(Minghui.org) Semester pertama tahun 2021 mencatat bahwa 3.291 praktisi Falun Gong ditangkap dan 6.179 diganggu karena keyakinan mereka, sebuah latihan spiritual kuno yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak tahun 1999.
Di antara 9.470 praktisi yang menjadi sasaran, 1.384 rumah mereka digeledah. Uang 152 praktisi dengan total 1.942.553 yuan dan 20.000 USD tunai disita, rata-rata 142.292 yuan per-orang.
Seratus tiga belas praktisi lainnya telah ditangguhkan pensiunnya oleh pihak berwenang, dengan alasan bahwa karena mereka menjalani hukuman karena keyakinan mereka sehingga mereka tidak berhak atas tunjangan pensiun selama dipenjara (walaupun tidak ada ketentuan seperti itu dalam undang-undang perburuhan Tiongkok). Seorang wanita di Yunnan yang telah bekerja selama 32 tahun dihapuskan pensiunnya dan tidak menerima pembayaran pensiun lagi. Dia mengandalkan sedikit tunjangan pengangguran untuk bertahan hidup.
Pada saat penulisan, 2.042 praktisi yang ditangkap masih ditahan. 78 lainnya telah dipaksa untuk tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut dan kemungkinan penangkapan.
Sembilan ribu empat ratus tujuh puluh praktisi yang ditargetkan berasal dari 264 kota di 30 provinsi. Hebei (1.556), Shandong (1.293), Heilongjiang (998), Liaoning (795), dan Sichuan (767) adalah lima provinsi dengan kasus terbanyak. Lima belas daerah lain mencatat kasus tiga digit mulai dari 129 hingga 718. Tujuh provinsi lagi memiliki kasus dua digit dan tiga provinsi memiliki kasus satu digit.
Sebanyak 347 dari yang ditangkap dan 425 praktisi yang diganggu yang dilaporkan pada semester pertama tahun 2021 berusia 65 tahun atau lebih. Praktisi tertua yang diganggu berusia 94 tahun.
Selain praktisi lanjut usia, seorang gadis penderita epilepsi berusia 12 tahun ditangkap bersama orang tua dan nenek dari pihak ibu pada pukul 14:00. Sekarang, gadis itu tinggal bersama nenek dari pihak ayah dan berjuang untuk mengatasi trauma malam itu.
Kesehatan seorang wanita berusia 46 tahun memburuk setelah penangkapannya pada bulan April. Ketika pengacaranya mengunjunginya pada bulan Juni, dia tidak bisa berjalan sendiri dan harus digendong oleh narapidana. Dia dipaksa untuk buang air kecil di celananya beberapa kali. Dia juga mengalami sesak dada dan rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, termasuk di kepala dan matanya. Tangannya cacat dan dia kurus.
Lonjakan Kasus Gangguan
Dari 3.291 penangkapan yang dilaporkan tersebut, 660 kasus terjadi pada tahun 2020 dan 2.631 kasus pada tahun 2021. Dari 6.179 kasus gangguan tersebut dirinci menjadi 7 kasus pada tahun 2016, 1.122 pada tahun 2020, dan 5.050 pada tahun 2021.
Kasus tambahan pada tahun 2020 juga ditambah total praktisi yang ditargetkan tahun lalu dari 15.235 menjadi 17.017 (7.319 penangkapan dan 9.698 gangguan. Dibandingkan dengan 3.213 penangkapan dan 3.054 gangguan yang dikonfirmasi pada semester pertama tahun 2020, menurut data baru, 2.631 penangkapan pada semester pertama tahun 2021 mengalami sedikit penurunan, tetapi 5.050 kasus gangguan menunjukkan hingga 65%, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Sebagian besar peningkatan gangguan terjadi pada bulan April (1.561) dan Mei (1.447), yang hampir dua kali lipat dari bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Ini adalah hasil dari kelanjutan kampanye pelecehan “sapu bersih” yang dilakukan dari tahun lalu serta penganiayaan yang intensif di sekitar “tanggal sensitif” 25 April (peringatan 10.000 praktisi Falun Gong yang memohon keadilan pada tahun 1999 di luar kompleks pemerintah pusat untuk hak mempraktikkan keyakinan mereka) dan 13 Mei (peringatan pengenalan Falun Gong kepada publik), untuk mencegah praktisi berbicara tentang penganiayaan. Kampanye “pemeliharaan stabilitas” sebelum peringatan seratus tahun Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah penyebab lain dari gangguan intensif terhadap praktisi.
