Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Apa yang Diperoleh Hakim yang Menghukum Orang Tidak Bersalah

25 Mei 2021 |   Oleh Song Bai

(Minghui.org) Agama Kristen dianiaya selama 300 tahun, berawal dari Yesus dibunuh. Meskipun Pontius Pilatus, gubernur Roma yang ditempatkan di provinsi Judea, dalam hatinya sangat jelas Yesus tidak bersalah, namun akhirnya ia menghukum Yesus bersalah, hal mana menggerakkan proses runtuhnya Kekaisaran Romawi.

Banalitas Kejahatan Pilatus: Tunduk pada Keputusan Jahat

Oleh karena pengikut Yesus semakin banyak, para imam dan tetua Yahudi khawatir para pengikut mereka tidak lagi percaya dan menafkahi mereka, penuh kecemburuan mereka berunding untuk membunuh Yesus. Mereka menyuap pengkhianat Yudas dan menangkap Yesus. Para imam, tetua, dan ahli Taurat membuat kesaksian palsu, Yesus dipukuli dan disidang secara ilegal. Karena Dewan Tertinggi Yudaisme tidak berhak mengeksekusi hukuman mati, mereka membawa Yesus ke Pilatus, kepala eksekutif Provinsi Judea.

Pilatus sudah lama mendengar ketenaran Yesus, ia memang tidak memiliki bukti kejahatan Yesus. Ia segera kembali ke Roma untuk dipromosikan. Ia enggan menangani urusan orang Yahudi, ia menghindar beberapa kali, ia serahkan Yesus kepada Herodes, raja Yahudi dari Kekaisaran Romawi. Ini bukan karena keadilan tetapi sikap yang licik, hal mana segera terendus oleh Herodes yang lebih pandai tajam perhitungannya. Herodes mengembalikan Yesus kembali ke Pilatus, disertai surat yang menyiratkan agar Yesus dihukum mati, Herodes akan memuji Pilatus di depan Kaisar, jika tidak, jangan harap dipromosikan.

Dalam dokumen sejarawan Herod mencatat, Pilatus adalah seorang pemimpin yang mewah konyol dan tirani, sekaligus tidak mampu membedakan baik dan jahat, pengecut dan tidak kompeten. Menghadapi kasus Yesus, ia tidak berdaya. Jadi sekali lagi ia panggil para imam besar, tetua, dan ahli Taurat Yahudi bersama, Yesus dibawa ke suatu tempat yang disebut Praetorium, Pilatus menyatakan rencananya melepaskan Yesus di hari Paskah. Para elit yang hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dengan tidak sabar, menuduh Pilatus mengkhianati Kaisar, dan berteriak: "Salibkan dia (Yesus)!"

Pilatus panik, khawatir topi kebesarannya copot, ia berkata kepada Yesus: “Tidakkah kamu tahu kalau saya berhak melepaskanmu, maupun menyalibmu?” Yesus menjawab: “Jika bukan diberikan oleh atasanmu, Anda tidak memiliki hak atas saya."

Orang-orang yang tertipu dan terhasut oleh para imam besar, tetua berteriak bunuh Yesus. Pilatus benar-benar bertekuk lutut pada kejahatan. Ia keluarkan nampan berisi air dan mencuci tangannya di depan orang banyak, berkata: "Kalianlah yang membuatnya berdarah, dosa bukan pada saya, saya tidak bertanggung jawab atas kejahatan itu." Orang-orang berseru dengan semangat: "Darahnya dihitung pada kita dan keturunan kita." Pilatus pun memerintahkan Yesus dicambuk dan disalibkan.

Di satu sisi adalah moralitas, keadilan, mukjizat, keinginan rakyat, di sisi lain adalah jabatan, kekuasaan, kejahatan, dan kegilaan. Pilatus akhirnya menuruti kejahatan yang berasal dari kenaifan dari dalam dirinya sendiri, demi keuntungan dirinya sendiri ia menyalibkan Yesus yang menyebarkan Dharma. Yudas pun demikian pula, ia tahu Yesus memiliki kuasa Ilahi, ia mengira setelah mengkhianati Yesus, Yesus akan mengerahkan kuasaNya kembali agar selamat, dalam pikiran Yudas, mengkhianati Yesus demi tiga puluh tail hanyalah sebuah kesalahan kecil.

Apa yang Diperoleh Para Penganiaya? Hanya Menggali Kuburannya Sendiri

Benarkah Pilatus tidak perlu menanggung aib dosa? Menipu diri semacam ini berakar pada keinginan egois, cocok dengan niat jahat, dan menjadi megah setelah diberi lapisan pelindung bernama otoritas politik dan prosedur hukum.

