Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pensiunan Dosen Universitas di Guizhou Diadili karena Keyakinannya pada Falun Gong

2 April 2021 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Guizhou, Tiongkok

(Minghui.org) Seorang warga Kota Guiyang, Provinsi Guizhou masih menunggu putusan, enam bulan setelah sidang oleh Pengadilan Distrik Nanming pada 19 September 2020, karena berlatih Falun Gong.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999.

Zhao Yue [Wanita] , seorang pensiunan dosen dari Universitas Guizhou, ditangkap di rumahnya pada 12 Maret 2020, ketika beberapa petugas dari Kantor Polisi Beijinglu menipunya untuk membuka pintu. Petugas menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku Falun Gong serta komputernya.

Pada bulan yang sama, banyak praktisi di Kota Guiyang ditangkap, ditahan, dan rumahnya digeledah karena pergi ke Taman Qianlingshan untuk berbicara dengan orang-orang dan membagikan materi tentang Falun Gong.

Zhao dibawa ke Pusat Penahanan Wanita Sanjiang dan dibebaskan dengan jaminan sebulan kemudian. Polisi mengatakan mereka akan terus menyelidikinya dan mengumpulkan bukti kriminal. Dia tidak diizinkan meninggalkan rumah.

Polisi mendatangi rumahnya pada 10 Mei 2020 dengan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Kejaksaan. Dia dibawa ke Pusat Penahanan Wanita Sanjiang lagi dan ditahan di sana sejak itu.

Penangkapan dan Penahanan Sebelumnya

Ini bukan pertama kalinya Zhao dianiaya karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong.

Dalam tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin yang diajukan pada tahun 2015, Zhao menulis bahwa dia dianiaya dua kali karena pergi ke Beijing untuk mengajukan banding, ditangkap enam kali, rumahnya digeledah dua kali, ditahan di pusat pencucian otak dua kali selama total 118 hari. Dia juga diberi dua hukuman kamp kerja paksa selama dua dan tiga tahun.

Polisi mengawasi rumah Zhao setelah dia menolak untuk diubah saat ditahan di pusat pencucian otak dan kamp kerja paksa. Pihak berwenang sering datang untuk mengganggunya dan memantau semua surat, panggilan telepon, dan QQ (aplikasi media sosial) miliknya. Dia tidak dapat berkomunikasi secara normal dan keluarganya juga terdampak karena ini.

Setelah Zhao dibebaskan dari kamp kerja paksa pada April 2007, dia tidak diizinkan kembali bekerja, dan dipaksa pensiun pada awal Maret 2009. Dari Maret 2001 hingga Maret 2009, ada 53 bulan Zhao tidak menerima gaji. Selama 23 bulan antara April 2007 hingga Maret 2009, sebelum akhirnya pensiun, dia tidak menerima subsidi cuti yang biasanya diberikan oleh sekolah.

Zhao berkata, “Suami saya dilibatkan ketika rumah kami digeledah untuk pertama kalinya. Polisi pergi ke tempat kerja suami saya dan dia dikritik. Setelah itu selama lebih dari sepuluh tahun, dia tidak pernah menjadi kandidat promosi kenaikan jabatan.

“Pertama kali saya dibebaskan dari kamp kerja paksa pada Maret 2003, dia memberi tahu saya bahwa hal paling menyakitkan yang harus dia lakukan selama dua tahun itu adalah mengunjungi saya di kamp kerja paksa, karena dia harus menderita penghinaan dan juga hukuman untuk mendapatkan izin berkunjung. Dia berkata dia merasa khawatir jika tidak mengunjungi saya, tetapi ketika dia meluangkan waktu untuk mengunjungi saya, anak kecil kami ditinggalkan tanpa ada yang menjaga.

“Kali kedua saya dibebaskan dari kamp kerja paksa pada April 2007, anak saya memberi tahu saya bahwa suami saya sering terbaring di sofa dalam keadaan linglung tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Anak saya pernah bertanya apakah dia sudah makan (anak saya baru pulang sekolah pelatihan militer), dia menunjukkan dua jarinya setelah beberapa waktu. Anak saya kemudian menyadari bahwa ayahnya hanya makan dua buah permen sepanjang hari."

Mencoba Menjadi Orang Baik

Zhao mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1995. Tak lama setelah berlatih, sakit perut kronis dan penyakit lainnya lenyap. Dia tidak pernah sakit sekali pun sejak itu. Temperamennya juga meningkat pesat.

Zhao berdedikasi pada pekerjaannya. Dia selalu membiarkan rekan-rekannya memilih kelas yang ingin mereka ajarkan terlebih dahulu, dan dia kemudian mengajarkan sisanya.

Di Tiongkok, banyak perusahaan dan institusi membangun rumah dan kemudian menjualnya kepada karyawan mereka dengan diskon besar sebagai bonus telah bekerja di tempat itu. Namun, pasokan apartemen sering kali terbatas, sehingga apartemen dialokasikan untuk orang-orang berdasarkan catatan layanan mereka. Zhao telah membeli apartemen seperti itu dari universitasnya.

Belakangan, majikan suaminya juga memberinya apartemen. Dia melihat banyak dosen muda di universitasnya tidak memiliki apartemen, maka dia mengembalikan apartemennya ke universitas. Banyak orang mengatakan bahwa dia bodoh, karena dia kehilangan setara dengan puluhan ribu dolar dari subsidi sekolah untuk penjualan rumah. Tetapi dia tidak menyesal, karena dia merasa bahwa memikirkan orang lain terlebih dahulu adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Ketika Sungai Yangtze banjir pada tahun 1998, Zhao menyumbangkan beberapa ribu yuan kepada mereka yang terkena dampak, meskipun dia sendiri tidak dalam keadaan finansial yang baik.

Salah satu siswanya pernah dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi, dan keluarga siswa tidak dapat membayar biaya pengobatan. Untuk membantu keluarga itu, dia mencairkan deposito berjangka (yang berarti harus kehilangan bunga karena belum jatuh tempo) dan memberikannya kepada siswa tersebut.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

The Benefits of Falun Gong (Part 5): Educators

Guiyang City, Guizhou Province: Falun Gong Practitioners Targeted in “Zero Out” Campaign for Their Faith in First Half of 2020