Membandingkan data yang tersedia tentang penangkapan dan gangguan yang terjadi dalam tiga tahun terakhir, bulan April dan Juli (peringatan menandai dimulainya penganiayaan) selalu menjadi bulan-bulan puncak dengan kasus penganiayaan terbanyak. Apa yang baru pada tahun 2020 adalah puncak besar pada bulan November dan Desember. Puncak serupa juga diamati dalam jumlah praktisi yang dihukum karena keyakinan mereka dalam dua bulan terakhir tahun lalu, kemungkinan akibat dari kampanye “sapu bersih”. Juga tidak jelas apakah pihak berwenang diberi kuota untuk penangkapan yang mungkin menyebabkan lonjakan insiden penganiayaan di akhir tahun.
Sementara rezim komunis juga melakukan kampanye gangguN “mengetuk pintu” pada tahun 2017 dan apa yang disebut kampanye “penumpasan geng” pada tahun 2018 yang menargetkan praktisi Falun Gong karena keyakinan mereka, kampanye “sapu bersih” telah menjadi yang paling menyeluruh dan meresap di antara semua, di mana pihak berwenang mengunjungi setiap praktisi di daftar hitam pemerintah (dan beberapa anggota keluarga mereka) dari pintu ke pintu dan berusaha memaksa mereka untuk melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong.
Di bawah ini adalah rincian dari berbagai kasus penganiayaan.
***
Kematian Karena Penganiayaan
Penangkapan pada tahun 2021 sejauh ini mengakibatkan kematian dua praktisi.
Li Xianxi dari Kota Anyang, Provinsi Henan, pergi membeli roti kukus untuk makan malam sekitar pukul 17:00. tanggal 11 Mei 2021, dan ditangkap karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Dia diborgol dan dibelenggu karena melakukan latihan Falun Gong di pusat penahanan setempat.
Pada pagi hari, tanggal 13 Juni, keluarga Li diberitahu bahwa pemilik toko kecil berusia 50-an tahun ini telah meninggal sehari sebelumnya. Menurut mereka yang melihat tubuhnya, dia kurus kering. Kepalanya bengkak dan ada luka di punggung serta lututnya.
Sun Pijin, dari Kabupaten Mengyin, Provinsi Shandong, meninggal satu hari setelah dia ditangkap saat bekerja di pertanian keluarganya pada tanggal 17 Juni 2021.
Polisi mengklaim bahwa Sun menolak untuk melakukan tes virus corona di rumah sakit. Mereka mengatakan bahwa dia melompat dari gedung dan mati seketika. Ketika keluarga Sun melihat tubuhnya di rumah duka, cairan otaknya bocor, salah satu bola matanya hilang, dan perutnya cekung.
Karena istri Sun, Yu Zaihua, meninggal enam tahun lalu dalam penganiayaan, putri mereka (dijuluki Jiaojiao), yang ditahan, sekarang tidak memiliki orang tua.
Ada tiga kematian tambahan akibat gangguan.
He Xinli, seorang warga Kota Dalian, Provinsi Liaoning, diganggu pada April 2021 dan diperintahkan untuk menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Pria lansia berusia 80-an tahun itu sangat trauma dengan penyusupan itu dan meninggal dalam waktu kurang dari 20 hari.
Insiden serupa juga terjadi pada Liu Tiemin dan Jiang Weibin, dari Kabupaten Yitong, Provinsi Jilin, yang masing-masing meninggal pada bulan Maret dan April 2021.
Penangkapan Kelompok
Selain gangguan massal, beberapa penangkapan kelompok juga terjadi pada bulan Mei dan Juni 2021.
Lima belas praktisi Falun Gong di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, ditangkap pada tanggal 10 Mei 2021. Sebagian besar penangkapan terjadi antara pukul 06.00 dan 10.00. Tak seorang pun dari petugas polisi yang menangkap berpakaian seragam. Beberapa petugas mengatakan bahwa, di bawah perintah atasan mereka, mereka telah memantau praktisi hingga tujuh bulan dan telah mengambil banyak foto dan video praktisi. Beberapa mengatakan bahwa jika praktisi menandatangani pernyataan untuk melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong, mereka akan dibebaskan.
Dua hari kemudian, 31 praktisi ditangkap di Kota Tangshan, Provinsi Hebei. Departemen kepolisian di sepuluh distrik dan kota tingkat kabupaten di bawah yurisdiksi Tangshan mengambil bagian dalam penangkapan tersebut. Penangkapan dimulai pada pukul 05:00. Sebagian besar praktisi juga rumahnya digeledah dan materi yang berhubungan dengan Falun Gong disita.
Memasuki bulan Juni, sedikitnya 25 praktisi dan empat anggota keluarga mereka di Kota Dalian, Provinsi Liaoning, ditangkap antara tanggal 1 dan 3 Juni.
