Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pria Liaoning Kesehatannya Menurun Akibat Penyiksaan, Meninggal 3,5 Tahun Setelah Pembebasan Bersyarat Medis

21 Juni 2021 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Liaoning, Tiongkok

(Minghui.org) Ketika ditahan karena keyakinannya pada Falun Gong, Li Hongwei menjadi subyek penyiksaan brutal dan dicekoki susu berkadar garam tinggi selama 29 hari berturut-turut. Akibatnya, kesehatannya rusak parah. Setelah berjuang dengan diabetes akut dan masalah kesehatan lainnya selama tiga setengah tahun setelah pembebasan bersyarat medis, Li meninggal dunia pada 8 Juni 2021. Ia berusia 58 tahun.

Li Hongwei sebelum penganiayaan

Foto Li Hongwei diambil pada 30 Desember 2017, tiga hari setelah ia dibebaskan dengan alasan medis.

Li, mantan karyawan Biro perumahan di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, berlatih Falun Gong, sebuah disiplin spiritual dan meditasi kuno, tahun 1998, dan ia segera mendapati bahwa diabetes akut dan penyakit hati berlemak sembuh tanpa pengobatan. Ia tidak pernah bimbang dengan keyakinannya setelah rezim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan Falun Gong setahun kemudian. Akibatnya, ia diberikan satu tahun kerja paksa setelah penangkapannya pada tahun 2006 dan dihukum empat setengah tahun penjara setelah ditangkap pada tahun 2016.

Disiksa oleh Polisi

Li ditangkap pada bulan Oktober 2006 oleh petugas dari Kantor Polisi Shandongmiao dan diberikan satu tahun di Kamp Kerja Paksa Shenxin. Selama masa tahanan, ia juga dibawa ke pusat pencucian otak Zhangshi dan diperintahkan untuk melepaskan Falun Gong.

Li ditangkap lagi pada 26 Juni 2016 ketika ia memasang informasi tentang Falun Gong. Petugas dari Kantor Polisi Wusan menelanjanginya hingga hanya tersisa pakaian dalam di badannya dan mengurungnya di kurungan besi berukuran kecil sekitar pukul 6 sore.

Zhou Xu, wakil kepala kantor polisi, mengikat pergelangan kaki Li ke kursi metal, menempelkan tubuhnya ke bagian belakang kursi dan menutup mulut serta hidungnya dengan plester yang membuatnya susah bernafas. Ia tidak diperbolehkan menggunakan kamar kecil dari pukul 8 malam hingga setelah jam 11 malam.

Ilustrasi penyiksaan: dikurung di kurungan besi

Di pagi berikutnya, petugas memborgol dan merantai Li, masih hanya mengenakan pakaian dalam, dan mendorongnya masuk ke dalam mobil polisi. Seorang petugas menendang Li keluar ketika menemukan bahwa ia berada di mobil yang salah. Li jatuh dengan kepala menyentuh aspal lebih dulu, menyebabkan benjolan. Tangan dan kakinya yang dirantai terluka gores.

Petugas memindahkan Li ke mobil lain dan membawanya ke komunitas perumahannya. Ketika ia menolak memberi tahu mereka alamatnya, mereka membawanya melalui satu gedung demi satu gedung.

Ketika mereka selesai memeriksa seluruh gedung lain dan sampai di gedung terakhir, komandan tim memerintahkan empat polisi untuk tetap berada di mobil dan mengawasi Li ketika ia pergi ke lantai atas untuk mencari tahu apartemen miliknya. Ia mengambil kunci rumah dan mencobanya di setiap pintu. Ketika ia akhirnya menemukan lokasi yang benar, ia menelepon seorang petugas untuk menggeledah setiap ruangan.

Petugas memegang Li dengan posisi tiarap, memplester mulutnya, dan menelepon beberapa orang untuk memukul dan menendangnya. Mereka menyumpalkan isi kasur ke dalam mulutnya. Seorang yang disebut “Macan” memukulinya dengan sangat keras hingga ia mengigau, darahnya membasahi sprei.

Lima petugas dan yang lainnya melepaskan pakaian dalamnya, memplester kaki dan lututnya, memaksanya dalam posisi jongkok dan mengikatnya.

Ilustrasi penyiksaan: dilipat dan diikat

Petugas menggunakan sprei untuk membungkus tubuh Li, menaruhnya di papan kayu dan menyeretnya ke dalam lift. Ketika mereka mencapai lantai pertama, mereka menariknya keluar ke area parkir, membuka pintu mobil, dan melemparnya ke dalam.

Ketika tiba di kantor polisi, mereka melemparnya ke lantai, seperti membongkar muatan barang. Mereka menyeretnya ke dalam kantor. Kulitnya tergores parah akibatnya.