Istri Pilatus adalah pengikut taat Yesus, berulang kali ia menasehati suaminya jangan menghakimi Yesus, putra Pilatus lahir dengan sebelah kaki mengecil. Ia disembuhkan dan sehat normal oleh kuasa Ilahi Yesus. Ibu dan anak berulang kali menasihati Pilatus jangan menghukum Yesus. Pilatus mengaku dirinya seorang filsuf, aura seperti itu seringkali menyebabkannya merasa paling bersih dan tinggi, merendahkan semua orang, Yesus dalam proses menyebarkan ajaran dan melakukan mukjizat, Pilatus tahu Yesus sangat disayang rakyat, tetapi Pilatus memandang rendah dan meremehkan.

Yesus mati enam jam setelah dipaku di kayu salib. Gunung berguncang dan bumi bergetar, dunia tertutup tirai hitam dengan cepat. Orang-orang terkejut, bahkan orang-orang jahat merasakannya: "Yesus benar-benar Putra Allah." Tak lama kemudian Pilatus jatuh sakit, lama tidak sadarkan diri. Herodes tidak merekomendasikannya di depan Kaisar, namun sebaliknya mengucilkannya. Setelah itu, Pilatus digugat, hartanya disita, ia bahkan diasingkan ke Galia, reputasinya jatuh, ia dikhianati ditinggalkan para sobat dan kerabat. Ke mana pun Pilatus pergi, mata pengikut Yesus berapi bagai membakarnya. Tujuh atau delapan tahun setelah Yesus wafat, Pilatus bunuh diri.

Dalam sejarah, mereka yang berkuasa, mengatas-namakan keadilan, namun sebenarnya menyerang yang baik dan benar demi tujuan egoisnya, umumnya nasib akhir mereka tidaklah baik. Qin Hui menjebak pejabat setia Yue Fei, generasi keturunan berlutut di depan makam Yue Fei, nama Qin Hui membusuk puluhan ribu tahun. "Keturunan orang Dinasti Song malu akan nama Hui, saya berlutut di depan kuburan, malu akan marga Qin." Apalagi pengikut rezim maupun raja yang menganiaya keyakinan, karma aibnya sangat besar, berdoa kemanapun percuma. Keturunan kedua Bodhidharma-nenek moyang Buddhisme Zen, Hui Ke, dijatuhi hukuman mati akibat fitnah oleh hakim Cheng'an, Zhai Zhongkan, Zhai Zhongkan berakhir dikenakan hukuman berat oleh Kaisar Wen dari Dinasti Sui. Penganiayaan terhadap agama Buddha oleh ‘tiga Wu’ yang membawa malapetaka (Kaisar Taiwu, Kaisar Zhou Wu, dan Kaisar Tang Wuzong), meski kaisar sekalipun, pembalasan karma sulit dihindari, umur singkat dan negaranya jatuh miskin.

Hakim PKT: Saya Akui Mereka Semua adalah Orang Baik

PKT menganiaya Falun Gong selama 21 tahun, bukan hanya tidak berhenti, malah semakin menggila. Selama pandemi tahun 2020, praktisi Falun Gong menanggung risiko tinggi pandemi dan penganiayaan PKT, menyebarkan sembilan kata sakral "Falun Dafa Baik, Sejati-Baik-Sabar Baik" kepada ribuan rumah tangga. Di satu sisi, PKT sambil menutupi fakta pandemi, sambil mencegah praktisi Falun Gong menyelamatkan makhluk hidup.

September tahun 2020, 13 praktisi Falun Gong diadili secara ilegal di Pengadilan Kabupaten Luanping, Provinsi Hebei. Jaksa penuntut Bao Zhenxian, mengatakan kepada pengacara pembela yang paham fakta kebenaran: "Saya telah membaca sangat banyak materi klarifikasi fakta tentang Falun Gong, saya akui mereka semuanya orang baik. Nanti di saat sidang yang berlangsung, Anda silakan bicara apa yang ingin Anda katakan." Sebelum persidangan dimulai, hakim ketua Zhao Yajun bahkan berkata kepada pengacara: "Saya tahu para praktisi Falun Gong ini adalah orang-orang yang baik. Beberapa hari ini saya tidak hentinya menerima telepon dari luar negeri."

Sebelum siding dimulai, salah satu anggota hakim mencoba menekan pihak keluarga melalui pengacara, agar membujuk para praktisi melepaskan keyakinannya, mengaku bersalah, atau mereka akan dihukum berat, dan mengancam karir serta pekerjaan pihak terkait beserta kerabat mereka. Hakim tidak dapat memberikan bukti kejahatan di pengadilan, mmeskipun tahu kalau praktisi Falun Gong tidak bersalah, namun secara semena-mena merekayasa kasus yang tidak adil, bukti palsu dan salah.