Enam belas praktisi Falun Gong di Kota Jiaozhou, Provinsi Shandong, ditangkap oleh ratusan petugas polisi pada tanggal 2 Juni 2021.
Antara tanggal 9 dan 10 Juni, penangkapan kelompok terjadi di Kota Mudanjiang, Kota Hailin dan Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang, terkait dengan perayaan seratus tahun PKT dan kampanye “sapu bersih”.
Penangkapan kelompok lain terhadap 11 praktisi di Kota Lingyuan, Provinsi Liaoning, didokumentasikan pada tanggal 11 Juni.
Gangguan
Dalam kampanye gangguan “sapu bersih”, sejumlah praktisi melaporkan bahwa mereka diikuti setiap kali mereka keluar. Beberapa bahkan menyadari bahwa mereka sedang diikuti dan difoto oleh drone. Yang lainnya melaporkan ponsel mereka dipantau dan lokasi mereka dilacak.
Dua petugas di Kota Dalian, Provinsi Liaoning, mengganggu orang tua Li Chunxiao pada tanggal 25 April 2021. Polisi menuntut orang tua Li agar memberi mereka nomor telepon dan alamatnya. Mereka meminta untuk berbicara dengannya dan mengambil fotonya. Mereka mengatakan bahwa mereka perlu bertemu dengan Li secara langsung karena itu adalah perintah yang diberikan oleh atasan. Orang tuanya tidak menurut.
Polisi kembali ke rumah orang tua Li pada tanggal 6 Mei 2021 dan meminta lagi untuk bertemu dengannya serta mengambil fotonya. Polisi mengancam bahwa dengan jaringan pengawasan besar-besaran di Tiongkok, mereka pasti bisa mengetahui di mana dia tinggal. Orang tuanya, di usia 70-an tahun, sekarang berada di bawah tekanan yang luar biasa karena pelecehan tersebut.
Di Kota Tonghua, Provinsi Jilin, seorang sekretaris Partai desa mengancam Wang Chuanfu dan istrinya Xu Shuzhen pada tanggal 18 Mei 2021 dengan memberitahu mereka untuk tidak pergi keluar untuk berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Alasan yang dikutip adalah peringatan seratus tahun Partai Komunis Tiongkok yang akan datang.
Seorang petugas meminta pasangan tersebut untuk menandatangani pernyataan jaminan yang telah disiapkan sebelumnya dan meyakinkan mereka bahwa pihak berwenang tidak akan mencari mereka lagi setelah mereka menandatanganinya. Ketika mereka menolak untuk mematuhi, petugas pergi.
Dua pejabat desa pergi ke rumah pasangan itu lagi pada tanggal 3 Juni 2021. Alih-alih meminta mereka untuk menandatangani pernyataan pelepasan, mereka mengatakan bahwa mereka ada di sana untuk mengambil foto mereka untuk diserahkan kepada petinggi. Ketika seorang pejabat menyerahkan dokumen kepada Wang, yang lain diam-diam mengambil foto Wang menerima dokumen. Wang memperhatikan bahwa beberapa halaman pernyataan telah ditandatangani atas nama mereka, baik oleh polisi atau pejabat desa.
Zhang Peizhi, seorang warga Beijing, terbaring di tempat tidur, tetapi polisi dan pejabat desa masih mengganggunya di rumahnya pada tanggal 8 Juni 2021. Petugas mengambil brosur Falun Gong dan mengancam akan menyelidiki di mana dia mendapatkannya.
Setelah menemukan seorang wanita berusia 70-an tahun mengirimkan surat kepada jaksa dan mendesaknya untuk tidak menganiaya Falun Gong, polisi di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, melakukan perjalanan hampir 1.000 mil ke Chongqing untuk mengganggu Lei Changrong. Polisi menunjukkan kepada Lei klip video saat dia berjalan kembali ke rumah setelah mengirimkan surat. Video itu juga menampilkan pelat pintunya dari dekat. Setelah polisi kemudian membebaskan Lei dengan jaminan, mereka memperingatkannya untuk tidak menyerahkan apapun tentang gangguannya ke situs web Minghui atau dia akan “berada dalam masalah.”
Selain polisi setempat, otoritas desa dan komite perumahan yang dikerahkan untuk melakukan gangguan besar-besaran, beberapa perusahaan swasta dan perusahaan milik negara juga berpartisipasi dalam kampanye gangguan.
Pabrik Produksi Minyak Gudao dari Ladang Minyak Sinopec Shenli di Kota Dongying, Provinsi Shandong adalah salah satu contohnya.
