(Minghui.org) Tiap tahun, tanggal 20 Juli adalah hari spesial. Pada hari ini 22 tahun yang lalu, sekitar 100 juta praktisi Falun Gong yang tidak bersalah tiba-tiba menjadi korban penganiayaan Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang masih berlanjut hingga hari ini.
20 Juli tahun ini, banjir tiba-tiba menghancurkan Zhengzhou, ibu kota Provinsi Henan. Berdasarkan rekaman video yang dibagikan oleh penduduk setempat, air banjir berlumpur menenggelamkan orang dan mobil, terowongan Jalan Jingguang (dari Beijing ke Guangzhou) tenggelam, kereta bawah tanah kebanjiran, orang-orang terjebak dalam air setinggi dada, banyak yang jatuh dalam lubang dan terbawa arus.
Saat banjir surut, mayat-mayat tergeletak di jalanan maupun di stasiun kereta bawah tanah; kendaraan, sebagian terbalik, menumpuk di jalanan; dan banyak kendaraan masih terendam di tempat parkir maupun tempat lain. Ini seperti berada di masa perang, dengan kerugian materi yang tak terhitung serta jumlah korban yang tak terhingga.
Sementara banjir Zhengzhou menjadi topik utama di dunia, media yang dikendalikan oleh PKT tampaknya berusaha sebisa mungkin untuk menghindar meliput topik ini secara menyeluruh. Central China Television (CCTV) dan TV Henan sama-sama menyiarkan berita dan program yang menyatakan bahwa kota Zhengzhou dan kabupatennya secara keseluruhan masih “makmur.” Yang menarik adalah ada lebih banyak liputan mengenai Zhengzhou di Jerman. People’s Daily memang menyebutkan banjir Zhengzhou di halaman tujuh, namun narasinya menyesatkan. Dalam berita pro-PKT yang dilihat oleh rakyat setiap harinya menuliskan, “Akhir-akhir ini curah hujan sangat tinggi di Provinsi Henan dan banyak badan pemerintahan melakukan tindakan untuk mengatasinya.”
Semua media berita seluruh Tiongkok mengaitkan berita Zhengzhou sebagai “kehendak langit” dan “bencana alam,” dan sebagian menyatakan bahwa banjir tersebut adalah banjir terburuk selama 1.000 atau bahkan 5.000 tahun terakhir.
Di sini kami ingin memberikan beberapa fakta terkait banjir tersebut.
Dari Mana Air Berasal?
Pada tanggal 21 Juli, sebuah video (lihat gambar di bawah) yang diambil oleh penduduk setempat beredar di internet. Video tersebut menunjukkan betapa cepatnya permukaan air meningkat dalam waktu singkat. Orang-orang dapat melihat bahwa pada jam 1.40 siang, terjadi hujan deras di pusat kota Zhengzhou, namun hampir tidak ada air menggenang (bagian kiri atas dari foto di bawah). Namun, dalam waktu satu jam, seluruh jalan terendam dalam air, dan pada jam 2.20 siang, sebagian bus berhenti beroperasi karena tingginya permukaan air (bagian kanan atas dari foto).
Permukaan air tiba-tiba meningkat di Kota Zhengzhou.
Satu jam kemudian, seluruh pusat kota tersebut tergenang banjir dan semua kendaraan harus berhenti (bagian kiri bawah dari foto). Pada jam 5.30 sore, keseluruhan kota tenggelam, kendaraan dan orang-orang hanyut bersama banjir (bagian kanan bawah dari foto).
Di banyak video, anda dapat melihat betapa cepatnya air mengalir di Zhengzhou. Dalam sebuah video, seorang wanita berambut panjang, seorang ayah beserta anak-anaknya terhempas oleh arus air, tidak dapat berdiri, dan hanyut. Begitu pula banyak kendaraan terdorong ke berbagai arah oleh arus. Tidak seperti “genangan air” yang disebut oleh media PKT, banjir itu lebih tampak seperti Sungai Kuning yang telah dialihkan atau air yang dikeluarkan dari waduk.
Zhengzhou terletak di dataran tinggi, yang di sekitarnya tidak terdapat gunung. Bahkan meskipun ada hujan deras tiba-tiba, permukaan air akan berangsur-angsur naik dari tempat terendah ke tempat tertinggi. Namun banjir yang tiba-tiba di pusat kota Zhengzhou ini berbeda, dan berdasarkan cepatnya peningkatan arus, itu hanya dapat terjadi bila air dikeluarkan dari waduk.
