(Minghui.org) Saya berusia 40-an dan memiliki kepribadian tertutup sejak kecil. Ketika masih muda, saya patuh pada orang tua, dan setelah menikah, patuh pada suami. Namun demikian, saya berjalan dengan teguh di jalur kultivasi Falun Dafa. Setelah mengalami banyak pasang surut, saya tetap bertekad untuk berkultivasi.

Masa Kecil yang Menyedihkan

Orang tua tidak percaya pada hal-hal spiritual, namun saya berbeda dari mereka. Saya ingin tahu tentang dewa dan Buddha sejak masih kecil dan mendambakan latihan kultivasi. Saya dan teman-teman berbagi pemikiran tentang masa depan kami. Beberapa mengatakan mereka ingin menjadi ilmuwan, penulis, dan semacamnya, namun saya berangan-angan menjadi seorang biarawati dan tinggal di kuil kuno.

Ketika masuk sekolah, orang tua takut jika saya akan diganggu, dan sering memberi tahu saya bagaimana caranya menjadi "pintar" dan menghindar dari perundungan. Namun saya tidak suka mendengarnya, dan bahkan bertanya kepada mereka mengapa mereka mengajari saya hal-hal buruk. Karena kepribadian saya berbeda dari orang tua, ibu tidak menyukai saya. Dia sangat mudah tersinggung karena kehidupannya yang keras dan sering memukuli dan memarahi saya. Kadang, dia bahkan mengusir saya dari rumah setelah gelap.

Ayah mengatakan bahwa dia tidak dapat mencegah ibu memukuli dan memarahi saya, karena dia dapat hidup tanpa saya namun tidak dapat hidup tanpa ibu.

Hati saya penuh dengan kesedihan, dan menjadi semakin menutup diri dan merasa rendah diri. Kesehatan saya juga buruk. Di sekolah, saya ngompol di celana dan kadang kehilangan kesadaran untuk sementara waktu. Kemampuan belajar saya semakin buruk, pikiran tumpul, dan ingatan memburuk. Pelajaran dari guru sepertinya tidak dapat masuk ke dalam pikiran. Dokter mengatakan bahwa saya menderita epilepsi dan mungkin akan berakhir dengan demensia.

Memperoleh Dafa dengan Sukacita

Saya masuk ke perguruan tinggi teknik setelah lulus dari sekolah menengah, yang cukup jauh dari rumah. Di sana saya berjumpa dengan teman sekelas, yang adalah seorang praktisi Falun Dafa, dan dia memperkenalkan saya pada kultivasi. Saya membaca buku Zhuan Falun dan merasa inilah yang saya inginkan.

Buku tersebut menjawab banyak pertanyaan tentang kehidupan yang tidak bisa saya jawab. Saya melihat Falun (roda hukum) berputar dan dua cahaya putih terang yang bergerak dari atas kepala hingga ke kaki ketika bangun tidur keesokan paginya. Pada saat yang bersamaan, saya juga dibebaskan dari entitas yang merasuki tubuh saya, yang saya yakini adalah seekor ular. Sejak saat itu, penyakit yang mengganggu saya selama bertahun-tahun lenyap, dan saya memperoleh kembali kesehatan dan kebahagiaan.

Saya dan teman sekelas pergi ke rumah seorang praktisi tua di dekat sekolah setiap hari untuk belajar Fa dan berlatih. Itu adalah saat yang paling membahagiakan. Para praktisi sangat ramah, lembut, dan sopan. Praktisi lansia berpikir bahwa hidup kami tidak mudah karena jauh dari rumah, dan dia seringkali membuatkan makanan enak untuk kami. Dia melihat sepatu saya rusak dan membelikan saya sepasang sepatu baru. Praktisi lain peduli pada kami, dan saya merasakan kehangatan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Falun Gong benar-benar tanah yang murni!