Sejak Maret 2021, Komite PKT, Kantor Petisi, dan Serikat Pekerja pabrik minyak bersama-sama mengatur pertemuan dengan para praktisi, baik karyawan saat ini maupun pensiunan, sebagian besar di hadapan polisi. Selama pertemuan, praktisi diancam dengan pemutusan hubungan kerja, pemotongan gaji dan bonus, atau hambatan bagi anak-anak mereka dalam mencari pekerjaan atau promosi jika mereka menolak untuk melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong. Beberapa praktisi diminta untuk menyerahkan kartu identitas mereka.
Pabrik produksi minyak juga mengadakan sesi cuci otak bagi para praktisi di hotel milik perusahaan. Sistem pemantauan seluler dipasang di dua ruang pertemuan, dengan kapasitas untuk menyimpan video pengawasan hingga satu minggu.
Karena menolak untuk melepaskan keyakinan mereka, Li Bin diskors dari pekerjaannya pada tanggal 1 April dan Chen Hailing diberhentikan pada tanggal 21 April.
Dilaporkan bahwa personel terkait akan mendapatkan imbalan uang untuk setiap praktisi yang menandatangani pernyataan jaminan.
Kebangkitan Kembali Pusat Pencucian Otak
Ketika praktisi yang menjadi sasaran menolak untuk melepaskan keyakinan mereka pada kampanye “sapu bersih”, sejumlah dari mereka dibawa ke pusat pencucian otak untuk “pendidikan lebih lanjut.”
Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, dan tempat terjadinya pandemi, pernah menjadi “panutan nasional” dalam menyelenggarakan sesi cuci otak bagi praktisi Falun Gong. Dengan lebih dari 60 pusat pencucian otak sudah ada, pihak berwenang Wuhan baru-baru ini membuka sembilan lokasi lain di seluruh kota.
Sering dikenal sebagai “Pusat Pendidikan Hukum” atau “Pusat Pembelajaran Pengubahan,” pusat pencucian otak berlokasi di kantor-kantor pemerintah di setiap tingkat pemerintahan, perguruan tinggi dan universitas, perusahaan negara, dan perusahaan swasta dan tempat tinggal. Tempat-tempat seperti panti jompo, rumah sakit, wisma tamu, dan hotel juga digunakan untuk mengadakan sesi cuci otak.
Mulai tahun 2021, pihak berwenang di Wuhan memberi nama baru pada pusat pencucian otak, seperti “rumah perawatan” atau “pusat perawatan,” untuk menghindari meningkatnya pengawasan internasional terhadap kejahatan tersembunyi yang terjadi di fasilitas ini.
Menurut informasi terbaru yang dikumpulkan oleh Minghui, antara Januari dan tanggal 20 Juni 2021, 43 praktisi dan seorang anggota keluarga di Kota Wuhan telah ditahan di tiga belas pusat pencucian otak.
Selama berada di pusat pencucian otak, para praktisi mengalami berbagai bentuk gangguan, termasuk dilarang menggunakan toilet, tidur, mandi, atau minum air. Pihak berwenang mempekerjakan orang-orang yang telah melepaskan keyakinannya pada Falun Gong di bawah tekanan untuk mencuci otak para praktisi.
Fang Wanggui, seorang warga 90 tahun dari Distrik Wuchang di Wuhan, diseret ke Pusat Pencucian Otak Nanhu dan dibebaskan pada malam hari pada Januari 2021. Ini terjadi tiga hari berturut-turut.
Zhang Wei, seorang profesor di Universitas Teknologi Wuhan di Provinsi Hubei, ditangkap setelah dia menolak menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong pada pukul 07:30, tanggal 4 April 2021. Sekarang, dia berada di Pusat Pencucian Otak Qingling. Polisi juga mengancam akan menangkap saudara perempuannya, Zhang Fan.
Feng Xiaoyun, warga Wuhan lainnya, sedang dalam perjalanan untuk mengantar kedua anaknya yang berusia 4 dan 10 tahun ke sekolah pada tanggal 27 Mei ketika dia dihalangi di pintu keluar gedung apartemennya oleh dua petugas komunitas.
Mereka menginstruksikan Feng, yang berusia sekitar 47 tahun, untuk menandatangani pernyataan melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Mereka mengatakan bahwa karena peringatan seratus tahun PKT, setiap komunitas tempat tinggal menerima perintah dari atasan untuk “mengubah” sejumlah praktisi Falun Gong. Feng menolak untuk mematuhinya.
Ketika Feng dan anak-anaknya tiba di rumah pada pukul 17:00, sekelompok petugas tiba-tiba mengepungnya. Dia segera masuk ke rumahnya dan mengunci pintu. Anak-anaknya panik dan tidak bisa tidur malam itu. Keesokan paginya, segera setelah dia mengantar anak-anaknya ke sekolah, polisi mendorongnya ke dalam sebuah mobil van dan membawanya langsung ke Pusat Pencucian Otak Shiqiao.
