Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Mengalami Keajaiban Dafa: Memperoleh Kehidupan Baru

11 Sep. 2021 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Jepang

(Minghui.org) Nama saya Yoshiko Mochizuki dan saya berusia 68 tahun. Saya adalah orang yang ambisius dan semua orang menyebut saya adalah wanita yang kuat. Saya lahir di Tiongkok dalam keluarga besar yang miskin. Di bawah pendidikan Partai Komunis Tiongkok (PKT), kami melalui berbagai macam gerakan politik seperti 'Lompatan Jauh ke Depan', 'Kampanye Tiga Anti dan Lima Kejahatan', 'Gerakan Perbaikan', 'Empat Pembersihan' dan 'Revolusi Kebudayaan'.

Ketika masih kecil, saya dikucilkan dan dianiaya karena latar belakang keluarga saya yang miskin. Saya juga mengalami "Gerakan Turun ke Pedesaan" dan revolusi pabrik. Pada saat itu, saya menghadapi pertengkaran dan ketakutan setiap hari, merasa seolah-olah saya menghadapi bahaya setiap saat. Tumbuh di masa yang penuh gejolak seperti itu, tanpa daya,

Saya hanya tamat SMP, jadi saya tidak memiliki banyak pengetahuan atau budaya, dan latar belakang keluarga yang miskin memperburuk keadaan. Oleh karena itu, ketika sedang mencari pekerjaan, tidak ada perusahaan yang berani mempekerjakan saya. Perasaan kehilangan dan memiliki kesedihan benar-benar sulit dan menyakitkan. Meskipun dunia ini begitu besar, tidak ada jalan yang bisa saya ambil dan tidak ada cara untuk menjalani kehidupan yang layak. Saya juga tidak merasakan keramahan dalam masyarakat. Saya tidak tahu mengapa saya merasa seperti ini.

Untuk mendapatkan pijakan, saya sangat serius dalam pekerjaan dan bersedia untuk menjalani segala macam kesulitan. Ketika tidak ada penitipan anak, saya membawa anak-anak ketika pergi bekerja. Suami sering tidak ada di rumah, dan saya harus melakukan semuanya di tempat kerja dan di rumah. Baik itu memasak, pertukangan, kerajinan, bekerja sebagai guru, atau manajer urusan umum, saya merasa tidak ada yang tidak bisa saya lakukan. Ada periode waktu ketika semua orang, termasuk manajer saya, memperlakukan saya dengan sangat baik.

Namun, beberapa tahun kemudian, setelah manajer diganti, saya diturunkan menjadi petugas kebersihan. Saya marah tentang hal itu jadi saya bersaing dan melawan. Saya bahkan mencari manajer dan bertengkar dengannya. Itu benar-benar kacau. Kemudian, perusahaan memaksa saya untuk berhenti dengan alasan kondisi kesehatan, meskipun saya belum mencapai usia 40 tahun. Setelah menyelesaikan prosedur administrasi, saya masih merasa marah tentang hal itu dan memberi tahu manajer saya, “Saya orang yang punya kemampuan. Jika kamu tidak mempekerjakan saya, maka dengan kemampuan yang saya miliki, saya bisa mendapat pekerjaan di tempat lain.” Dengan perkataan tersebut, saya pulang.

Tetap Teguh Meski Menderita Kesulitan

Saya berdiskusi dengan suami tentang membuka restoran untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa saya mampu melakukannya. Oleh karena itu, kami meminjam uang untuk menyewa rumah dan membeli sepeda roda tiga. Kami tidak takut kesulitan. Kami membangun restoran kami sendiri dan dalam beberapa hari, kami menyelesaikan konstruksinya dan membuka bisnis. Saya sangat gembira karena memiliki usaha sendiri. Awalnya, kami mulai hanya dengan diri kami sendiri. Secara bertahap, kami menyewa koki, lalu pelayan, mulai dari 2 hingga 18 orang dalam sebulan. Bisnisnya bagus dan kami juga menjaga hubungan baik dengan biro pajak, masyarakat, dan polisi, jadi kami mendapat dukungan yang sangat kuat. Restoran kami sepenuhnya dipesan oleh manajer perusahaan dari berbagai daerah setiap hari dan kemudian berkembang menjadi restoran di siang hari dan tempat dansa di malam hari.