Guru Li Hongzhi berkata:

“…sebenarnya watak hakiki kalian yang dahulu dibangun atas dasar egois dan kepentingan diri sendiri, mulai sekarang kalian berbuat sesuatu harus lebih dulu memikirkan orang lain, mengultivasi diri hingga mencapai kesadaran lurus yang tanpa ego dan tanpa mementingkan diri sendiri,” (“Sifat Kebuddhaan Tanpa Kebocoran” dalam Petunjuk Penting untuk Gigih Maju)

Pada tahun 1999, Jiang Zemin, mantan pimpinan Partai Komunis Tiongkok (PKT), melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong dan mendiskreditkan praktisi Dafa. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya memberi tahu orang-orang bahwa praktisi Dafa adalah orang-orang yang terbaik di dunia.

Menghormati Orang Tua

Guru Li berkata, “Sebab penyakit dan kesengsaraan seseorang ditimbulkan oleh karma karena perbuatan buruk yang dilakukan pada masa lalu ...” (Ceramah Satu, Zhuan Falun)

Setelah memahaminya, saya menjadi damai dan toleran terhadap orang lain. Saya menyadari bahwa kehidupan ibu tidak mudah, karena ayah harus bekerja jauh dari rumah. Ibu harus mengurus saya dan adik, serta melakukan pekerjaan pertanian. Pasti sangat menegangkan, hingga dia mudah marah.

Setelah mendapat pekerjaan dan sebelum menikah, saya memberikan semua gaji saya kepada ibu. Setelah menikah, saya memiliki tiga orang anak. Karena mahalnya biaya mengurus keluarga, situasi keuangan saya tidak begitu baik. Namun, saya sering mengunjungi ibu dan membelikan makanan enak. Saya tidak menghabiskan uang untuk diri sendiri dan memberikan semuanya kepada suami, anak-anak, dan orang tua agar mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.

Tidak mudah bagi mertua ketika saya menikah, jadi saya tidak pernah meminta mas kawin dari mereka, saya juga tidak meminta dari ibu. Pernikahan saya sangat sederhana.

Setelah saya menikah, orang tua memberikan toko tembakau dan minuman keras yang mereka punyai kepada adik saya, yang mana tidak membuat saya terusik. Saya sangat tenang, karena setelah beberapa tahun berkultivasi, Falun Gong telah mengubah saya menjadi orang yang lebih dahulu memikirkan orang lain. Saya berpikir, "Bukankah ini lebih baik, karena bisa membuat kehidupan adik menjadi semakin baik?"

Toleran terhadap Suami

Karena tidak memiliki mas kawin, dan orang tua memberikan toko keluarga kepada adik, kehidupan saya menjadi agak sulit dan suami sering memukuli dan memarahi saya. Dia awalnya mengira bahwa karena orang tua saya memiliki toko tembakau dan minuman keras, maka keluarga saya akan kaya. Namun setelah mengetahui toko itu tidak diwariskan kepada saya, dia melampiaskan kemarahan kepda saya.

Saya bukan seperti istrinya, dan layaknya seperti pembantu rumah tangganya. Tidak peduli apakah sedang hamil atau ketika merasa tidak enak badan, dia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga apa pun, dan saya harus mengurusnya sebanyak yang saya bisa. Dia sangat kasar dan suasana hatinya selalu buruk. Dia sering minum dan akan mengutuk saya jika dia pulang terlambat. Saya terus-menerus hidup dalam ketakutan.

Melihat wanita hamil lainnya menikmati perawatan yang cermat dari keluarga dan suami mereka, saya berpikir itu adalah hal yang luar biasa. Namun dari Fa, saya tahu bahwa menanggung penderitaan berarti melunasi hutang karma. Saya menerima pengaturan hidup tersebut dan mempertahankan suasana hati yang optimis.

Menjelang kelahiran anak pertama, air ketuban saya pecah sekitar jam 10 malam, tetapi suami menunggu hingga keesokan pagi setelah dia cukup tidur, lalu membawa saya ke rumah sakit. Dokter memeriksa indeks cairan ketuban dan menyadari bahwa indeks tersebut telah mencapai tingkat aman terendah. Dokter berkata bahwa itu bisa sangat berbahaya bagi ibu dan anak. Hal yang ajaib adalah air ketuban berhenti bocor ketika mencapai tingkat aman terendah. Saya tahu bahwa ini adalah Guru yang melindungi saya, jika tidak konsekuensinya tidak terbayangkan.