Sesi cuci otak lainnya juga diadakan di Provinsi Sichuan, Provinsi Shanxi dan Provinsi Anhui.
Selain mendirikan tempat pencucian otak di taman lahan basah, pihak berwenang di Kota Mayong, Provinsi Guangdong, juga mengadakan serangkaian pameran di komunitas, kampus sekolah, dan perusahaan di 14 desa di seluruh kota, dengan konten yang mencemarkan nama baik Falun Gong. Penyelenggara acara menyebarkan informasi yang salah melalui stan interaktif, papan pajangan, pembagian brosur, hadiah, dan kuesioner publik. Ribuan mahasiswa dan warga setempat telah menghadiri acara tersebut.
Kekerasan Polisi dan Perlakuan Tidak Manusiawi
Wang Defu dari Kabupaten Xingding, Provinsi Hebei, pergi ke kantor desa dan berbicara dengan sekretaris tentang Falun Gong pada tanggal 23 Maret. Alih-alih berbicara dengannya, sekretaris desa menyerang Wang dengan membenturkan kepalanya ke dinding dan menyebabkannya berdarah. Polisi menangkap Wang dan mengancam akan membawanya langsung ke penjara.
Ketika Shen Xiaona, dari Kota Anshan, Provinsi Liaoning, kembali ke rumah bersama anaknya pada malam hari, tanggal 27 April 2021, dia diseret ke dalam oleh petugas polisi yang bersembunyi di balik pintu. Mereka memukul kepalanya dan menendang punggungnya.
Setelah Shen dibawa ke kantor polisi sekitar tengah malam, polisi mengikatnya di kursi besi, mengambil sampel darah secara paksa, dan memukulinya lagi. Dia tetap dalam tahanan sejak itu. Anaknya menjadi sangat ketakutan setiap kali dia melihat seorang polisi di jalan.
Selama tiga hari penahanan Xie Yuqin, seorang warga Kota Weifang, Provinsi Shandong, setelah penangkapannya pada 7 Mei, polisi terus-menerus memukulinya dan menghinanya. Mereka menyeretnya ke lantai dan menyebabkan sebagian besar pakaiannya terlepas. Petugas lain mengikatnya dan mengancam akan menguburnya hidup-hidup.
Zhang Junxiu, seorang warga Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi, memperhatikan bahwa dia diikuti saat berjalan di jalan pada tanggal 18 Juni. Ketika dia mulai berlari, petugas memanggil namanya dan menangkapnya. Polisi dengan kejam memukuli Zhang selama penangkapan, mematahkan dua tulang rusuknya. Uang 600 yuan miliknya, sebuah mp3, kartu belanja, payung, dan kunci sepeda motor listriknya, disita.
Praktisi lansia juga tidak luput dari kekerasan dan gangguan.
Lima petugas, dua berseragam polisi, mendobrak masuk ke rumah putri Wang Shuhui (tempat Wang tinggal sementara) pada pukul 20:00, tanggal 13 Mei 2021. Mereka menangkapnya di kamar tidurnya.
Meskipun ada protes keras dari keluarga, polisi secara paksa menyeret Wang, 78 tahun, ke dalam mobil polisi dan membawanya ke kantor polisi. Dua petugas membawa Wang ke kamera di mana mereka melakukan empat upaya untuk mengambil fotonya tetapi tidak berhasil. Kemudian, mereka meraih jari tengahnya dan mengambil sampel darah. Setelah itu, mereka membawanya ke ruangan lain dan mengambil fotonya dengan barang-barang yang disita dari rumahnya. Ketika dia menolak untuk menandatangani daftar barang yang disita, polisi memegangnya erat-erat dan dengan paksa menempelkan sidik jarinya di sana.
Wang dibawa pulang oleh putrinya sekitar pukul 02:00. Ketiaknya masih memar dan sakit dua hingga minggu kemudian karena kekerasan polisi.
Seorang wanita berusia 75 tahun, Jiang Guangfeng dari Tianjin, menderita cobaan serupa. Ketika dia menolak menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong setelah penangkapannya pada tanggal 7 Juni, polisi menampar wajahnya, melepas kaus kakinya dan memasukkannya ke dalam mulutnya, dan memaksanya untuk menandatangani pernyataan tersebut.
Jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis di tangan kanannya menjadi bengkak dan memar dalam. Karena kelelahan, dia ambruk di tanah. Dua anggota staf komite perumahan membantunya berjalan kembali ke rumah. Saat dia berjalan, dia hampir tidak bisa bernapas karena rasa sakit yang luar biasa di bawah ketiak kanannya.
