(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa dari Korea Selatan mengadakan konferensi pers secara serentak di depan kedutaan besar dan konsulat Tiongkok di kota Seoul, Busan, Gwangju, dan Jeji pada tanggal 25 April 2021 pukul 11 pagi, memperingati Permohonan Damai, peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh praktisi Falun Dafa di Tiongkok 22 tahun yang lalu.
Praktisi Falun Dafa mengadakan konferensi pers di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Korea Selatan di pintu masuk Myeongdong, Seoul.
Konferensi pers di depan Konsulat Tiongkok di Gwangju
Konferensi pers di depan Konsulat Tiongkok di Busan
Konferensi pers di depan Konsulat Tiongkok di Jeju
Praktisi memperagakan latihan Falun Dafa dekat Kedutaan Besar Tiongkok di Korea Selatan.
Saat itu cuaca cerah di keempat kota. Dengan pandemi yang masih melanda, praktisi mematuhi regulasi pencegahan epidemi yang ketat dari pemerintah Korea, dan konferensi pers dibatasi hingga sembilan orang. Di jalan yang ramai dan departemen pemerintahan dekat Kedutaan Besar Tiongkok, praktisi memasang spanduk, menyebarkan brosur, dan melakukan latihan Falun Dafa, yang menarik perhatian banyak orang.
Permohonan Damai 25 April Memperlihatkan Kebaikan Sejati-Baik-Sabar
Dr. Wu Seyeol, Sekretaris Jenderal Himpunan Falun Dafa di Korea Selatan, berbicara di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Seoul. Dia menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memperingati Permohonan Damai tanggal 25 April 1999, dan juga mengungkap watak asli PKT.
Dr. Wu memberi tahu rakyat Tionghoa bahwa patriotisme tidak sama dengan mencintai Partai Komunis, dengan pertimbangan ada 375 juta rakyat Tionghoa yang telah menarik keanggotaan mereka dari PKT dan organisasi pemudanya.
Dr. Wu juga berkata bahwa Falun Dafa adalah latihan kultivasi yang menyehatkan dan mengajarkan praktisi untuk hidup dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar, meningkatkan moralitas mereka, serta memurnikan tubuh mereka melalui latihan. Meskipun tujuan Falun Dafa bukan untuk menyembuhkan penyakit, dia berkata Falun Dafa memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan seseorang.
Dalam waktu tujuh tahun setelah Falun Dafa diajarkan ke publik, Dr. Wu berkata bahwa para pejabat PKT memuji dampaknya terhadap kesehatan dan kebugaran, namun ketika Falun Dafa menjadi sangat popular di seluruh Tiongkok, mantan pemimpin PKT tumbuh rasa iri hati dan memulai kampanye penganiayaan. Dia berkata bahwa meski Permohonan Damai tanggal 25 April tenang dan rasional, PKT mengeksploitasinya untuk menjebak Falun Gong.
Mengenang Permohonan Damai
Dr. Wu menjelaskan bahwa pada tanggal 11 April 1999, sarjana He Zuoxiu menerbitkan sebuah artikel yang memfitnah Falun Dafa di “Expo Sains dan Teknologi Pemuda” Kota Tianjin. Beberapa praktisi Falun Dafa di Tianjin memohon agar dia memperbaiki konten palsu tersebut, namun 45 praktisi malah dipukuli dan ditangkap. Karena alasan inilah, lebih dari 10.000 praktisi pergi mengajukan permohonan damai secara nasional di Beijing tanggal 25 April.
Zhu Rongji, Perdana Menteri Tiongkok pada saat itu, secara pribadi menerima praktisi dan berjanji untuk membebaskan praktisi yang telah ditangkap di Tianjin, mengijinkan buku-buku Falun Dafa diterbitkan, dan menyediakan sebuah lingkungan yang sah bagi praktisi mempraktikkan keyakinan mereka. Praktisi lalu bubar secara damai.
Sebuah laporan media menulis, “Semangat ini menunjukkan budaya petisi kepada pemerintah yang matang dan menjadikannya tonggak baru dalam sejarah dunia.” Yang lainnya berkata, “Ini menunjukkan semangat dari Sejati-Baik-Sabar kepada dunia.”
Mengungkapkan Watak Asli PKT
Dr. Wu berkata bahwa PKT tidak mencerminkan Tiongkok, negara kuno dengan sejarah dan budaya tradisional panjang. Sebaliknya, dia berkata bahwa PKT adalah aliran sesat Marxisme-Leninisme yang dimanipulasi oleh elemen jahat.
Pernyataannya mendata kejahataan yang dilakukan oleh PKT baik terhadap rakyat Tiongkok maupun kepada komunitas internasional. Dia berkata, sejak PKT berkuasa di tahun 1949, beragam kampanye dan penganiayaannya telah membunuh lebih dari 80 juta rakyat Tiongkok.
Wu berkata bahwa setelah PKT menduduki Tiongkok, ia lanjut menganiaya Uighur dan warga Tibet, melanggar janjinya “satu negara, dua sistem” di Hong Kong, membuat geram seluruh dunia. Dia menekankan bahwa pengambilan organ secara hidup-hidup yang dilakukan PKT terhadap praktisi Falun Dafa adalah sebuah kejahatan yang tidak pernah terjadi di muka bumi ini.
PKT juga menutupi wabah virus corona, membiarkannya menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan banyak nyawa melayang.
Warga Korea Selatan Menyadari Ancaman PKT
Dr. Wu menyorot beberapa kasus penduduk Korea dengan sukses melawan infiltrasi PKT. Mengingat keengganan orang-orang menerima materi tertulis selama pandemi, dia berkata praktisi memproduksi brosur penuh gambar, termasuk konten mengenai temuan batu di Provinsi Guizhou, Tiongkok yang bertuliskan, “Partai Komunis Tiongkok binasa.” Menurut praktisi yang menyebarkan materi, banyak orang menerimanya secara aktif dan juga membacanya dengan saksama.
Perwakilan Himpunan Falun Dafa di Korea Selatan memasukkan pernyataan tersebut ke kotak surat Kedutaan Besar Tiongkok di akhir konferensi pers.
Seorang pria paruh baya berasal dari Kota Ansan, Provinsi Gyeonggi yang datang ke Seoul untuk menghadiri acara pernikahan berkata bahwa ini pertama kalinya dia mendengar tentang penganiayaan Falun Dafa. Dia terkejut akan parahnya pelanggaran HAM yang dilakukan PKT.
Seorang pria berusia 60 tahun berkata, “Tiongkok berbeda dengan kami. Dia adalah negara komunis tanpa kebebasan. Demi kebaikan generasi muda kita, kita harus memisahkan diri dari komunis Tiongkok. Bagi mereka yang menghadapi pelanggaran HAM di Tiongkok, saya berharap agar PKT segera runtuh.”
Polisi Korea Selatan bekerja sama dengan praktisi demi memastikan kegiatan tersebut lancar dan sukses, selain itu dibandingkan biasanya, ada lebih sedikit petugas berseragam menjaga kedutaan besar.