Praktisi Falun Gong yang dihukum secara ilegal banyak di antaranya adalah elit dari semua lapisan masyarakat: ada karyawan teladan kota, jutawan, dosen dan profesor universitas, guru berprestasi, pegawai negeri, polisi, wartawan, petugas pajak yang berprestasi, insinyur, elit industri IT, akuntan, penerjemah, manajer, pimpinan perusahaan, pimpinan rumah sakit, wakil walikota, dan lainnya.

Pembalasan Karma Datang Bagai Gunung Runtuh

Pepatah lama mengatakan: apabila baik dan jahat tidak ada pembalasan, langit dan bumi pastinya egois. Banyak hakim PKT tidak ada rasa iba ketika mereka menganiaya orang baik, mereka tidak memikirkan saat pembalasan karma datang akan seperti gunung runtuh.

10 Juli tahun 2020, Song Shixu, penyelidik tingkat kedua dari Pengadilan Menengah Xuchang Provinsi Henan, dicurigai melakukan pelanggaran berat disiplin dan hukum, ia diperiksa dan diadili. Di hari yang sama, Liang Donghua, wakil hakim, hakim ketua divisi pidana pertama, dan hakim senior tingkat ketiga di pengadilan itu diperiksa dan diadili, dengan dakwaan melakukan pelanggaran berat disiplin dan hukum. Di masa jabatan mereka, keduanya sangat aktif menjalankan kebijakan PKT menganiaya Falun Gong. Mereka melanggar hukum dan konstitusi, menghukum yang tidak bersalah. Praktisi Falun Gong Shen Yuehong, Wang Haisong, Chang Qing, Bai Hongmin, dan Qu Chunrong dijatuhi hukuman tiga hingga lima tahun penjara. Anggota keluarga dilarang menghadiri persidangan, para hakim beroperasi dalam sangkar hitam. Sekarang akhirnya mereka sendiri memperoleh ganjaran karma jahat.

Xuchang juga merupakan salah satu daerah yang paling parah menganiaya praktisi Falun Gong, di mana-mana tampak pembalasan karma jahat. Mantan kepala Biro Keamanan Umum Kota Xuchang Zhai Huafu meninggal karena kanker, mantan wakil ketua Biro Keamanan Umum Kota Xuchang Li Yinqiu dipecat dari partai dan dicopot jabatannya, mantan sekretaris Komite Hukum Kota Xuchang Zhao Zhenhong dipecat dan diselidiki, dan mantan wakil jaksa Kejaksaan Kota Xuchang Zhao Guoliang dipecat dan diselidiki, mantan wakil ketua Pengadilan Kota Xuchang Zhu Jianying dan hakim Wang Xinyao dipecat dan diselidiki. Mantan wakil kepala Biro Keamanan Umum kota Xuchang Peng Jie dipecat dan diselidiki. Mantan kepala Kantor 610 Kabupaten Xiangcheng Xie Youcang meninggal mendadak, dan seterusnya.

Menurut laporan dari Minghui.org, Beijing, yang diklaim sebagai daerah terbaik, sebenarnya adalah ibu kota kejahatan. PKT menganiaya Falun Gong selama lebih dari 20 tahun, kira-kira 527 orang yang terlibat penganiayaan mendapat balasan karma jahat, yang terbanyak hingga mencapai 31%, di antaranya, pejabat keamanan umum, kejaksaan dan kehakiman mencapai 163 orang. Tiga belas diantara mereka bahkan menyeret 20 keluarga.

Kota metropolitan internasional Shanghai, diterangi gemerlap lampu neon, entah berapa banyak rantai industri kriminal yang berseliweran. Baru-baru ini, media asing memublikasi kesaksian orang dengan nama asli Lu Shuheng, ia adalah anggota keluarga mantan wakil direktur Biro Laogai (Kamp Kerja Paksa) Shanghai, Rumah Sakit Pudong Shanghai, Rumah Sakit Wanping, dan wakil direktur Biro Kehakiman, membenarkan praktik kriminal pengambilan organ hidup praktisi Falun Gong di Shanghai yang meluas.