Jari-jari Jiang menjadi bengkak dan menjadi gelap setelah dianiaya polisi dalam tahanan.
Dua minggu setelah Zhong Weiling, 71 tahun, ditangkap dan dibawa ke pusat penahanan pada tanggal 16 Juni 2021, warga Kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu, menjadi kurus dan menderita pusing terus-menerus.
Menurut seorang penjaga pusat penahanan, karena peringatan seratus tahun berdirinya PKT, pusat penahanan menerima antara 200 dan 300 tahanan baru setiap hari sebagai bagian dari upaya rezim untuk “menjaga stabilitas” selama perayaan.
Dengan cedera pada kakinya dan kehilangan gigi karena disiksa ketika dia ditahan sebelumnya, Zhong mengalami kesulitan mendapatkan makanan karena sumber daya yang sangat terbatas dan kondisi yang buruk di pusat penahanan.
Sampel DNA dan Darah Dikumpulkan
Antara tanggal 26-29 April 2021, hanya empat praktisi di Shanghai yang melaporkan bahwa polisi telah masuk ke rumah mereka dan mengambil sampel darah dari mereka. Sejak Juli 2020, puluhan praktisi Falun Gong di Shanghai telah diambil sampel darahnya dan informasi pribadi lainnya oleh pihak berwenang. Beberapa menduga bahwa peningkatan baru-baru ini dalam pengumpulan biometrik dan sampel darah dari para praktisi adalah bagi pihak berwenang untuk membuat database pencocokan DNA dan organ yang besar serta untuk meningkatkan pengawasan praktisi melalui jaringan pemantauan ekstensif Tiongkok.
Wu Yuqin adalah yang pertama menjadi sasaran pada tanggal 26 April 2021. Polisi menyeretnya ke bawah tanpa mengizinkannya memakai sepatu. Setelah membawanya ke kantor polisi, empat petugas pria menahannya dan mengambil darahnya. Kekerasan itu menyebabkan memar besar di tangan dan kakinya. Sekitar pukul 20:00, Wu dibebaskan.
Hari berikutnya, empat petugas lainnya mengetuk pintu Wu Xiaojie. Setelah menjadi lumpuh setahun yang lalu, dia tidak dapat membuka pintu bagi polisi. Akibatnya, polisi memerintahkan seorang tukang kunci untuk membuka pintu rumahnya. Polisi secara paksa mengambil sampel darah dan mengancam akan melakukan hal yang sama kepada putranya.
Petugas masuk ke rumah Qu Mujie yang berusia 84 tahun pada tanggal 28 April. Polisi pertama kali bertanya apakah dia masih berlatih Falun Gong. Setelah dia memastikan bahwa dia berlatih Falun Gong, mereka mengancam akan mengambil sampel darahnya. Qu menolak keras dan meminta nomor identitas petugas. Insiden itu menarik perhatian tetangga Qu dan mereka berkumpul di luar apartemen Qu untuk mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Polisi menyerah mencoba mengambil darahnya dan pergi.
Sehari kemudian, polisi mendobrak masuk ke rumah seorang praktisi wanita berusia 90-an tahun. Meski protes keras, polisi menusuk jarinya dan mengambil sampel darahnya. Sebelum pergi, mereka berkata kepada praktisi, “Anda tidak diperbolehkan memiliki photo [pencipta Falun Gong] di rumah Anda.”
Informasi pribadi lainnya yang dikumpulkan oleh polisi termasuk tulisan tangan praktisi, sidik jari, tinggi badan, foto, dan nomor telepon mereka.
Selain Shanghai, polisi di 17 provinsi dan kotamadya lainnya juga mengumpulkan sampel darah dan biometrik dari praktisi Falun Gong. Daerah-daerah ini termasuk Beijing, Shandong, Heilongjiang, Jilin, Zhejiang, Liaoning, Gansu, Jiangxi, Jiangsu, Guizhou, Hebei, Hubei, Henan, Shanxi, Sichuan, Guangdong, dan Shaanxi.
Penganiayaan Finansial terhadap Lansia
Selain gangguan dan penganiayaan fisik yang disebutkan di atas, praktisi lanjut usia di Tiongkok juga menghadapi bentuk penganiayaan lainnya, termasuk penahanan dan kehancuran finansial.
Sudah lebih dari tujuh tahun sejak pihak berwenang di Kota Yingkou, Provinsi Liaoning, menangguhkan pensiun Zhu Ruimin. Suaminya, 81 tahun, masih tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan karena keyakinan mereka yang sama pada Falun Gong. Dengan pensiunnya yang juga ditangguhkan, Zhu, seorang pensiunan guru sekolah dasar berusia 80 tahun, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dan merawat ibunya yang berusia 101 tahun.