Namun, masa-masa indah itu tidak berlangsung lama. Saya sering bekerja berjam-jam. Terkadang, saya bekerja dari pagi hingga malam dan tidak makan tepat waktu. Lambat laun, karena terlalu banyak bekerja, tubuh saya mulai menyerah tetapi saya masih tetap bekerja keras untuk mempertahankan bisnis. Akhirnya, pada suatu hari, saya tidak punya energi lagi dan pergi ke rumah sakit. Dokter meminta saya untuk pergi ke rumah sakit yang lebih besar karena tempat tidur rumah sakit mereka penuh. Tiga rumah sakit mengatakan hal yang sama kepada saya. Sebenarnya, saya tahu jauh di lubuk hati bahwa kondisi saya serius karena saya mengalami tinja berdarah untuk waktu yang sangat lama. Pada saat itu, saya merasa bahwa saya telah menderita terlalu banyak dalam hidup ini, dan saya akhirnya dapat mengangkat kepala saya tinggi-tinggi dan tidak dipandang rendah oleh orang lain. Meskipun sulit, setidaknya, saya memiliki kehidupan yang bermanfaat. Ya, tidak masalah jika saya mati.

Saya menemui kepala rumah sakit tentara dan dia mengatakan agar mulai sekarang saya dirawat di rumah sakit dan tidak berjalan. Berbaring di tempat tidur, saya akhirnya mengakui bahwa saya telah dikalahkan. Sejak saat itu, saya berpikir bahwa hidup saya akan segera berakhir. Menghadapi kematian pada usia sekitar 40 tahun, saya melihat kembali kehidupan saya. Itu adalah kehidupan yang sangat sulit. Mengapa seseorang harus hidup begitu menyakitkan? Mengapa saya menderita begitu banyak kesulitan? Kenapa takdir saya seperti itu? Dalam hidup, saya berhasil mendapatkan kembali reputasi saya dan mencapai ketenaran dan kekayaan. Pada akhirnya, apa yang saya miliki? Hanya kematian.

Kesulitan duniawi dan rasa sakit dari penyakit semuanya menggenang. Saya merasa pahit. Saya memohon kepada dokter untuk membiarkan saya mati. Dia terkejut dan bertanya, “Mengapa? Setelah menjadi dokter selama bertahun-tahun, saya belum pernah bertemu pasien yang ingin mati. Semua pasien meminta saya untuk menyelamatkan mereka. Kenapa kamu mengatakan itu?” Saya dengan tulus mengatakan kepadanya bahwa saya sangat lelah. Hidup saya sudah sulit jadi saya hanya ingin istirahat dengan baik tanpa mengalami kesulitan lagi dalam hidup.

Karena kekurangan gizi jangka panjang dan tinja berdarah, saya harus menjalani transfusi darah selama seminggu sebelum bisa menjalani operasi. Selama tujuh sampai delapan jam operasi, karena tidak dapat menjalani anestesi umum, saya berteriak kesakitan sampai tidak memiliki tenaga dan suara untuk melakukannya. Setelah meninggalkan ruang operasi, semuanya terasa sangat buruk sehingga lebih buruk daripada kematian. Saya tidak mati, tetapi karena semua rasa sakit itulah saya berguling-guling di tempat tidur. Saya tidak tahu berapa lama telah berlalu sebelum saya akhirnya tenang dan melihat anak-anak menangis di depan saya. Mereka berkata, “Ibu kenapa tidak memberitahu kami. Jika ibu pergi, apa yang akan terjadi pada kami?” Sebenarnya, meskipun saya ingin mati, yang paling tidak sanggup saya tinggalkan adalah anak-anak. Ini mungkin satu-satunya hal yang tidak bisa saya lepaskan dan membuat saya terus hidup dalam kesakitan.

Selama 26 hari di ranjang rumah sakit, putra saya merawat saya sambil duduk di bangku kecil setiap hari. Setelah keluar dari rumah sakit, empat teman baik dari perusahaan datang menjemput dan membawa saya pulang ke rumah dimana saya tinggal di lantai empat tanpa lift. Karena tidak berdaya, saya membutuhkan bantuan untuk melakukan apa pun. Saya merasa sangat sedih dimana orang yang kuat seperti saya akhirnya menjadi seperti ini, namun saya hanya bisa meneteskan air mata.