Li menolak merespons ketika di interogasi. Polisi menyalakan kipas angin dan mengarahkan langsung ke tubuhnya.

Ketika ia berteriak, “Falun Dafa baik! Sejati-Baik-Sabar baik!” Petugas memplester mulut dan hidungnya dan mengikat tubuhnya dengan posisi terlipat. Li hampir mati lemas, dan wajahnya berubah hitam kebiru-biruan. Seorang petugas melihat dan membuka sedikit celah jadi ia bisa bernafas.

Petugas tertidur dan meninggalkan seorang asisten untuk mengawasi Li. Ikatan tubuh Li tidak dibuka hingga ia meminta menggunakan kamar kecil. Ia tidak bisa berjalan dan harus merangkak ke kamar kecil secara perlahan.

Sekitar pukul 2 pagi, Li dibawa ke Pusat Penahanan Hunnan.

Dicekoki Makan dengan Garam selama Sebulan

Tiga hari setelah Li dibawa ke Pusat Penahanan Hunnan, ia disiksa dan mengalami cedera parah hingga staf harus membawanya ke Rumah Sakit Umum yang dijalankan oleh militer Shenyang, di mana ia diinfus. Setelah kembali ke pusat penahanan, narapidana tanpa pengetahuan medis terus menginfusnya ketika ia diikat ke sebuah kursi.

Suatu hari, ketika kantong infus 500ml yang dipasang mulai pukul 9 pagi tapi masih tidak habis hingga pukul 7 malam – di waktu narapidana kembali ke sel mereka, seorang narapidana bernama Ji Peng meremas kantong infus itu, berusaha memasukkan cairan ke dalam tubuhnya lebih cepat.

Li mogok makan untuk memprotes. Staf membawanya ke Rumah Sakit Pusat Hunnan dan mencekokinya makan. Penjaga Yu Shenqiao duduk di rantainya dan menampar wajahnya. Wang Shiqiang, wakil kapten, berteriak ke arahnya, “Kamu tidak makan! Sekarang kami menambahkan garam ke susu lihat kamu akan minum atau tidak.”

Dalam perjalanan pulang ke pusat penahanan, Li memuntahkan susu dan pingsan. Seluruh petugas secara verbal menyiksanya.

Kembali di pusat penahanan, Li dicampakkan ke lantai ketika Kapten Zhao Zhisheng menjambak rambutnya dan menginjak jari kakinya. Zhao berteriak lagi, “Kamu makan atau tidak?” Ia menarik segenggam rambut Li.

Suatu kali keluarga Li melihat prosedur pencekokan makanan ketika mereka mengunjunginya di rumah sakit. Sejak saat itu, pencekokan makan dilakukan di pusat penahanan dan menjadi lebih brutal. Para narapidana menahannya di lantai sebelum sebuah selang yang dimasukkan lewat hidung hingga perutnya. Bagian dalam hidung dan kerongkongannya menjadi teriritasi dengan sangat buruk. Li meninggalkan jejak darah ketika diseret kembali ke selnya. Setelah itu ia sering muntah darah di selnya.

Setiap kali Li dipaksa makan, wakil kapten Wang Shiqiang selalu berada di sana, menendang atau menyiksanya secara verbal.

Pencekokan makanan berulang menyebabkan hidung dan kerongkongan Li menjadi bengkak parah, dan menjadi tidak mungkin untuk mencekokinya lagi. Petugas membawanya kembali ke rumah sakit, di mana ia diborgol dan dirantai. Kapten terus menginjak wajah dan dadanya tidak peduli pada kondisinya. Mereka mengancam akan memukulinya hingga mati jika ia berteriak “Falun Dafa baik!” untuk memprotes.

Selama 53 hari mogok makan, ada 29 hari berturut-turut di mana ia dipaksa minum susu berkadar garam tinggi. Garam menyebabkan konstipasi akut. Perutnya seperti membatu dan sangat menyakitkan. Ia harus mengeluarkan tinja dengan bantuan tangan dan menyebabkan anusnya berdarah.

Penyiksaan di Penjara

Dua minggu setelah Li diadili di Pengadilan Distrik Hunnan pada 3 Agustus 2016, hakim menghukumnya empat setengah tahun dengan denda 10,000 yuan.

Li dibawa ke Penjara Benxi pada 10 Oktober 2016. Ia ditempatkan di bangsal kedelapan dan diperintahkan melakukan kerja paksa dari pukul 6:30 pagi hingga 6:30 malam.

Ketika ia sedang duduk di ranjangnya pada 25 Oktober, seorang narapidana bernama Zheng Zhong berkata kepadanya untuk bangun dari ranjang dan menampar wajahnya. “Saya memukuli kamu sebagai perwakilan pemerintah. Ini adalah hak yang diberikan pemerintah kepada saya,” kata Zheng.