Sebagai tambahan, air di pusat kota Zhengzhou hilang pada awal tanggal 21 Juli dan hampir tidak ada air tersisa di jalanan. Air datang dan pergi dengan cepat, yang mana tidak akan terjadi bila itu adalah “genangan air.”
Air Waduk Dikeluarkan Tanpa Peringatan, Membunuh Tanpa Ampun
Bukti lebih lanjut segera muncul yang membenarkan bahwa itu adalah air yang dikeluarkan dari waduk tanpa peringatan apapun. Akun media sosial pejabat Departemen Propaganda Zhengzhou mengunggah sebuah catatan pada tanggal 21 Juli jam 1 pagi yang bertuliskan, “Karena curah hujan baru-baru ini di daerah Zhengzhou, di tambah dengan besarnya debit air di hulu, Waduk Air Changzhuang di Zhengzhou berada dalam bahaya. Sebagai akibatnya, air waduk mulai dikeluarkan pada tanggal 20 Juli jam 10.30 pagi. Pada jam 9.34 malam, ketinggian air mencapai 130,54 meter… sekitar 70 cm lebih rendah dari ketinggian air tertinggi pada hari itu.” (lihat bagian kiri dari foto di bawah).
Catatan umum pada tanggal 21 Juli jam 1 pagi setelah banjir (kiri), meski pengumuman internal sudah dikeluarkan sebelum banjir (kanan).
Mengapa mengeluarkan air pada tanggal 20 Juli jam 10.30 pagi dan menginformasikannya kepada masyarakat pada tanggal 21 Juli jam 1 pagi? Tidak ada pemberitahuan selama 14 jam dan pesan tersebut tidak muncul hingga tengah malam.
Memikirkan prosesnya, pada mulanya mungkin sulit dimengerti mengapa air dikeluarkan tanpa peringatan seperti itu--hampir seperti pembunuhan. Namun analisis mendetail seperti yang dijelaskan di bawah ini, menunjukkan bahwa itu sesuai dengan rekam jejak PKT yang menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap nyawa manusia. Bahkan, pejabat PKT sering mengeluarkan air tengah malam, saat orang-orang cenderung tidak memperhatikan--atau merespon.
Korban PKT umumnya hanyalah warga negara biasa, karena kelompok elit di sistem PKT biasanya diberikan pemberitahuan terlebih dahulu. Kali ini di Zhengzhou, pengumuman internal dikirimkan lebih awal untuk menginformasikan para elit-elit tersebut mengenai air yang dikeluarkan (lihat bagian kanan dari foto di atas).
Mengapa Air Dikeluarkan Tanpa Pemberitahuan Lebih Awal?
Banyak negara di seluruh dunia memiliki waduk. Fungsi utamanya adalah untuk mencegah banjir dan mengurangi kekeringan. Itu artinya waduk harus mengeluarkan air pada musim kemarau dan menampung air saat musim hujan. Namun ini, bukanlah alasan PKT.
Demi kepentingan ekonomi Partai, waduk sering menampung air pada musim kemarau agar dapat menghasilkan lebih banyak listrik demi meraup keuntungan bagi para pejabat--meski itu berarti rakyat biasa akan menderita kekeringan. Saat terjadi hujan lebat, waduk-waduk tersebut dipaksa mengeluarkan air--namun itu dilakukan tanpa peringatan. Pada akhirnya, hanya rakyat biasa saja yang menderita, kehilangan aset beserta nyawa mereka.
Jadi mengapa tidak ada peringatan lebih awal saat waduk mengeluarkan air? Menurut beberapa pejabat, bila ada peringatan, kerugian dapat dikaitkan pada pejabat atau kepada waduk. Para korbannya lalu dapat meminta kompensasi. Tanpa peringatan, semua kerugian dapat dikaitkan dengan “bencana alam.” Ini dapat menghindari tanggung jawab. Sehingga Partai dapat membagikan makanan, dan rakyat biasa akan berterimakasih atas bantuan Partai. Mengenai seberapa banyak orang yang meninggal, itu bukanlah hal yang dicemaskan oleh Partai.
Sampai suatu titik, ini serupa dengan pandemi virus corona yang terjadi tahun lalu di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. PKT selalu menutupi informasi dan menyesatkan masyarakat. Ini bukan pertama kalinya PKT melakukannya, juga bukan yang terakhir.
Data Tidak Berbohong: Tidak Mungkin “Bencana Alam”
Meskipun media PKT menyatakan bahwa banjir Zhengzhou ini adalah banjir terparah dalam 1.000 tahun atau lebih, mari kita lihat datanya.
Menurut data resmi PKT, sejak tanggal 17 Juli jam 8 malam hingga tanggal 20 Juli jam 8 malam, total curah hujan di Zhengzhou adalah 617,1 mm, yang mana hujan sebagian besar terjadi antara tanggal 19 Juli jam 8 malam dan 20 Juli jam 8 malam, dengan total 552,5 mm dalam waktu 24 jam tersebut. Di tanggal 20 Juli saja, curah hujan tertinggi per-jam-nya adalah 201,9 mm.
Kami mengakui bahwa curah hujan semacam itu memang mengkhawatirkan, namun itu bukan terjadi sekali dalam 1.000 tahun. Bahkan, stasiun cuaca resmi pertama di Zhengzhou baru ada 70 tahun yang lalu.
Salah satu contohnya adalah Runtuhnya Bendungan Banqiao di Henan pada bulan Agustus 1975. Pada waktu itu, curah hujan di dekat Kota Zhumadian adalah 1.605,3 mm dari tanggal 5-7 Agustus. Pada waktu itu, curah hujan tertinggi dalam satu hari adalah 1.060 mm, dengan curah hujan tertinggi per-jam-nya adalah 218,1 mm.
Hampir dari segala indikator, curah hujan di Zhengzhou kali ini tidaklah separah pada waktu tahun 1975. Jadi curah hujan kali ini bahkan bukan yang terburuk dalam 50 tahun terakhir. Pernyataan Partai tentang “curah hujan terburuk selama 1.000 tahun terakhir” hanyalah salah satu propaganda yang dipalsukan PKT demi mengurangi tanggung jawabnya, bila tidak, ia akan dimintai pertanggung jawabannya atas semua korban jiwa, sama seperti puluhan ribu guci yang dibagikan di Wuhan tahun lalu.
Menggunakan Tragedi sebagai Kesempatan untuk Menuai Pujian
Karena pejabat PKT tahu bahwa akan terjadi curah hujan tinggi, mengapa kantong pasir tidak didistribusikan lebih awal? Karena mereka mengeluarkan air pada musim hujan, mengapa mereka tidak menghentikan angkutan umum? Sesungguhnya, jika angkutan umum dihentikan, utamanya kereta bawah tanah, banyak nyawa dapat terselamatkan.
Partai tidak datang saat dia paling dibutuhkan, namun datang dengan kekuatan penuh saat waktunya menindas orang-orang. Coba lihat kejadian lainnya. Tiap kali terjadi sesuatu, PKT mengirim ratusan atau ribuan petugas polisi untuk “menjaga stabilitas.” Setelah seorang murid dari SMA 49 Chengdu di Provinsi Sichuan jatuh dari gedung dan meninggal pada bulan Mei tahun ini, ratusan petugas polisi dikirim untuk mengurus orang tuanya yang mencari kebenaran tentang anaknya. Sama halnya, saat murid di provinsi Jiangsu dan Zhejiang memprotes penggabungan universitas independen dengan sekolah teknologi pada bulan Juni ini, sekitar 1.000 petugas polisi dikirim untuk menindas mereka.
Untuk mengatasi bencana besar di Zhengzhou, hanya sekitar 100 petugas polisi dikirim sesudahnya. Namun, media yang dikendalikan PKT berulang kali memuji Partai karena mengirimkan polisi demi menyelamatkan nyawa orang-orang.
Meskipun Zhengzhou masih berjuang untuk pulih dari bencana ini, PKT sudah mempromosikan kisah tentang bagaimana Partai peduli dengan rakyat dalam adegan yang “hangat”.
Sesungguhnya, kejadian serupa terjadi selama pandemi tahun lalu. Bahkan sebelum pandemi terkendali pada bulan Maret tahun lalu, PKT sudah mendeklarasikan kemenangannya dalam mengalahkan virus dan mengadakan pesta perayaan. PKT pandai mengubah tragedi menjadi kesempatan untuk membual betapa dirinya adalah “penyelamat rakyat.”
Apa yang Dapat Kita Pelajari?
Kini jelas bahwa banjir di Henan lebih seperti tragedi buatan manusia dan bukannya “bencana alam.” Melihat kembali dan memasukkan kejadian ini dalam konteks tragedi tak terhitung yang telah diakibatkan oleh PKT, orang-orang dapat melihat bahwa tragedi Zhengzhou ini memberikan kita sebuah kesempatan untuk bercermin tentang bahaya yang ditimbulkan PKT bagi kita dan seluruh dunia.
