jebakan itu karena kurangnya pengetahuan mengenai subjek ini.”
Zhou menceritakan kembali pada suatu hari setelah kelasnya, murid ini berlari keluar dan berteriak sepanjang lorong, “Saya akhirnya tahu bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah fisika!”
“Cobalah pikirkan: Setelah hampir enam tahun di sekolah menengah, dia akhirnya bisa menyelesaikan sebuah pertanyaan fisika sesaat sebelum ujian masuk perguruan tinggi. Dia telah bekerja keras dan tertekan hampir enam tahun tetapi dia tetap tidak menyerah,” kata Zhou
Kesimpulannya adalah, Zhou berkata bahwa murid ini memiliki karakter yang luar biasa meski semua tantangan yang dia hadapi. Zhou berkata dia sepertinya akan sukses dalam karir apa pun yang dia pilih.
Seorang siswa Zhou pernah berkata kebanyakan murid tidak akan melawan guru jika guru itu tidak keterlaluan. Seorang siswa akan menerima perilaku gurunya selama ia tidak membuat marah. Tetapi mendapatkan rasa hormat yang tulus dari seorang murid jauh lebih sulit. Ini bukan sesuatu yang banyak guru mampu peroleh, tetapi Zhou adalah salah satu yang mendapatkannya.
2.Perbincangan saat makan siang yang merubah perspektif seorang siswa terhadap kehidupan
Suatu hari saat istirahat makan siang, seorang murid datang berbincang dengan Zhou. Tahu Zhou tidak akan menghukum atau memarahinya, dia berbicara mengenai bagaimana dia menyontek di kelas daring selama pandemi. Dia juga bercerita bagaimana dia merokok, minum dan memiliki seorang pacar.
Zhou berkata, “Seorang pria muda secara naluri merasa senang saat para gadis memujinya. Tetapi gadis macam apa yang memuji pria yang suka merokok, minum, bicara kasar, dan menyontek di kelas? Saat pria muda ini memutuskan untuk menghentikan semua perilaku buruknya dan hidup dengan perilaku yang lebih baik, bukankah gadis tipe ini memiliki masalah dengannya?”
Pada hari berikutnya siswa itu datang ke Zhou lagi dan memberitahunya bahwa dia telah memutuskan akan mendengar saran Zhou dan fokus pada sekolahnya. Beberapa bulan kemudian, dia diterima di sebuah universitas terkenal.