Karena lelah, Li tidak bisa tetap membuka mata ketika ia sedang bekerja pada 20 November 2016. Petugas Chen Geng melihatnya, ia datang dan menampar wajahnya. Li menjadi bingung. Ia berbalik dan melihat Chen berdiri di belakangnya. Chen menertawakannya dan berkata ia tidak diperbolehkan tidur ketika bekerja. Peristiwa ini menyebabkan stres mental bagi Li dan ia sering merasa petugas akan memukulnya.

Ketika penjaga Chen bertugas pada malam hari tanggal 24 November, ia memerintahkan Li melafalkan peraturan penjara. Li menolak bekerja sama, dan Chen menyetrumnya dengan tongkat listrik hingga ia tidak bisa berdiri lagi.

Tidak lama setelah pulih, Li ditempatkan kembali ke selnya dan pingsan setelah merangkak ke ranjangnya. Sejak itu, kesehatannya menurun dan diabetesnya yang telah pulih setelah berlatih Falun Gong kambuh lagi. Ia sering merasa pusing dan menderita penglihatan kabur dan rasa sesak di dada.

Penjaga Chen menampar wajah Li dan menginjak bagian pahanya lagi pada 28 Desember. Li terjatuh ke tanah. Setelah ia pergi ke ruang kerja, ia menderita pusing yang intens dan sesak nafas. Ia menyender ke mesin dan tidak bisa bergerak. Di hari berikutnya, matanya mulai mengeluarkan darah. Rasa sesak di dadanya memburuk.

Ketika Li bersikeras bahwa ia tidak akan melafalkan peraturan penjara, penjaga Chen memerintahkannya pergi ke gudang tanpa kamera pengawas di siang hari 23 Maret 2017. Dua penjaga lagi, Jiang Tiemin dan Hui Wang, juga narapidana Tang Yichang, ada di sana.

Merasa pusing, Li tidak bisa berdiri dan duduk. Chen berdiri di belakangnya dan menggesekkan tumit kanannya ke bahu kiri Li. Ujung sepatunya bergesekan dengan pelipisnya. Kemudian Chen menggesek perut Li, meskipun sudah sulit bagi Li untuk tetap duduk.

Chen berulang kali menggesekkan bahu kiri Li dan dahinya juga dengan sepatunya. Setelah ia selesai, ia berdiri di depan Li dan berkata, “Saya tidak punya bahan apapun untuk dibicarakan dengan anda.”

Li tidak bisa berdiri atau berbicara setelah penyiksaan. Setelah beberapa waktu, ia berjuang untuk berdiri dan pergi.

Dengan penglihatannya yang semakin menurun, ia tidak bisa menyelesaikan kuota pekerjaan tepat waktu dan ditampar wajahnya oleh penjaga Ning Tianliang pada 8 Mei 2017.

Melihat bahwa ia benar-benar pusing, penjaga membawanya ke rumah sakit di hari yang sama dan menemukan bahwa tekanan darahnya sangat tinggi dan berbahaya. Selama dua hari berikutnya, mereka membawanya ke rumah sakit dan mengukur kadar gula darahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar glukosa darah puasanya mencapai 20 mmol/L, sedangkan kisaran normalnya adalah 3,9 ~ 7,1 mmol/L.

Ketika keluarganya berkunjung pada 21 September 2017, ia dipapah oleh dua orang. Kaki celana kanannya tergulung, dan terdapat bisul besar di betis kanannya yang berwarna ungu dan hitam. Penglihatannya sangat buruk sehingga bahkan dengan wajahnya menempel pada partisi kaca, dia tidak dapat melihat dengan jelas anggota keluarganya yang berada di sisi lain.

Diabetes parah menyebabkan ia sangat pusing, kurus dan lemah. Ia mengalami kelumpuhan di sisi kanan tubuhnya dan terus-menerus merasa haus.

Pada 27 Desember 2017, Li dibebaskan dengan syarat medis. Kesehatannya terus memburuk, dan ia meninggal tiga setengah tahun kemudian pada 8 Juni 2021.

Laporan terkait dalam Bahasa Inggris:

Refusing to Give up Belief, Man Force-fed with Salt for a Month in Detention

Shenyang Practitioner Arrested, Tortured by Police

Mr. Li Hongwei's Health Failing Due to Torture in Benxi Prison

Mr. Li Hongwei Jailed and Tortured for His Faith

Liaoning Man Sentenced to 4.5 Years for His Faith

Blood Stains Found in Apartment after Mr. Li's Arrest

Practitioner Detained in Shenyang Still on Hunger Strike