Zhu kembali ke Biro Pendidikan beberapa kali untuk mencari keadilan tetapi tidak berhasil. Terakhir kali dia pergi adalah pada pertengahan Mei 2021. Salah seorang pengawas agensi mengatakan bahwa tidak ada cara bagi mereka untuk mengembalikan pensiunnya. Mereka mengatakan bahwa satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan adalah menulis surat yang menunjukkan bahwa Zhu telah dipecat sehingga dia dapat mengajukan permohonan subsidi berpenghasilan rendah di masyarakat.
Dai Dakui, seorang warga Chongqing yang berusia 82 tahun, ditangkap pada tanggal 12 Mei 2021, karena menulis surat kepada pejabat pemerintah setempat yang mendesak mereka untuk berhenti ambil bagian dalam penganiayaan. Kini, dia telah ditahan selama dua bulan. Setelah dijatuhi hukuman dua kali dengan total sembilan tahun dan pensiunnya dari masa kerja 37 tahun ditangguhkan beberapa kali, Dai sekarang menghadapi kemungkinan penuntutan lagi.
Praktisi lain, Tang Xuzhen, seorang pensiunan profesor berusia 80-an tahun, pensiunnya ditangguhkan oleh Universitas Kedokteran Southwest di Provinsi Sichuan pada tahun 2011. Selama bertahun-tahun, universitas tidak pernah memberikan pemberitahuan atau penjelasan resmi tentang penangguhan pensiunnya. Tang berulang kali kembali ke kampus untuk mencari keadilan tetapi tidak berhasil. Pada tahun 2021, Tang mengajukan beberapa tuntutan hukum terhadap kampus karena menahan pensiunnya namun dia dikecam oleh berbagai lembaga. Pimpinan universitas menginstruksikan personel keamanan untuk sepenuhnya melarang Tang untuk memasuki kampus.
Nasib Keluarga
Dampak lain yang menghancurkan akibat penganiayaan adalah terjadi pada keluarga praktisi. Pemisahan orang tua dari anak-anak mereka yang masih kecil, penahanan satu-satunya pencari nafkah keluarga, atau penahanan praktisi yang merawat orang tua lanjut usia, semuanya telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi keluarga praktisi Falun Gong.
Karena mengupayakan pembebasan ibunya, Wang Meiqi dan dua bibinya ditangkap dua kali, masing-masing pada tanggal 21 Desember 2021 dan 19 April 2021. Karena Wang, seorang senior di perguruan tinggi, dijadwalkan untuk mengikuti ujian masuk kuliah pascasarjana antara tanggal 26 dan 27 Desember, dia harus meminta izin khusus untuk mengikuti ujian dan kemudian kembali untuk menyelesaikan penahanan. Setelah ibunya, Zhang Qiaolei, dijatuhi hukuman 7,5 tahun dengan denda 10.000 yuan, Wang dan salah seorang bibinya juga menghadapi tuntutan.
Di Jepang, Fu Weitong juga bekerja keras untuk membebaskan ibunya, Mao Jiaping, dari Kota Dalian, Provinsi Liaoning, yang menjadi sasaran dalam penangkapan kelompok pada tanggal 2 Juni. Tak lama setelah dia selesai menggelar rapat umum di depan Kedutaan Besar Tiongkok pada tanggal 12 Juni, Fu menerima telepon dari ayahnya di Tiongkok. Dia memintanya untuk menghentikan aktivitasnya dan menghapus laporan tentang ibunya dari Minghui karena pihak berwenang di Tiongkok mengancam akan memecatnya dari pekerjaannya.
Penahanan Dai Xuebing, seorang pemilik perusahaan logistik berusia 49 tahun dan satu-satunya pencari nafkah di keluarganya, meninggalkan putranya yang berusia empat tahun, istrinya yang kesehatannya buruk, dan orang tua lanjut usia berusia 80-an tahun yang mengalami keputusasaan yang mendalam.
Polisi mulai mengikuti dan mengganggu Dai pada Januari 2021, setelah dia melakukan percakapan telepon dengan seorang praktisi Falun Gong yang sedang mencari pekerjaan di Changsha, Provinsi Hunan. Setelah penangkapan Dai pada tanggal 30 Mei, polisi mengatakan kepada istrinya bahwa dia telah direkam oleh kamera pengintai saat membagikan materi informasi Falun Gong. Mereka yang bersamanya juga ditangkap dan menghadapi hukuman penjara.
