(Minghui.org) Tepat sebelum Tahun Baru Imlek 2021, kaki dan lutut kiri saya bengkak dan sakit, saat itu saya tidak memedulikannya, berpikir beberapa hari pun akan membaik, sebelum ini tubuh saya pernah muncul gejala karma penyakit, tetapi dengan belajar Fa, tak lama kemudian saya pun berhasil menerobosnya. Tetapi selewatnya Tahun Baru Imlek, bukan hanya tidak membaik, rasa sakit malah semakin berat, kaki seperti dituang timah, saya tidak bisa berjalan, rasa sakitnya seperti menusuk-nusuk hati, kalau sudah duduk tidak bisa berdiri, harus dibantu anggota keluarga untuk mengangkatnya.
Putri saya ingin saya periksa ke rumah sakit, suami dan putra saya mengatakan saya kekurangan ini dan itu, segera saya merasa perlu waspada dan mulai mencari ke dalam diri sendiri, bertanya-tanya apakah terlalu disibukkan dengan urusan manusia biasa (Tahun Baru Imlek), belajar Fa terbengkalai, atau tenggelam dalam masalah pilpres Amerika, atau keterikatan akan kepentingan, dan lainnya, saya temukan sebongkah hati manusia, saya belajar Fa juga sharing dengan rekan-rekan praktisi, tetapi tidak kunjung membaik, saya sangat bingung, merasa sudah belajar Fa, juga sharing, mengapa tidak kunjung membaik.
Saat ini, teringat beberapa hari yang lalu, saya berdebat dengan suami demi mendapatkan keuntungan.
Suami dan kakaknya membuka pabrik kecil. Kakaknya mengurus urusan di luar pabrik, suami mengurus urusan di dalam pabrik, sudah berlangsung selama 20 tahun, selama bertahun-tahun, di aspek keuangan dipegang kakak suami, diberi sekian banyak, kami ambil sekian banyak, kami tidak pernah berhitungan, saya pikir saya adalah kultivator, di permukaan saya sepertinya tidak peduli tentang itu, tetapi di dalam hati saya tidak melepas keterikatan akan kepentingan.
Selama Tahun Baru Imlek, anggota keluarga yang bukan praktisi memberi tahu saya, kakak suami tanpa memberi tahu kami telah membelikan rumah toko untuk putra-putrinya, hal mana sudah terjadi beberapa tahun namun tidak ada yang tahu. Dia juga membeli rumah sitaan untuk putrinya, beberapa rumah atas nama putranya. Dia pernah berjanji akan memberikan sebuah rumah sitaan untuk kami, ternyata malah diberikan kepada putrinya. Saya mendengarkan berita ini, hati bergejolak, merasa diperlakukan tidak adil, merasa kakak ipar ini keterlaluan. Pahitnya hati ini, saya takut ditertawakan rekan-rekan praktisi, ingin rasanya memuntahkan ganjalan hati ini, tetapi rasa malu (hati manusia), saya berusaha menutupinya. Sungguh disaat inginkan anda melepas hati ini, tergantung apakah hati anda tergerak, hati terasa pahit dan lelah, semakin tidak bisa melepas, semakin anda dibenturkan dengan masalah ini.
Melihat suami pulang, saya tidak bisa menahan diri lagi, saya berdebat dengannya tentang hal ini, semakin bicara semakin marah. Tetapi semakin melihat saya marah ia malah semakin tenang berkata, "Masihkah kamu ini seorang praktisi? Xinxing (kriteria moral) hanya sekian saja, kultivasi sudah sekian tahun masih kalah sama saya, apakah kita kekurangan uang sampai belanja harus memakai uangmu? Atau kita tidak lagi punya rumah? Tidak punya mobil? Untuk apa kamu menginginkan uang sebanyak itu?” Mendengar ini saya lebih emosi lagi, “Kamu bilang saya mau uang untuk apa? Putramu baru kuliah tidak butuh uang? Nanti masih harus beli mobil beli rumah.” Suami saya tertawa terbahak: "Bukankah sepanjang hari kamu selalu berkata, setiap orang memiliki takdirnya sendiri? Jikalau itu memang milikmu pasti jadi milikmu, jika bukan milikmu dikejar pun tetap bukan milikmu, Mungkin itu memang bukan milikmu."
Di saat itu saya jadi waspada, Shifu sedang meminjam mulutnya mengingatkan saya, segera luruskan hati ini! Di dalam hati saya pun menyadari, tidak pantas seorang cultivator bersikap seperti demikian, cuma bara di hati saya ini sulit dipadamkan, masuk perangkap kekuatan lama. Tetapi di saat itu, saya tidak menyadari jika hati mengejar keuntungan ini sudah harus dikultivasikan, sudah harus meningkat, Shifu menggunakan masalah ini agar saya mengikis hati yang mengejar keuntungan.
Di saat hati saya melepas dan merenungkan kembali, seandainya saya tidak belajar Fa, betapa melelahkan hidup dalam mengejar keuntungan, setelah melepas hati ini, kaki saya terasa jauh lebih baik, pikiran dan tubuh saya jadi ringan.
Tapi selang beberapa hari, kaki saya mulai sakit lagi, bahkan semakin parah, bengkaknya juga sangat besar, hati saya terasa kesal, baru saja membaik mengapa kambuh lagi. Merasa tidak berdaya, saya terpaksa tenangkan hati dan mencari lagi keterikatan apa lagi yang belum saya lepas, sekali dicari saya temukan banyak sekali keterikatan, sampai tidak tahu lagi bagaimana mengultivasikannya. Dengarkan sharing praktisi di podcast sebagai referensi! Saya temukan kesenjangan yang sangat besar dibanding rekan-rekan praktisi, dengar punya dengar, saya merasa sudah seharusnya saya kultivasikan diri ini dengan sungguh-sungguh, saya mantapkan niat, memulainya dari kehidupan sehari-hari, di setiap pikiran dan niat mulai mengultivasikan diri ini.
Sejak hari itu, saya rutin bangun pagi dan mengikuti latihan kelompok, karena lutut saya bengkaknya parah, perangkat keempat saya tidak bisa jongkok gerakan menjadi tidak standar, tetapi tetap saya lakukan hingga selesai. Tepat ketika saya putuskan kultivasi pikiran dan niat, di hari pertama saya sudah menemukan beberapa kejadian.
Di rumah adik laki-laki dari suami, ipar membelikan kosmetik untuk adik ipar, katanya itu merek internasional terkenal, ipar sarankan saya juga membeli satu set kosmetik yang sama. Saya mendengarnya dengan hati tidak nyaman, saya langsung mencari ke dalam, mengapa tidak nyaman? Apa yang membuat saya tidak nyaman? Rasa iri, begitu menyadari langsung saya singkirkan, tidak mau lagi hati yang buruk ini, kontan hati ini terasa lega.
Istri keponakan tetangga, meminta saya ‘dry clean’ pakaian, dia akan memberi uangnya terlebih dahulu. Istri adik suami saya bercanda, “Jangan berikan dulu uangnya ke bibimu, dia akan menghabiskan jika kamu memberinya uang.” Saya langsung menjawabnya: “Ya, kamu harus beri saya uang dulu. Saya kekurangan uang sekarang. Saya akan belanjakan semua uangnya." Meskipun tahu itu lelucon, tapi saya merasa tidak nyaman. Saya merasa empat saudari suami, hanya keluarga kami yang punya uang paling sedikit, selalu ada perasaan demikian di hati. Sebenarnya, ini adalah hati manusia yang harus disingkirkan oleh kultivator, dalam hati berpikir semua hati buruk ini saya kultivasikan sekaligus hari ini, meluruskan diri saya sendiri, dan menjadi pengikut sejati.
Begitulah saya kultivasikan dalam satu hari dan merasa jauh lebih rileks, malamnya saya mendengarkan Ceramah Shifu, Shifu berkata: “…, bila Xinxing seseorang rendah, rendah pula tingkatnya.” [Zhuan Falun] Kalimat ini segera masuk ke pikiran dan menembus ke seluruh tubuh, perasaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Tiba-tiba pikiran terasa jernih, bergumam pada diri sendiri sangat tersentuh: "Oh! Ternyata karena Xinxing saya terlalu rendah, maka tingkatan pun rendah, tingkat rendah tentu saja tidak dapat mengatasi kondisi tubuh yang bermasalah, termasuk juga perilaku." Dalam hati berpikir, Fa Shifu ini selalu disebut di bibir saya, saat sharing dengan rekan-rekan praktisi, mengapa saya tidak merasakan hal ini? Justru tidak meleburkan diri dalam Fa, tidak kultivasi nyata, maka tidak ada perasaan seperti ini.
Keesokan harinya, saya terus mengultivasikan setiap pikiran dan niat dalam kehidupan sehari-hari, tanpa terasa kaki saya sembuh, bagaikan lepas beban lima kilogram lebih, tubuh serta pikiran jadi ringan. Melalui kejadian ini, saya benar-benar memahami hanya dengan kultivasi nyata baru dapat melewati lintasan kesulitan, baru dapat membuktikan sisi supernormal dan keindahan Fa secara bermartabat.
Di atas adalah hal kecil yang terjadi pada saya baru-baru ini, jika ada yang tidak tepat, mohon rekan praktisi berbelas kasih meluruskannya.