Saat hamil anak kedua, saya mengalami keguguran dan pada suatu malam mulai mengalami pemdarahan. Suami menyuruh saya menahannya hingga pagi. Saya mengatakan bahwa saya benar-benar merasa tidak tahan. Setelah permintaan berulang kali, barulah dia membawa saya ke rumah sakit.

Suami saya sangat keras kepala, dan saya harus selalu mengikutinya. Namun dia tidak beruntung. Kami menjalankan toko eceran bersama-sama, dan ketika kami memiliki sedikit uang lebih, dia akan menginvestasikannya. Namun itu selalu investasi yang buruk, jadi keuangan kami tidak pernah bagus.

Saya merasa tidak nyaman untuk waktu yang lama dan ingin bercerai darinya. Setiap kali memberi tahu dirinya, dia menjadi sangat marah dan bahkan mengancam akan menghancurkan toko jika saya pergi.

Saya kemudian menyadari bahwa saya salah. Guru meminta kita untuk mempertimbangkan orang lain terlebih dahulu, tetapi saya tidak melakukannya. Saya merasa bersalah. Suami telah bekerja keras untuk mencoba membuat situasi keuangan keluarga kami menjadi lebih baik. Meskipun tidak berhasil, namun niatnya baik.

Guru berkata:

“… kita selaku orang Xiulian berprinsip mengikuti keadaan secara wajar, yang semestinya milik anda tidak akan hilang, yang bukan milik anda juga tidak akan dapat direbut.” (Ceramah 7, Zhuan Falun)

Apa yang saya alami dalam hidup ini mencerminkan kebajikan dan karma yang diperoleh dari kehidupan saya yang lampau. Penderitaan ini disebabkan oleh karma.

Melalui belajar Fa, saya bisa lulus ujian ini dan tidak lagi membenci suami. Saya tidak mengeluh tentang investasi salah yang dia lakukan. Saya menghiburnya dan mengatakan bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.

Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan, mengurus hidupnya, memperlakukannya dengan baik, dan membantunya. Tidak peduli bagaimana dia memarahi saya di toko, saya tidak pernah melawan. Ketika lelah memarahi saya, dia akan secara alami berhenti. Orang lain akan berkata: “Kamu memiliki temperamen yang baik. Jika suami saya seperti itu, saya pasti tidak akan bisa menerimanya."

Saya mulai memutar acara New Tang Dynasty TV untuk suami, memberinya artikel berbagi pengalaman praktisi untuk dibaca, dan memberi tahu dia tentang budaya tradisional.

Ketika dia merasa sedih, saya akan menghiburnya, dengan mengatakan: “Meskipun kita tidak punya banyak uang, kita tidak kekurangan makanan dan pakaian untuk ketiga anak kita. Hidup kita masih baik-baik saja. Jangan lagi khawatir tentang uang yang hilang. Setiap orang mengalami kesusahan ini atau itu. Tenang saja. Berapa pun banyaknya uang yang hilang, maka seberapa banyak pula karma yang dilenyapkan. "

Dafa mengajari saya untuk baik kepada orang lain dan hanya melihat sisi baik mereka. Faktanya, selain temperamennya yang buruk, dia benar-benar adalah orang yang baik. Meskipun dia akan melempar barang-barang ketika dia marah, dia tidak pernah menyentuh buku-buku Dafa saya. Bahkan ketika PKT mengancamnya, dia tidak menyerahkannya.

Saya belajar Fa dan berlatih, dan dia tidak pernah mengganggu saya. Ketika saya dibawa ke kantor polisi, dia mencoba segala cara untuk menyelamatkan saya dan dapat meninggalkan kantor polisi pada hari yang sama. Dia tahu bahwa Falun Dafa baik, dan dia mundur dari organisasi afiliasi PKT.

Suami mampu melakukan itu selama penganiayaan, yang merupakan hal yang paling menakjubkan dan berharga bagi seseorang. Meski tidak mengatakannya, dia mengakui saya dan Dafa di dalam hatinya.