Selama sakit, putra saya yang menggendong saya naik turun tangga dan merawat saya setiap hari. Tiga bulan berlalu dan visa Jepang saya disetujui. Namun ketika ibu mertua mendengar tentang kondisi saya, dia tidak mengijinkan saya pergi ke Jepang karena dia takut saya akan menghabiskan banyak uang dan mati di sana. Setelah mengetahui hal ini, suami mengatakan kepadanya, “Dia tidak menikmati kebahagiaan apa pun dalam hidupnya setelah menikah dengan saya. Saya ingin membiarkan dia pergi dan melihat-lihat. Jika semuanya tidak berjalan dengan baik, saya akan membawanya kembali. ” Pada akhirnya, ibu mertua setuju dan dengan demikian, kami menyerahkan properti kami dan segalanya di Tiongkok dan pergi ke luar negeri untuk memulai hidup baru.

Saya tiba di Jepang pada tanggal 6 September 1992. Saat pertama kali melihat daratan, saya merasa seolah-olah telah tiba di kampung halaman yang sudah lama tidak saya lihat. Saya merasa bahwa inilah rumah saya yang sebenarnya karena terasa begitu akrab. Terasa sangat nyaman. Ketika naik trem listrik, begitu banyak orang yang langsung memberikan tempat duduknya untuk saya. Orang-orang berpakaian rapi dan mereka sangat sopan. Saya tidak bisa untuk tidak jatuh cinta pada negara ini. Saya berpikir bahwa saya pasti akan bekerja keras untuk berkontribusi pada negara ini setelah saya sembuh dari penyakit.

Ketika tiba di rumah, saya pingsan setelah tiga hari karena perjalanan jarak jauh. Saya tidak bisa makan apa-apa dan saya kembali ke dalam keadaan sakit Seminggu kemudian, bibi datang mengunjungi dan dia meminta agar ibu mertua membawa saya ke Rumah Sakit Pusat Kanker Higashi Ginza untuk mencari bantuan.

Saya Bisa Makan, Melakukan Pekerjaan Rumah, dan Tidur

Empat tahun berlalu. Pada akhir tahun 1997, seorang teman melihat saya minum obat setiap hari dan berkata, “Pergi dan berlatihlah Falun Dafa. Latihan ini bagus.” Saya berkata bahwa saya tidak ingin berlatih karena ada banyak orang yang berkunjungke rumah mereka dan meminta mereka ikut berlatih di Jepang. Keluarga sering mengatakan kepada saya agar tidak membuka pintu dan tidak bergabung dengan kelompok-kelompok ini. Lebih lanjut, selain menonton video di televisi, saya tidak bisa melakukan hal lain. Oleh karena itu, saya menolak saran teman saya berkali-kali.

Bertemu dengan Dafa

Suatu hari, teman ini menelepon dan meminta saya untuk datang ke rumahnya untuk mengobrol. Saya pergi ke sana, tetapi orang-orang sedang mengunjungi rumahnya. Saya segera ingin pergi dan hendak membuka pintu, namun dia meminta saya untuk tidak pergi. Kemudian, di depan dua orang, dia berkata, “Kalian semua lihat, dia minum obat setiap hari dan sangat sakit. Saya memintanya untuk berlatih, tetapi dia tidak mau melakukannya.” Orang-orang ini melihat saya dan saya sangat malu. Saya tidak ingin kehilangan muka, dan tidak ada yang pernah berbicara seperti itu kepada saya. Jika orang lain ingin saya melakukan sesuatu, mereka akan memohon dengan sopan. Jadi, saya sangat marah ketika dia memperlakukan saya seperti itu. Saya memintanya untuk tidak berbicara seperti itu dan memintanya untuk menunjukkan kepada saya hal yang dia bicarakan. Dia memberi saya kaset video dan Maha Metode Menuju Kesempurnaan, setelah itu saya pulang, dalam keadaan marah. Setelah tibadi rumah, saya menaruh barang-barang tersebut dan berbaring, merasa sangat tidak senang dengan semua hal ini.

Hidup berjalan seperti biasa sampai tiba-tiba saya teringat kejadian ini. Saya berpikir akanmenontonnya sebelum mengembalikan barang-barang tersebut. Saat memutar video tersebut, saya langsung mendengar alunan musik anggun yang terasa begitu akrab. Ketika melihat Guru Li Hongzhi (pendiri Falun Dafa) muncul, dia terlihat sangat belaskasih, ramah, dan terhormat, membuat saya tersentuh. Pada saat itu, saya tahu bahwa saya tidak bisa lagi meninggalkan latihan ini.

