(Minghui.org) Memberi sanksi kepada para pelanggar hak asasi manusia telah menjadi konsensus di antara negara-negara demokratis. Setelah AS mengesahkan Undang-undang Magnitsky pada 2016, Kanada, Inggris Raya, dan 27 negara anggota UE memberlakukan undang-undang serupa. Austria dan Jepang sedang mengerjakan hal yang sama.
Sesuai dengan undang-undang ini, praktisi Falun Gong telah menyusun daftar pelaku yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Falun Gong beberapa tahun ini. Setiap tahun, mereka menyerahkan beberapa daftar kepada pemerintah demokratis dan mendesak mereka untuk memberikan sanksi kepada para pelaku yang disebutkan.
Mulai tanggal 14 Juli 2021, praktisi Falun Gong di lebih dari 30 negara mengirimkan daftar terbaru pelaku yang terlibat dalam penganiayaan Falun Gong kepada pemerintah masing-masing. Mereka menuntut sanksi terhadap para pelanggar hak asasi manusia ini, termasuk menolak masuk ke negara mereka dan membekukan aset mereka di luar negeri.
Satu nama dalam daftar ini adalah Zhao Kezhi.
Informasi Pelaku
Zhao Kezhi
Nama Lengkap Pelaku: Zhao (nama belakang) Kezhi (nama depan) (Hanzi:)
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Etnis: Han
Tanggal/Tahun Lahir: Desember 1953
Tempat Lahir: Kota Laixi, Provinsi Shandong, Tiongkok
Pangkat atau Posisi:
Saat ini, Zhao Kezhi adalah anggota Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke-19, Penasihat Negara, anggota Dewan Negara, Menteri dan Sekretaris Partai dari Kementerian Keamanan Publik, Wakil Sekretaris Komite Pusat Politik dan Hukum, dan Kepala Inspektur Polisi.
Pengangkatannya sebelumnya meliputi:
Desember 1997 – Januari 2001: Sekretaris Komite Kota Dezhou di Provinsi Shandong
Februari 2001 – Maret 2006: Wakil Gubernur Provinsi Shandong
April 2006 – Agustus 2010: Anggota Komite Partai Tetap dan Wakil Gubernur Provinsi Jiangsu
Agustus 2010 – Juli 2015: Wakil Sekretaris dan kemudian Sekretaris Komite Partai Provinsi Guizhou, Penjabat Gubernur dan kemudian Gubernur Provinsi Guizhou
Juli 2015 – Januari 2016: Sekretaris Komite Partai Provinsi Hebei
Januari 2016 – Oktober 2017: Sekretaris Komite Partai Provinsi Hebei, dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Provinsi Provinsi Hebei
Oktober 2017 – Maret 2018: Menteri Keamanan Publik, Sekretaris Komite Partai
Maret 2018 – Mei 2018: Anggota Dewan Negara, Anggota Kelompok Partai Dewan Negara, Menteri dan Sekretaris Komite Partai Kementerian Keamanan Publik
Mei 2018 – Sekarang: Anggota Dewan Negara, Anggota Kelompok Partai Dewan Negara, Menteri dan Sekretaris Partai Kementerian Keamanan Publik, Wakil Sekretaris Komite Sentral Urusan Politik dan Hukum1
Kejahatan Besar
Zhao Kezhi telah melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong sejak PKT secara terbuka melancarkan penganiayaan pada tanggal 20 Juli 1999. Sejak menjadi Menteri Pusat Keamanan Publik PKT pada Oktober 2017, dia secara langsung merencanakan dan mengarahkan penganiayaan terhadap Falun Gong dalam sistem keamanan publik nasional. Dia telah menjadi kekuatan pendorong dan kaki tangan dalam penganiayaan PKT terhadap Falun Gong.