Dai Xuebing dan putranya
Sama seperti seorang ibu berusia 70-an tahun yang pulang dari rumah sakit setelah menderita serangan jantung, dia sangat terpukul mendengar tentang penangkapan putra, putri, dan menantunya. Dengan tiga anggota keluarga di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, masih dipenjara dan menghadapi tuntutan, ibu mereka tiba-tiba mengalami koma pada tanggal 22 Juni dan dokter mengeluarkan pemberitahuan kondisi kritis pada tanggal 26 Juni
Ibu dari Zeng bersaudara menjalani perawatan darurat.
Dianiaya Berulang Kali
Selama 22 tahun penganiayaan, beberapa praktisi telah berulang kali ditangkap dan ditahan karena keyakinan mereka.
Chen Yan, seorang warga Kota Shuangyashan, Provinsi Heilongjiang, ditangkap pada tanggal 23 April 2021 setelah dilaporkan oleh kakek seorang anak karena berbicara dengan anak itu tentang Falun Gong. Sebelum penangkapan terakhirnya, mantan karyawan Perusahaan Konstruksi Kedua Biro Pertambangan Shuangyashan yang berusia 59 tahun ini telah menjalani dua hukuman kamp kerja paksa dan hukuman penjara, dengan total sembilan tahun. Selama menjalani hukuman, Chen terus-menerus dianiaya dan disiksa. Dia digantung dengan pergelangan tangannya diikat, ditahan di sel isolasi, keempat anggota tubuhnya diikat dalam posisi elang terentang, disetrum dengan tongkat listrik, kakinya ditarik paksa dibelah, dan dicekoki makan secara brutal.
Enam bulan setelah Zuo Xiuyun dibebaskan dari hukuman lima tahun, dia ditangkap lagi pada tanggal 19 Juni 2021. Ini adalah keenam kalinya warga Provinsi Fujian ini ditangkap karena keyakinannya. Empat dari penangkapan sebelumnya telah menghasilkan hukuman penjara, masing-masing selama tiga tahun, enam tahun, tiga setengah tahun, dan lima tahun. Dia juga kehilangan pekerjaannya sebagai guru TK dan diceraikan oleh suaminya pada tahun 2003.
Kakak laki-lakinya, Zuo Fusheng, seorang veteran, telah menjalani dua hukuman kamp kerja paksa dengan total tiga tahun delapan bulan, serta enam tahun penjara. Dia pernah digantung dengan pergelangan tangannya diikat dan dipukuli selama enam jam di penjara yang menyebabkan dia menjadi buta di satu mata. Istrinya menceraikannya untuk menghindari terlibat dalam penganiayaan.
Ketika dua saudara kandung dini ipenjara, ibu mereka meninggal pada tanggal 25 April 2015, kurang dari dua bulan sebelum Zuo dibebaskan dari hukuman penjara ketiganya.
Profesional Ditargetkan
Banyak praktisi yang ditargetkan adalah para profesional, termasuk dosen perguruan tinggi, pengacara, insinyur, akuntan dan dokter, dan bahkan polisi.
Liang Yaomin, mantan pengawas polisi di Kota Yantai, Provinsi Shandong, telah menderita masalah jantung yang parah dan kakinya gemetar tak terkendali, empat bulan setelah penangkapannya pada tanggal 9 Januari 2021. Pengacara dan keluarganya mengajukan permohonan pembebasan wanita 62 tahun dengan jaminan dengan alasan medis. Tetapi, polisi menolak permohonan tersebut dengan mengatakan bahwa penolakan itu karena “sikap buruknya yang tidak bekerja sama dengan pihak berwenang atau mengaku bersalah.”
Dua petugas berpakaian preman mengetuk pintu rumah Zhang Chunhe, seorang akuntan dan mantan direktur keuangan di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, sekitar pukul 20:00, tanggal 10 April 2021. Mereka mengaku ke sana untuk memungut biaya pengelolaan sampah. Setelah dia membuka pintu, polisi menerobos masuk dan menangkapnya. Polisi telah menyegel pintunya saat dia ditahan.
Praktisi lain yang menjadi target pada semester pertama tahun 2021 adalah Gu Jiushou, pensiunan insinyur senior berusia 82 tahun, serta Wang Dexin, pensiunan ahli pengeboran sumur minyak dengan pengalaman luas dalam pengeboran berlian.
Laporan terkait dalam bahasa Inggris:
Deaths of 67 Falun Gong Practitioners Reported in First Half of 2021
667 Falun Gong Practitioners Sentenced for Their Faith Reported in First Half of 2021
2,857 Falun Gong Practitioners Reported Arrested and Harassed in March and April 2021
226 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in February 2021
1,216 Falun Gong Practitioners Reported Arrested and Harassed in January 2021
15,235 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in 2020
Laporan terkait dalam bahasa Mandarin: