Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Musik Dafa “Pudu” Menyembuhkan Penyakit Mental Putra Saya

23 April 2021 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Provinsi Liaoning, Tiongkok

(Minghui.org) Saya adalah seorang praktisi Falun Dafa dari sebuah kota kecil di Provinsi Liaoning. Saya ingin membagikan kisah yang memilukan, namun luar biasa yang terjadi pada keluarga saya.

Putra saya, seorang murid SMA, kembali ke sekolah setelah liburan musim panas di akhir Agustus 2019. Ia mulai mengalami insomnia dan kadang tidak bisa tidur semalaman. Berpikir ini dikarenakan stres dari tahun ajaran baru sekolah, saya dan suami saya berusaha menasihatinya, tapi kami akhirnya memintakan izin untuk tidak masuk sekolah selama beberapa hari.

Selama waktu itu, putra saya menunjukkan gelagat aneh dan secara konstan bergumam kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa hari di rumah, ia bersikeras kembali ke sekolah. Kami bertanya kepada guru kelasnya dua minggu kemudian dan semuanya sepertinya normal. Saya memeriksakan kondisinya ke spesialis tidur, yang berkata bahwa putra saya hanya menderita kecemasan ringan yang bukan masalah besar.

Pada malam hari tanggal 21 September, ketika saya menjemputnya dari sekolah, saya melihat ekspresinya kosong dan gerakannya kaku. Banyak malam tanpa tidur menyusul kemudian.

Pada pagi hari tanggal 26, ia tiba-tiba menjadi gila. Berteriak dengan histeris, ia berkata ia ingin mati dan berlari kencang ke arah pintu. Membutuhkan empat orang dewasa untuk menahannya.

Tak perlu dikatakan, kami bingung dengan apa yang terjadi pada putra kami.

Pada 2 Oktober, kami memeriksakan dirinya ke rumah sakit untuk observasi. Awalnya, dokter berpikir ia menderita meningitis. Selama 10 hari berikutnya, kondisinya menurun dengan cepat. Ia tidak makan atau minum apapun dan hanya ditopang oleh infus. Ia mengompol, memiliki ekspresi kosong di wajahnya, dan tidak berbicara atau mengenali siapa pun. Ia dengan cepat kehilangan 9 kg. Para dokter akhirnya memastikan bahwa ia sama sekali tidak menderita meningitis. Psikiater curiga bahwa ia menderita skizofrenia dan menyarankan kami untuk mencari pengobatan di tempat lain.

Pada 13 Oktober, kami memeriksanya ke pusat kesehatan mental. Obat penenang membuatnya mengantuk dan setengah sadar sepanjang waktu. Ia tidak mau makan, jadi dokter menyarankan untuk memberinya makan melalui selang di hidungnya. Tapi itu terbukti sulit tanpa kerja samanya. Dokter kemudian menyarankan terapi kejut listrik sebagai pengobatan yang paling tepat.

Pada malam tanggal 14 Oktober, sehari sebelum ia dijadwalkan untuk terapi kejut listrik, ibu saya datang ke rumah sakit. Ia membawa pemutar MP3 saudara perempuan saya. Isinya musik Falun Dafa "Pudu."

Saat saya memainkan musik untuk anak saya, air mata keluar dari ekspresi kosongnya, dan ia menangis tersedu-sedu. Dokter senang, "Itu pertanda bagus. Artinya ia responsif secara emosional."

Pada pagi hari tanggal 15 Oktober, saya menemukan bahwa anak saya mengeluarkan darah dari lengan tempat infus keluar di bawah selimutnya. Ia mulai makan dan minum saat sarapan. Saya tiba-tiba menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan anak saya. Ibu saya mendesak saya untuk membawanya pulang.

Para dokter menentang keputusan saya untuk membawanya pulang, tetapi saya mengabaikan nasihat mereka. Rumah sakit bukanlah tempat untuk penyembuhan yang tenang. Kadang-kadang pasien sakit jiwa masuk rumah sakit itu pada tengah malam, dan itu menimbulkan gangguan yang cukup besar kepadanya.

Putra saya tidak bisa berjalan sendiri jadi kami menggunakan kursi roda untuk membawanya ke mobil kami dan suami saya menggendongnya menaiki tangga di rumah.

Putra saya berada dalam fase pemulihan hingga akhir November. Kami memainkan musik “Pudu” untuknya setiap hari. Nafsu makannya kembali dan ia bertambah setengah kilo per hari selama dua minggu pertama. Ia tidak lagi mengompol dan bahkan kadang-kadang mengalami saat-saat sadar.

Saya merasa jauh lebih tenang dan tidak terlalu peduli tentang kemajuan kesembuhannya. Saya percaya bahwa Guru Li, pencipta Falun Dafa, sedang menjaganya. Kami juga menghentikan semua pengobatannya.

Pada tanggal 25 November, putra kami akhirnya menguasai kembali pancaindranya. Kemampuan mental dan ingatannya telah pulih, meskipun ia tidak ingat apa yang terjadi di rumah sakit.

Saya tidak berani membayangkan akibat tragis jika ia tidak mendengarkan musik Falun Dafa tepat waktu. Guru menyelamatkan putra kami dan saya tidak bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Guru dengan kata-kata.

Cobaan kami berlangsung 100 hari. Karena saya adalah seorang praktisi Falun Dafa, saya mampu menghadapi peristiwa mengerikan itu dengan lebih tenang daripada suami saya. Suami saya berada di ambang kehancuran mental dan bahkan mengatakan ia ingin melompat dari balkon di rumah sakit. Air mata yang tak terhitung jumlahnya ditumpahkan oleh ayah mertua dan ibu mertua saya, dan kerabat kami yang lain semuanya sangat khawatir. Jika bukan karena Dafa, masa depan putra saya tidak hanya akan sangat suram, saya dan semua orang di keluarga kami mungkin akan hancur berantakan.

Mertua saya sangat berterima kasih kepada Guru setelah mendengar tentang kesembuhan ajaib putra kami di rumah sakit. "Kami benar-benar percaya pada Falun Dafa sekarang," kata ayah mertua saya. Mereka menyebarkan cerita tentang kesembuhan putra kami di antara kerabat kami.

Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada rekan-rekan praktisi dan kerabat serta teman-teman kami atas dukungan mereka selama masa sulit ini. Saya berharap setelah menyaksikan kejadian ini dan kekuatan luar biasa dari Dafa, mereka akan mengakui bahwa Falun Dafa adalah baik dan dengan demikian mengalami masa depan yang positif.

Saya juga berharap mereka yang belum memahami kebenaran tentang Dafa akan meluangkan waktu untuk mengetahui lebih lanjut, karena keajaiban seperti yang kita alami tidak jarang terjadi di antara orang yang percaya.