Zhao telah berulang kali memfitnah Falun Gong dalam pidatonya, meminta sistem keamanan publik untuk “mengkoordinasikan dan mempromosikan perjuangan anti-aliran sesat,” dan “secara serius menindak Falun Gong.” Pada November 2017, segera setelah ia menjabat sebagai Menteri Pusat Keamanan Publik PKT, praktisi Falun Gong Xing Ximei di Provinsi Shandong meninggal di sebuah pusat penahanan, 13 hari setelah dia dikirim ke sana.
Pada tanggal 21 Maret 2018, ada reformasi kelembagaan di mana “Kantor 610” Pusat tidak ada lagi secara independen dan fungsi Kelompok Terkemuka untuk Pencegahan dan Penanganan Masalah Aliran Sesat, bersama dengan kantornya (“Kantor 610”), dipindahkan di bawah Komite Sentral Urusan Politik dan Hukum dan Kementerian Keamanan Publik. Sejalan dengan itu, dari tingkat tertinggi ini sampai ke tingkat provinsi, kota, dan kabupaten, “Kantor 610” dipindahkan ke Komisi Urusan Politik dan Hukum dan Departemen Keamanan Publik pada tingkat yang sama. Biro Pencegahan dan Penanganan Aliran Sesat Kementerian Keamanan Publik, selanjutnya disebut Biro Aliran Sesat, menjalankan beberapa tanggung jawab dan wewenang dari “Kantor 610” Pusat sebelumnya.
Zhao, Menteri Keamanan Publik, dengan demikian menjadi salah seorang pejabat tertinggi dan komandan penganiayaan PKT terhadap Falun Gong. Dia mengendalikan dan memobilisasi berbagai departemen pemerintah di bawah Kantor Kejaksaan Umum untuk memantau dan mengontrol publik melalui segala cara, termasuk melakukan genosida terhadap Falun Gong.
Pada tahun 2020, Komite Pusat Urusan Politik dan Hukum, “Kantor 610”, dan Kementerian Keamanan Publik mengeluarkan perintah untuk “memusnahkan” praktisi Falun Gong dan memaksa mereka untuk melepaskan keyakinan mereka. Untuk melaksanakan arahan ini, Komite Urusan Politik dan Hukum, “Kantor 610”, masyarakat, dan kantor polisi di setiap kecamatan menggunakan berbagai taktik seperti “menyerang,” “mengirim perawatan,” “mengetuk [pintu praktisi Falun Gong],” “verifikasi konversi,” “menghapus nama [dari daftar hitam polisi],” “mencabut [hukuman],” dan “penyelidikan dan pengumpulan tanda tangan” dalam upaya untuk memaksa praktisi Falun Gong melepaskan keyakinan mereka.
Mereka akan pergi ke rumah praktisi Falun Gong dan mencoba memaksa mereka untuk menandatangani “tiga pernyataan”, yang meliputi surat jaminan untuk berhenti berlatih Falun Gong, surat pertobatan, dan pernyataan kecaman. Jika praktisi menolak untuk menandatangani surat-surat ini, mereka akan diancam dengan kemungkinan “menghilang”. Jika mereka masih menolak untuk menandatangani pernyataan ini, mereka akan ditangkap, dikirim ke kelas pencucian otak, dikirim ke pusat penahanan, dijatuhi hukuman penjara, dan/atau dicabut uang pensiunnya. Anak dan cucu mereka mungkin juga terlibat. Polisi bahkan memburu anak-anak praktisi untuk menandatangani atas nama mereka dan telah menggunakan keluarga praktisi sebagai sandera untuk memaksa praktisi Falun Gong menandatangani dokumen-dokumen ini.
Banyak provinsi dan kota telah meluncurkan operasi khusus untuk mengintensifkan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong dan mendorong semua orang untuk berpartisipasi. Provinsi Guangdong dan Provinsi Hainan mengatur “bonus pelaporan” hingga 100.000 yuan bagi siapa saja yang akan melaporkan teman dan tetangga mereka yang adalah praktisi Falun Gong. Menurut statistik yang tersedia, selama kampanye “sapu bersih” PKT, setidaknya 88 praktisi Falun Gong dianiaya hingga meninggal, 615 praktisi dijatuhi hukuman sewenang-wenang, dan 15.235 praktisi ditangkap dan diganggu.