Pembalasan karma jahat mengikuti bagaikan bayang-bayang. Wei Zhiyun, kepala bagian Keamanan Nasional dari Biro Keamanan Umum Distrik Baoshan di Shanghai, pernah berseru: "Saya tidak percaya hukum karma, Partai Komunis memberikan uang maka harus melakukan sesuatu untuknya, manusia memang harus mati. Tidak masalah." Ia juga memfitnah pendiri Falun Gong, ia pikir usianya masih muda, sesumbar mau "lihat siapa yang panjang usia". Dua puluhan hari kemudian, ia pingsan tiba-tiba, pupilnya membesar, buang air besar dan kecil tak terkendali, matanya melotot lebar, ia meninggal mendadak, meninggal dalam kondisi mengenaskan, lima alat inderanya membengkak, jasadnya berubah bentuk karena pembengkakan. Pembalasan karma jahat datang begitu cepat dan menyedihkan, saat meninggal Wei Zhiyun baru berusia 42 tahun.

PKT menganiaya Falun Gong selama 22 tahun, dilaporkan setidaknya di Shanghai ada 75 orang mendapat balasan karma jahat, 23 orang meninggal, lebih dari setengah di antaranya, sebanyak 38 orang merupakan personel Departemen Keamanan Umum, Kejaksaan dan Kehakiman.

Saat Pandemi Mengunjungi Kota, Hendak Bersembunyi di Mana?

Buku-buku kuno mencatat, wabah adalah cara dewa tingkat tinggi membersihkan penjahat dan benda busuk di dunia. Alkitab berpendapat, wabah merupakan hukuman bagi "manusia yang berkhianat kepada Tuhan". Sejarah manusia semuanya memaparkan nilai-nilai universal ini: Tahun-tahun akhir dua dinasti yaitu dinasti Ming dan Qing, kaisar tidak kompeten, para pejabat korup, pejabat setia difitnah, diturunkanlah wabah penyakit pes dari Langit, dimulailah pergantian dinasti. Setelah Pilatus mengadili Yesus, Nero benar-benar menindas pengikut Kristen, penganiayaan berlangsung selama 300 tahun, Langit menjatuhkan empat malapetaka besar, merengut 60 juta jiwa penduduk Romawi, yang menyebabkan kehancuran total Kekaisaran Romawi.

PKT mempromosikan ateisme, "palsu-jahat-pertentangan," menciptakan berbagai gerakan politik, menimbulkan kematian tidak wajar lebih dari 80 juta orang dalam kekuasaan tirani mereka. Tahun 1999, PKT berkolusi dengan Jiang Zemin, menggerakkan kebijakan penganiayaan, menindas “Sejati, Baik, Sabar”, hingga kini masih berlangsung, menempatkan manusia pada bahaya hukum balasan dari alam.

Orang sering mengatakan “wabah memiliki mata.” Jika Anda menelusuri benang merah ‘wabah datang untuk PKT’, kami menemukan, daerah berisiko tinggi pneumonia Wuhan nyaris adalah pelopor dalam penganiayaan PKT terhadap Falun Gong: Tahun 1999, Kota Wuhan membuat film TV yang memfitnah Falun Gong, yang dijadikan sebagai dasar pengambil keputusan penting oleh PKT untuk menganiaya Falun Gong; tahun 2020, pandemi berulang kali melanda daerah Shenyang, Harbin, Qiqihar, Dalian, Sichuan, Xinjiang, provinsi dan kota lain yang mana merupakan daerah yang paling parah menganiaya Falun Gong; baru-baru ini daerah berisiko tinggi pandemi di Hebei Gaocheng, keamanan umum, kejaksaan, badan penegak hukumnya dalam "operasi sapu bersih" sangat aktif dan terus saja menganiaya praktisi Falun Gong setempat; Tiangongyuan, daerah berisiko pandemi di Beijing, ternyata adalah lokasi bekas Kamp Kerja Wanita Beijing, Kamp Kerja Tuanhe, Kamp Kerja Paksa Xin'an dan Penjara Wanita Beijing yang terkenal kejam menganiaya Falun Gong. Shanghai adalah sarang tempat tinggal pelaku utamanya yaitu Jiang Zemin, rumah sakit besarnya rata-rata terlibat dalam kejahatan pengambilan organ tubuh secara hidup-hidup dari praktisi Falun Gong ...

Di luar negeri, daerah yang parah dilanda pandemi, para politisi dan kalangan elit yang terpapar pandemi, nyaris adalah negara dan wilayah yang disusupi oleh PKT atau pro-komunis.

"Wabah menyerang bersembunyi bencana besar", memahami yang baik dan yang jahat, mengetahui fakta kebenaran, menghormati “Sejati-Baik-Sabar”, menjaga keyakinan kepada Sang Pencipta, merupakan cara untuk menghindari pandemi dan petaka.