Gerakan Guru sangat anggun dan memancarkan aura sakral, seolah-olah memanggil saya untuk bangun dan melakukan latihan. Mau tak tahan untuk tidak berdiri dan mengikuti instruksi lisan Guru untuk melakukan latihan. Seluruh proses terasa sangat nyaman dan ajaib. Saya merasa sangat tersentuh dan bersemangat pada saat yang bersamaan. Meskipun tidak mengerti mengapa saya merasa seperti itu, saya tahu bahwa saya benar-benar tidak dapat berpisah dari latihan ini. Setelah berlatih, musik yang anggun dan suara Guru masih terngiang di kepala saya untuk waktu yang sangat lama.

Pada hari-hari biasa, saya tidak bisa tidur nyenyak. Namun pada malam itu, saya tidur nyenyak sehingga pada saat saya bangun, matahari sudah bersinar terang, masuk ke dalam rumah dan semua orang sudah meninggalkan rumah sejak lama. Saya melihat jam dan wow, sudah lewat jam 10 pagi. Saya tidak bisa tidur nyenyak untuk waktu yang sangat lama dan berpikir bahwa latihan ini luar biasa. Saat memikirkan musik latihan, saya segera berkemas, menyalakan video lagi, dan terus melakukan latihan, mengikuti musik dan instruksi Guru. Saya tidak merasa lelah saat melakukan latihan.

Hari-hari berlalu, saya merasakan perputaran Falun (roda hukum) dan tiap kali rasanya berbeda. Putarannyaterasa sangat halus. Setelah dua bulan, Falun berputar di perut saya bahkan ketika tidak sedang melakukan latihan. Saya kemudian tahu bahwa saya telah mendapatkannya. Tak lama kemudian, saya bisa makan dan melakukan pekerjaan rumah. Wajah terlihat lebih sehat.

Yoshiko Mochizuki

Kemudian, anggota keluarga saya tiba-tiba menyadari bahwa saya telah berubah dan rumah terlihat lebih bersih dan rapi. Suami bertanya apa yang terjadi dan saya mengatakan kepadanya, “Saya sudah pulih. Mulai sekarang, saya tidak perlu lagi pergi ke rumah sakit atau minum obat apa pun. Saya juga tidak perlu dikhawatirkanlagi karena saya telah pulih.” Dia sangat terkejut dan bertanya mengapa bisa begitu. Saya memberitahunya tentang Falun Dafa. Dia khawatir bahwa saya telah bergabung dengan beberapa keyakinanyang ada di Jepang dan langsung bertanya apa latihannya. Dia meminta agar saya memperlihatkannya, dan dengan demikian saya memutar videonya. Dia bertanya apakah itu dari Tiongkok dan saya menjawab ya. Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah latihan ini benar-benar bagus? Bagaimana jika itu tidak baik?” Saya berkata, “Saya tidak peduli, saya harus melanjutkan latihan! Ini adalah apa yang saya inginkan. Saya tidak akan pernah berhenti berlatih karena ini adalah Guru saya.

Tercerahkan Berkali-kali Dalam Mimpi untuk Belajar Fa Lebih Banyak

Karena hanya melakukan latihan tetapi tidak banyak belajar Fa, maka saya tidak banyak mengerti berulang kali Guru memberi pencerahan. Suatu ketika dalam mimpi, saya datang ke dunia yang transparan dan putih bersih. Itu adalah tempat yang bagus. Saya sering melihat pemandangan seperti itu dalam mimpi, dan saya bahkan akan melihat Guru. Setiap kali melihat adegan ini, saya akan menari dengan gembira dan merasa sangat bahagia.

Karena tidak belajar Fa dengan baik, dan pemikiran saya tidak meningkat, saya tidak dapat melewati kesengsaraan atau ujian apa pun. Saya memungut uang ketika melihatnya tertinggal di jalanan dan saya gagal dalam banyak ujianbirahi. Ketika saya bertengkar dengan orang lain, saya akan merasa sangat senang ketika berhasil menang. Guru mencerahkan saya berkali-kali, tetapi saya terlalu bodoh untuk memahami apa yang Guru beritahu.

Suatu hari, di dalam mimpi, Guru datang ke rumah saya dan saya sangat bahagia. Saya selalu berharap Guru datang dan keinginan ini akhirnya menjadi kenyataan. Saya tinggal di daerah pegunungan yang terpencil dan ada tempat tidur bata yang dapat dipanaskan di rumah dengan meja di atasnya. Guru berkata bahwa dia ingin melihat buku apa yang saya miliki. Namun, rak buku saya kosong dan yang tidak memiliki buku apa pun selain buku Zhuan Falun. Guru duduk di ranjang bata dan saya ingat dengan jelas bahwa saya membuatkan empat hidangan kecil dan semangkuk nasi untuknya. Saya berdiri di lantai dan melihat Guru makan. Setelah makan, Guru berkata bahwa dia ingin pergi ke belakang gunung untuk mempromosikan Fa dan dia bertanya apakah saya ingin bergabung dengannya. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak ingin pergi.

Ketika Guru hendak pergi, saya mengantarnya ke pintu. Ketika membuka pintu, saya melihat salju turun dengan lebat di sisi yang berlawanan. Namun, Guru tetap berjalan. Tiba-tiba, saya melihat Guru tidak mengenakan kaus kaki. Saya cemas dan meminta Guru untuk menunggu saya mengambil sepasang kaus kaki dari rumah. Saya mengambil kaus kaki saudara laki-laki saya dan berlari keluar untuk mengejar Guru. Namun salju terlalu lebat dan saya sangat cemas. Saya berjalan selangkah demi selangkah dengan susah payah dan saya sangat lelah. Namun tidak peduli bagaimana saya mencoba, saya tidak dapat menemukan Guru. Kemudian, saya terbangun dari mimpi dengan seluruh tubuh berkeringat.

Di waktu lain di dalam mimpi, saya mendaki ke atas, menuju ke tempat yang indah dan putih bersih. Namun tidak peduli bagaimana saya mendaki, saya tidak bisa mencapai tempat itu. Ada tangan besar yang menarik saya ke atas tetapi saya terlalu berat dan saya bahkan membawa tas besar. Tidak peduli bagaimana saya mencoba, saya tidak dapat mencapai tempat itu dan saya akhirnya sangat lelah sehingga terbangun. Saya berbaring di tempat tidur dan memikirkan alasan mengapa ini terjadi. Apakah Guru ingin saya melepaskan tas tersebut? Saya harus melepaskan semua keterikatan saya.

Namun, bagaimana saya bisa memperoleh pemahaman jika saya tidak belajar Fa dengan baik? Kemudian saya berpikir bahwa jika saya benar-benar tidak dapat mencapai tempat itu, maka lupakan saja. Tubuh saya sudah pulih sehingga saya tidak perlu lagi berlatih Dafa. Namun, saya tidak bisa melepaskan latihan ini. Saya ingin mendapatkan uang dan berkontribusi pada negara. Saya memiliki penghasilan sendiri dan tidak perlu membiarkan negara berkontribusi begitu banyak lagi. Namun di sisi lain, saya merasa bahwa latihan ini sangat bagus. Guru, apa yang harus saya lakukan? Guru yang baik hati masih tidak menyerah pada saya. Dia sekali lagi mencerahkan saya dan kali ini saya tidak akan pernah melupakannya.

Dalam mimpi itu, ada barisan bambu yang sangat besar seperti rumah di tengah laut yang luas. Ada kolom dengan lampu di atasnya. Bambu itu mengapung di atas ombak laut yang bergolak dan Guru berdiri di depan saya. Selain saya, ada seorang anak yang baru berusia satu tahun. Anak itu hanya berbaring di sana dengan dadanya menghadap ke lantai. Hanya ada kami bertiga dan Guru tidak bergerak sama sekali. Ombak terus membentur bambu, membuat suara yang berlanjut. Namun bambu itu menahan ombak besar dan memgapung ke depan. Saya berdiri di sana tanpa alas kaki dan Guru berdiri tak bergerak. Tidak peduli bagaimana angin bertiup atau bagaimana ombak memercik, dia tetap tidak bergerak. Saat ombak terus membuat suara, saya terbangun dari mimpi.

Air mata saya mengalir. Guru sangat belas kasih, apalah saya ini? Saya hanyalah seorang kecil yang telah diselamatkan oleh Guru dari kematian. Saya merasa bersalah karena berpikir untuk menyerah ketika menemui kesulitan. Saya menyesal tidak membalas kebaikan Guru karena telah menyelamatkan hidup saya. Saya benar-benar murid Guru yang tidak layak karena terus membuatnya khawatir. Saya lupa kata-kata saya bahwa apa pun yang terjadi, saya tidak akan pernah menyerah. Saya benar-benar salah. Ada pepatah di Tiongkok, "Menjadi Guru dalam sehari, menjadiayah seumur hidup." Apalagi Guru telah menyelamatkan hidup saya. Oleh karena itu, saya tidak punya hal lain untuk dikatakan selain melanjutkan latihan.

Saya menghadiri konferensi Fa di Singapura pada tahun 1998 dan saya melihat Guru. Guru memberikan ceramah tetapi saya tidak memahaminya. Saya hanya ingat bahwa Sejati, Baik, dan Sabar adalah hukum agung alam semesta ini. Saya juga berfoto bersama dengan Guru. Saya berteriak, “Guru, Guru!” Guru mendengarnya dan dia berbalik untuk melihat. Namun, saya tidak bisa berkata apa-apa saat itu. Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan seperti itu ketika Guru berkata kepada saya dengan belas kasih, “...harus lebih banyak baca buku, lebih banyak baca buku,...” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Swiss) Setelah itu, Guru pergi dan saya tidak akan pernah melupakan sosoknya yang tinggi dan baik hati.

Setelah Pulih: Bertekad untuk Mengembalikan Dana Bantuan Medis

Setelah kembali ke Jepang dari konferensi, saya berpikir bahwa saya tidak boleh mengecewakan Guru lagi. Saya ingin menjadi murid sejati Guru.

Guru berkata:

“…Dapat melakukannya berarti berkultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin)

Saya berpikir bahwa saya harus mengembalikan dana bantuan medis kepada negara dan memberitahu dokter bahwa saya sembuh karena melakukan latihan, jadi saya tidak perlu datang ke rumah sakit lagi. Saya juga harus mengatakan semua itu ke kantor lingkungan. Namun, karena saya tidak tahu bagaimana berbicara bahasa Jepang, saya mencari bantuan dari bibi saya yang bekerja di pusat komunitas. Bibi saya tahu bahwa saya pulih setelah berlatih jadi dia langsung setuju ketika saya memberi tahu dia tentang hal itu. Saya sangat senang.

Namun, meskipun melalui banyak masalah, negara masih tidak setuju untuk mengizinkan saya mengembalikan dana dengan mengatakan bahwa ini adalah undang-undang sehingga saya tidak dapat menolak dana tersebut. Bibi berkata, “Jika kamu tidak menginginkan uang ini, berikan kepada kami dan kami akan membelanjakannya untukmu.” Saya mengatakan kepadanya bahwa ini tidak akan berhasil. Saya harus mengembalikan dana karena saya sudah pulih. Saya harus mematuhi prinsip tertinggi alam semesta Sejati, Baik, dan Sabar. Saya ingin sungguh-sungguh berkultivasi jadi saya harus bisa mencapai 'Sejati'. Oleh karena itu, saya harus melakukan pengembalian dana apa pun yang terjadi. Dengan itu, saya memintanya untuk membantu saya berbicara dengan mereka lagi. Pada akhirnya, bibi menelepon saya dan mengatakan bahwa keinginan saya telah terpenuhi karena dana akhirnya telah dikembalikan.

Saya sangat beruntung menjadi seorang kultivator Falun Dafa. Saya melewati kematian karena Falun Dafa memberi saya kesempatan baru untuk hidup. Rumah sakit telah memberi saya hukuman mati ketika dokter mendiagnosis dan memberi tahu bahwa tidak peduli bagaimana saya mencoba, saya tidak akan hidup lebih dari 5 tahun. Namun karena beruntung mendapatkan Fa, tahun ini sudah 24 tahun sejak diagnosis tersebut. Saya penuh energi sekarang. Setiap hari saya berlatih di pagi hari dan belajar Fa di malam hari. Saya juga mempromosikan Fa dan mengklarifikasi fakta pada siang hari. Saya ingin memberitahu semua orang di dunia bahwa Falun Dafa bukan hanya latihan untuk mendapatkan kesehatan yang baik, latihan ini juga membuat orang memahami tujuan hidup sebagai manusia, yaitu kembali ke jati diri yang asli.