Pada April 2021, Kementerian Keamanan Publik dan Biro Aliran Sesat meluncurkan kampanye untuk menyebarkan propaganda di kampus-kampus untuk menipu mahasiswa, menghasut kebencian, dan meracuni publik. Dengan persetujuan Kementerian Keamanan Publik, Biro Aliran Sesat Kementerian Keamanan Publik dan Departemen Pekerjaan Ideologi dan Politik Kementerian Pendidikan bersama-sama memprakarsai kegiatan “Propaganda Anti-Aliran Sesat dan Pendidikan di Kampus” skala besar di perguruan tinggi dan universitas nasional. Wakil Direktur Yang Xin dan Direktur Qu Hongbo dari Biro Aliran Sesat secara pribadi berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Zhao, sebagai penanggung jawab Kementerian Keamanan Publik dan sistem pelaksana penganiayaan PKT terhadap Falun Gong, harus bertanggung jawab atas semua kejahatan penganiayaan terhadap Falun Gong yang terjadi secara nasional selama masa jabatannya.
Kejahatan Penganiayaan Falun Gong Selama Masa Jabatannya di Komite Pusat
Zhao telah menjabat sebagai Menteri Keamanan Publik dan Sekretaris Komite Partai sejak Oktober 2017. Dia menjadi Wakil Sekretaris Komite Pusat Urusan Politik dan Hukum pada Mei 2018. Dia telah secara langsung merencanakan dan mengarahkan penganiayaan terhadap Falun Gong di sistem keamanan publik nasional. Dia adalah instrumen kejahatan genosida rezim PKT terhadap Falun Gong.
1) Penganiayaan pada Tahun 2018
Menurut informasi dan statistik dari Minghui.org, pada tahun 2018, setidaknya 4.848 praktisi Falun Gong ditangkap oleh departemen keamanan publik PKT di berbagai provinsi di seluruh Tiongkok. Dari mereka, 933 dihukum secara ilegal, 4.217 diganggu, 378 penangkapan mereka disetujui secara resmi, 170 dikirim ke kelas pencucian otak, 51 dipaksa meninggalkan rumah mereka, dan 2.050 rumah digerebek.
Sejak Oktober 2018, beberapa kasus penculikan berskala besar telah terjadi di seluruh negeri. Pada tanggal 12 Oktober, lebih dari 20 praktisi Falun Gong dari Kota Changchun, Provinsi Jilin ditangkap. Pada tanggal 9 November, 119 praktisi Falun Gong ditangkap di Kota Harbin dan Kota Daqing di Provinsi Heilongjiang. Penangkapan tersebut merupakan operasi yang telah direncanakan sebelumnya dimana polisi secara ilegal menangkap praktisi Falun Gong berdasarkan daftar nama. Pada tanggal 18 November, 36 praktisi Falun Gong ditangkap secara ilegal di Kabupaten Qingyun, Provinsi Shandong, dan 36 keluarga diganggu dan digerebek secara ilegal. Dari bulan Oktober hingga akhir November, 26 praktisi Falun Gong ditangkap dan rumah mereka digerebek di Kota Baoji, Provinsi Shaanxi.
Pada tahun 2018, 68 praktisi Falun Gong meninggal akibat penganiayaan. Sedikitnya lima dari mereka meninggal dunia saat ditahan secara ilegal di pusat-pusat penahanan atau tidak lama setelah mereka dibebaskan.
Wen Mulan, seorang praktisi Falun Gong lanjut usia di Beijing, ditangkap dan ditahan secara ilegal di Pusat Penahanan Miyun pada tanggal 14 Oktober 2017. Wen melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan. Tubuhnya menjadi bengkak dan memar hingga nyawanya terancam. Gejala fisiknya menunjukkan keracunan. Pusat Penahanan Miyun membebaskan Wen untuk menghindari tanggung jawabnya. Dia meninggal tak lama kemudian pada tanggal 27 Februari 2018.
Ye Guohua dari Provinsi Fujian ditangkap pada tanggal 16 Januari 2018. Dia itahan di Pusat Penahanan Jianou, di mana dia dianiaya hingga meninggal pada tanggal 11 September.
Cai Ying, seorang praktisi Falun Gong berusia 48 tahun dari Provinsi Shandong, ditangkap pada tanggal 26 April 2018 dan dibawa ke Pusat Penahanan Pudong pada hari berikutnya. Dia meninggal dalam tahanan pada tangal 8 Mei.
Ma Guilan, seorang praktisi Falun Gong berusia 60-an tahun dari Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei, ditangkap pada tanggal 4 Juli 2018. Pada tanggal 17 September, tiba-tiba tersiar kabar bahwa Ma telah dianiaya hingga meninggal di Pusat Penahanan Qinhuangdao. Menurut informasi orang dalam, pihak berwenang menyuruh orang memotong perutnya dan mengeluarkan organ dalamnya dengan mengatakan bahwa mereka akan melakukan tes laboratorium.
Jin Shunnu, seorang praktisi Falun Gong dari Kota Fushun di Provinsi Liaoning, pergi ke pusat komunitas setempat untuk mendapatkan sertifikat pada tanggal 19 September 2018, ketika dia ditangkap dan dibawa ke Pusat Penahanan Nangou. Dia dianiaya sampai tidak sadarkan diri. Dia meninggal pada tanggal 10 Oktober di usia 66 tahun.
2. Penganiayaan di Tahun 2019
Tahun 2019 memiliki beberapa peringatan yang dianggap sensitif oleh rezim. Tanggal 25 April menandai peringatan 20 tahun seruan damai 10.000 praktisi di luar Kantor Banding Nasional di Beijing untuk mencari pembebasan para praktisi yang ditangkap secara tidak adil di dekat Tianjin beberapa hari sebelumnya. Tanggal 20 Juli menandai peringatan 20 tahun dimulainya penganiayaan terhadap Falun Gong. Tanggal 1 Oktober menandai peringatan 70 tahun berdirinya rezim Komunis Tiongkok.
Penangkapan dan gangguan terhadap praktisi Falun Gong meningkat di sekitar tiga peringatan ini karena pihak berwenang berusaha untuk mencegah praktisi terlibat dalam demonstrasi publik atau meluncurkan upaya akar rumput lainnya untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan.
Di Kota Siping, Provinsi Jilin, pihak berwenang menghadiahi petugas polisi dengan sepuluh poin ketika menangkap seorang praktisi Falun Gong. Namun, hanya satu poin ketika mereka menangkap seorang penjahat.
Tercatat 6.109 praktisi Falun Gong ditangkap dan 3.582 diganggu pada tahun 2019. Di antara mereka, 383 praktisi dibawa ke pusat pencucian otak dan 3.124 rumah digeledah. 789 praktisi lainnya dijatuhi hukuman penjara.
Banyak keluarga yang anggota keluarganya ditangkap pada waktu yang sama pada tahun 2019. Secara khusus, sepuluh anggota keluarga di Kota Bozhou, Provinsi Anhui, termasuk seorang ibu, lima putrinya, tiga menantu dan seorang cucu berusia 12 tahun, ditangkap pada tanggal 17 April 2019 oleh lebih dari 100 petugas. Empat dari putrinya diadili pada tanggal 5 Desember 2019 dan kemudian dijatuhi hukuman 4,5 hingga 7,5 tahun.
Di Kota Nanyang, Provinsi Henan, lebih dari 130 praktisi ditangkap sekitar pukul 05:00, tanggal 30 Agustus 2019. Enam puluh dari mereka dibawa ke pusat pencucian otak setempat.
Sebagai catatan, 9,7% (593) praktisi yang ditangkap dan 5,9% (213) praktisi yang diganggu berusia 65 tahun atau lebih, sementara 112 praktisi yang ditangkap dan 92 praktisi yang diganggu berusia 80 tahun atau lebih.
Wang Shaoqing, 74 tahun, dari Provinsi Hubei dan 12 praktisi lainnya, termasuk Zhou Xiuwu (79 tahun) ditangkap karena berbicara dengan orang lain tentang Falun Gong di taman pada tanggal 7 Maret 2019.
Luan Ning, mantan Wakil Direktur Pusat Pendidikan Departemen Tenaga Kerja dan Personalia Provinsi Ningxia, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan denda 100.000 yuan. Dia dihukum karena “melanggar kekuasaan negara” dengan mengirimkan surat tentang penganiayaan terhadap Falun Gong.
Sembilan puluh enam praktisi meninggal dunia akibat penganiayaan. Sembilan belas dari mereka meninggal saat ditahan. Sebagian besar lainnya meninggal setelah mengalami penahanan jangka panjang, penyiksaan, dan gangguan. Praktisi ini berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk pegawai pemerintah, ilmuwan, kepala sekolah, guru, perwira militer yang sudah pensiun, dokter, dan manajer pabrik.
Guo Zhenxiang, seorang warga Kota Zhaoyuan, Provinsi Shandong, berusia 82 tahun, meninggal beberapa jam setelah dia ditangkap di sebuah stasiun bus karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong pada tanggal 11 Januari 2019.
Yang Shengjun, dari Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, meninggal sembilan hari setelah penangkapannya pada tanggal 2 Agustus 2019. Dia muntah darah saat berada di pusat penahanan dan keluarganya dipaksa membayar 30.000 yuan untuk biaya pengobatannya.
He Lifang, dari Kota Qingdao, Provinsi Shandong, ditangkap pada bulan Mei dan meninggal dalam tahanan pada tanggal 2 Juli 2019. Dia berusia 45 tahun. Keluarganya melihat sayatan jahitan di dadanya dan sayatan terbuka di punggungnya. Pertama-tama, polisi mengatakan bahwa sayatan itu adalah hasil otopsi. Tetapi, keluarganya menduga organnya telah diambil baik saat dia masih hidup atau tak lama setelah kematiannya.
Bai Chunhua, dari Kota Gongyi, Provinsi Henan, meninggal kurang dari enam hari setelah dia ditangkap pada Desember 2019. Keluarganya mengatakan bahwa dia mengalami patah tulang di tulang rusuk ketiga, keempat dan kelima di sebelah kiri, dan tulang rusuk kedua dan kelima di hak. Dia juga mengalami luka di bibirnya dan ada beberapa memar di sekitar punggungnya. Mereka menduga bahwa dia telah dipukuli sampai meninggal karena tidak menuruti permintaan polisi untuk melepaskan keyakinannya. Dia berusia 63 tahun.
3. Penganiayaan pada Tahun 2020
Memasuki tahun 2020, ketika Tiongkok dilanda pandemi virus corona, rezim komunis melanjutkan penganiayaannya terhadap Falun Gong.
Pada tahun 2020, setidaknya 615 praktisi dijatuhi hukuman, 6.659 ditangkap, dan 8.576 diganggu. Sebanyak 3.588 praktisi rumahnya digeledah dan 537 lainnya dibawa ke pusat pencucian otak. Praktisi yang ditargetkan berasal dari 304 kota di 29 provinsi dan kotamadya. Di antara mereka yang ditangkap dan diganggu, 1.188 berusia 65 tahun atau lebih, dengan 17 praktisi berusia 90-an tahun, dan yang tertua berusia 94 tahun.
Sebanyak 7.284.097 yuan diperas atau disita dari 401 praktisi selama penangkapan mereka, rata-rata 18.165 yuan per-orang.
Di Kota Dalian, Provinsi Liaoning, setidaknya 30 praktisi dan anggota keluarga mereka, termasuk seorang praktisi berusia 90-an tahun, ditangkap antara tanggal 10 dan 11 Juli 2020. Di antara mereka, tujuh kemudian dijatuhi hukuman 1 hingga 9 tahun.
Tahun 2020 tercatat 84 praktisi yang meninggal dalam penganiayaan, termasuk 21 orang yang meninggal dalam tahanan.
Zhang Zhiwen dari Kota Yuzhou, Provinsi Henan, ditangkap di rumahnya pada tanggal 13 Mei 2020. Dia dan meninggal empat hari kemudian dalam tahanan polisi. Polisi tidak memberikan penjelasan atas kematiannya dan segera mengkremasi tubuhnya.
Li Ling dari Kota Penglai, Provinsi Shandong, ditangkap oleh seorang pejabat desa dan tentara militer setelah dilaporkan karena memiliki materi informasi Falun Gong pada tanggal 28 Juni 2020. Dia dibawa ke sebuah rumah kosong di daerah pegunungan dan dipukuli serta disiksa dengan kejam. Dia meninggal karena luka-lukanya pada tanggal 13 Juli.
Wang Shukun, seorang dokter penyakit dalam berusia 66 tahun di Rumah Sakit Kota Hailin di Kota Haining, Provinsi Heilongjiang, dipukuli oleh polisi pada akhir Juni 2020 karena menolak menandatangani pernyataan dan menyatakan bahwa suaminya berlatih Falun Gong. Dia menderita sakit yang parah di kakinya dan harus merangkak menaiki tangga untuk kembali ke apartemennya. Dia memiliki memar di sekujur tubuhnya. Tempurung lututnya patah dan dia basah oleh keringat. Dia menderita pendarahan otak pada tanggal 1 Juli dan meninggal pada hari berikutnya.
4. Penganiayaan pada Tahun 2021
Semester pertama tahun 2021 mencatat 3.291 praktisi Falun Gong dari 264 kota di 30 provinsi ditangkap dan 6.179 diganggu karena keyakinan mereka. Sebanyak 118 praktisi diambil sampel darahnya dan 3 diambil DNAnya di luar kehendak mereka.
Di antara 9.470 praktisi yang menjadi sasaran, 1.384 rumah mereka digeledah. Seratus lima puluh dua praktisi memiliki total 1.942.553 yuan dan 20.000 USD tunai disita, rata-rata 142.292 yuan per-orang. 78 lainnya telah dipaksa untuk tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut dan kemungkinan penangkapan.
Sebanyak 674 praktisi dijatuhi hukuman penjara pada semester pertama tahun 2021. Kecuali 30 praktisi yang tidak diketahui masa hukumannya, 33 orang yang diberikan masa percobaan dan tidak harus menjalani masa hukuman dan dua orang yang hanya didenda tetapi tidak diberikan hukuman penjara, 602 (90%) praktisi lainnya dijatuhi hukuman penjara dengan jangka waktu mulai dari empat bulan hingga 14 tahun, dengan rata-rata tiga setengah tahun.
Shi Shaoping, seorang warga Beijing berusia 50 tahun, dijatuhi hukuman sembilan tahun. Wang Jianmin, seorang dokter dari Kota Laiyang, Provinsi Shandong, divonis sembilan tahun. Li Dengchen, seorang pensiunan guru berusia 82 tahun di Kota Shenzhou, Provinsi Hebei, dijatuhi hukuman 10 tahun pada Januari 2021.
Kematian 67 praktisi Falun Gong dikonfirmasi pada semester pertama tahun 2021, 13 dari mereka meninggal dalam tahanan.
Saat berada di pusat penahanan menunggu hasil bandingnya terhadap hukuman penjara 11,5 tahun, Mao Kun, seorang akuntan di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit sekitar tanggal 9 April 2021. Keluarganya ditanyai untuk mengajukan pembebasan bersyarat medis atas namanya. Tetapi bahkan sebelum mereka sempat mengajukan aplikasi, Mao meninggal di rumah sakit pada malam, tanggal 11 April. Dia berusia 57 tahun.
Gong Piqi, seorang pensiunan kolonel di Kota Qingdao, Provinsi Shandong, meninggal di penjara pada tanggal 12 April 2021. Awalnya, dokter dan otoritas penjara menolak untuk membiarkan keluarganya melihat tubuhnya. Ketika keluarga memprotes, kakak laki-laki dan keponakan Gong akhirnya diizinkan untuk melihat tubuhnya tetapi tidak diizinkan untuk mengambil foto atau video. Kepala Gong terluka dan bengkak, dan ada darah di telinganya.
Yuan Guangwu, seorang warga Kabupaten Liquan, Provinsi Shaanxi, 54 tahun, kehilangan ibunya Li Caie dan istrinya Zhang Cuicui dalam waktu kurang dari tiga bulan karena penganiayaan. Adik laki-lakinya, Yuan Huiwu, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Yuan Guangwu sendiri dipaksa untuk tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penganiayaan karena berlatih Falun Gong.
II. Kejahatan Penganiayaan Falun Gong Selama Masa Jabatan di Provinsi Hebei
Selama masa jabatan Zhao sebagai Sekretaris PKT Provinsi Hebei dari Juli 2015 hingga Oktober 2017, 26 praktisi Falun Gong meninggal karena penganiayaan.
Praktisi Falun Gong, Li Kai, ditangkap di rumahnya pada tanggal 29 Juli 2015. Kemudian, dia secara ilegal dihukum dan dipenjara. Pengadilan tidak pernah memberi tahu keluarganya tentang sesi pengadilan, hukuman, atau pemindahannya ke penjara. Keluarganya juga tidak pernah diizinkan untuk mengunjunginya. Pada tanggal 4 Januari 2016, istrinya menerima telepon dari Penjara Jidong yang mengatakan bahwa dia harus pergi ke penjara untuk menjemputnya. Dia pergi tetapi disuruh pergi ke Rumah Sakit Pekerja Tangshan sebagai gantinya. Dia melihat Li dalam keadaan koma. Pihak penjara mengklaim bahwa dia mengalami pendarahan otak mendadak. Setelah operasi, Li kembali sadar dan dapat bergerak di lengan dan kaki kirinya. Namun, dua hari kemudian, penjara dan rumah sakit bersikeras bahwa dia menjalani operasi tengkorak terbuka lagi untuk mengobati “cairan berlebih di otaknya.” Kondisinya dengan cepat memburuk setelah operasi kedua dan dia meninggal satu atau dua hari kemudian. Masih tidak mungkin untuk mengetahui apa sebenarnya yang dia derita di penjara.
Praktisi Falun Gong, Yan Guoyan, berusia 46 tahun. Dia ditangkap pada tanggal 15 Januari 2016. Pada malam, tanggal 2 Februari 2016, Yan Wanjiang (tidak ada hubungannya dengan Yan), direktur kelas pencucian otak “Kantor 610”, menelepon keluarga Yan untuk meminta uang dan memberitahu mereka untuk menjemputnya. Ketika keluarganya melihatnya di pusat penahanan, dia sangat lemah karena dianiaya. Dia setengah berbaring telentang di tempat tidur dan hanya bisa berbicara dengan suara yang sangat lemah. Suami dan putranya membawanya keluar dan membawanya pulang pada hari yang sama. Pada tanggal 13 Maret 2016, dia meninggal dunia.
III. Kejahatan Penganiayaan Falun Gong Selama Masa Jabatan di Provinsi Guizhou
Zhao adalah Sekretaris Komite Provinsi Guizhou dari Agustus 2010 hingga Juli 2015. Selama waktu itu tujuh praktisi Falun Gong setempat, Zhao Mingzhi, Chen Lizhi, Huang Guixian, Song Meilan, Cheng Huazheng, Wu Zexiu, dan Deng Zurong, dianiaya hingga meninggal.