Zhengzhou banjir pada tanggal 20 Juli, sebuah tanggal yang istimewa. 22 tahun yang lalu pada tanggal itu, PKT melancarkan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong karena keyakinan mereka terhadap Sejati-Baik-Sabar. Sejak saat itu, praktisi dalam jumlah besar ditahan, dipenjarakan, dan disiksa. Sekitar 100 metode siksaan telah didokumentasikan di Minghui, seperti penggunaan tongkat listrik, belenggu, bangku harimau, dibakar, dibekukan, dilarang tidur, dicekoki makan secara paksa, dipaksa meminum air kencing atau memakan tinja, dan dipaksa minum air merica pedas. Daftarnya panjang dan termasuk obat-obatan yang merusak syaraf, pemerkosaan, pemerkosaan beramai-ramai, cedera, cacat, gangguan mental, kematian, dan pengambilan organ secara hidup-hidup.
Setidaknya 4.677 praktisi telah dinyatakan meninggal akibat penganiayaan. Jumlah ini bahkan tidak termasuk mereka yang telah dibunuh demi organ mereka, jumlah yang tidak diketahui karena ketatnya kendali informasi PKT.
Sejak bulan Juli 1999, hampir semua praktisi telah didiskriminasi karena keyakinan mereka. Banyak dari mereka--dan anggota keluarga mereka--telah kehilangan pekerjaan, anak-anak mereka dikeluarkan dari sekolah, dan melihat keluarga mereka tercerai-berai. Di antara kebohongan tak terhitung yang dibuat oleh PKT untuk memfitnah Falun Gong, rekayasa Bakar Diri di Lapangan Tiananmen itu saja telah menyesatkan sangat banyak rakyat Tiongkok, membuat mereka menentang praktisi Falun Gong yang tidak bersalah.
Seseorang mungkin berpikir bahwa penganiayaan terhadap Falun Gong tidak berkaitan dengannya selama dia bukan seorang praktisi. Kenyataannya, jika PKT terus menganiaya orang-orang yang tidak bersalah ini dan tidak ada yang memperhatikan--sama seperti yang telah terjadi selama beberapa dekade terakhir--itu hanya akan menjadi masalah waktu sebelum kita semua menjadi korban selanjutnya.
Kejahatan pengambilan organ secara hidup-hidup saja dianggap sebagai “bentuk baru kejahatan di planet ini.” Jika seseorang tetap diam mengenai hal ini dan mengabaikan ribuan kematian praktisi Falun Gong yang telah dikonfirmasi akibat penganiayaan, dan lebih banyak lagi yang ditahan dan disiksa, PKT tidak akan membuang-buang waktu dalam mendorong agenda komunisnya ke seluruh dunia.
Di balik kerusakan yang diakibatkan oleh pandemi dan banjir, kita dapat melihat bayangan kebohongan dan informasi menyesatkan PKT. Tanpa memusnahkan PKT, tidak aka nada kedamaian ataupun keamanan di Tiongkok--maupun dunia.
Ringkasan
Spanduk praktisi Falun Gong yang menentang penganiayaan selama 22 tahun dalam sebuah pawai di Washington DC tanggal 16 Juli 2021
Pelajaran dari pandemi dan tragedi selama beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa PKT adalah satu-satunya ancaman terbesar bagi umat manusia di dunia sekarang ini. Banjir Zhengzhou diakibatkan oleh air yang dikeluarkan dari waduk tanpa peringatan dini. Mereka yang memahami kebohongan dan kebrutalan PKT tahu bahwa PKT tidak akan pernah jujur dengan rakyatnya. Seperti yang tertulis dalam Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis, Partai Komunis sebagai suatu agama sesat yang merusak umat manusia.
Praktisi Falun Gong telah memberi tahu masyarakat tentang bahaya PKT selama 22 tahun terakhir meskipun mengalami penganiayaan. Dari semua kelompok yang ditindas oleh PKT, praktisi Falun Gong adalah kelompok terbesar yang menderita siksaan terkejam, baik secara fisik maupun mental. Namun, dengan mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar, mereka tetap damai, rasional, dan belas kasih dalam mengejar hak dasar mereka akan kebebasan berkeyakinan dan upaya mereka untuk mendorong orang-orang mundur dari PKT serta organisasi afiliasinya.
Lebih dari 380 juta rakyat Tiongkok telah melihat jelas watak jahat PKT dan memisahkan diri mereka dari rezim tersebut secara terbuka. Dengan lebih banyak orang bergabung dalam gerakan yang menolak PKT, rakyat Tiongkok serta mereka yang berkebangsaan lain akan mendapat berkah dan masa depan yang lebih cerah.