Pada tanggal 28 September 2010, Zhao Mingzhi, 69 tahun, dan suaminya, Lu Rangzhong ditangkap. Kemudian, dia secara ilegal dijatuhi hukuman dua tahun di Penjara Wanita Guiyang. Saat berada di pusat penahanan setempat, Zhao sudah mulai batuk. Setelah dibawa ke penjara, dia disuntik paksa dengan obat-obatan yang tidak diketahui, yang memperburuk kondisinya. Dia menjadi semakin sakit, batuk sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Para penjaga memaksanya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan keyakinannya dan menempelkan sidik jarinya di atasnya sebagai bentuk validasi. Ketika Zhao kembali ke rumah setelah menyelesaikan hukuman penjara, dia sudah dianiaya hingga tidak bisa makan dan mengalami kesulitan berjalan. Dia meninggal pada tanggal 16 Desember 2012.
Pada tanggal 19 Agustus 2012, Chen Lizhi, seorang wanita berusia 69 tahun dari Kota Anshun ditangkap dan secara ilegal dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena mendistribusikan materi informasi Falun Gong. Saat menjalani hukuman di Penjara Wanita Provinsi Guizhou, Chen dipaksa melakukan kerja paksa dan menghadiri sesi pencucian otak. Setelah menderita penganiayaan jangka panjang, kesehatannya memburuk sampai gejalanya menjadi sangat parah sehingga penjara harus membawanya ke Rumah Sakit Keamanan Umum untuk perawatan. Namun, perawatannya tidak efektif dan dia dipulangkan. Pada saat itu, semua organnya telah gagal. Dia tidak dapat mengurus dirinya sendiri dan dia hampir tidak bisa berbalik atau berbicara. Dia meninggal pada tanggal 9 September 2014.
Kejahatan Penganiayaan Falun Gong Selama Penahanan di Kota Dezhou, Provinsi Shandong
Zhao adalah Sekretaris Komite Partai Kotamadya Kota Dezhou di Provinsi Shandong dari Desember 1997 hingga Januari 2001. Selama masa jabatannya, praktisi Falun Gong setempat Wang Shunqing, Liu Guixiang, dan Chen Guibin, dianiaya hingga meninggal.
Chen Guibin dan keluarganya berulang kali dianiaya karena berlatih Falun Gong. Pada Hari Tahun Baru 2001, di bawah instruksi Biro Keamanan Umum Kabupaten Wucheng, polisi menangkap Chen dan membawanya ke Kantor Keamanan di pabrik tenun kapas.
Kepala kantor keamanan langsung memborgol Chen dan menginstruksikan empat orang untuk berdiri di empat sudut ruangan untuk melakukan penyiksaan “mendorong”, di mana mereka akan melemparkan Chen ke depan dan ke belakang. Ketika orang pertama tiba-tiba mendorong Chen dari belakang, dia langsung jatuh. Karena tangannya diborgol, dia tidak bisa mendarat di tanah dengan tangannya. Kepalanya membentur brankas yang ada di depannya. Dia langsung lumpuh dan tidak bisa bergerak. Belakangan, diketahui bahwa ia menderita tiga patah tulang pada tulang belakang lehernya. Kepala kantor keamanan terus memukulinya meskipun dia sudah kehilangan kesadaran dan tidak bergerak.
Polisi melepas sepatu dan kaus kaki Chen dan membuka kancing kemejanya. Empat orang membawanya keluar dan meninggalkannya di tanah beku yang tertutup salju selama lebih dari satu jam sebelum mereka membawanya kembali ke ruang tahanan. Mereka membuka jendela ruang tahanan dan kemudian melemparkannya ke tempat tidur tanpa alas tidur. Mereka mencoba membekukannya sampai mati. Malam berikutnya, dia meninggal karena luka serius yang dideritanya.
Istri Chen, Zhou Haitao, berulang kali dianiaya di kelas pencucian otak setelah suaminya disiksa sampai meninggal. Akibatnya, dia menjadi bingung. Mertuanya yang sudah lanjut usia juga menjadi sasaran penahanan ilegal, cuci otak paksa, denda, dan bentuk-bentuk penganiayaan lainnya hanya karena berlatih Falun Gong.