Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Mangga Membantu Menunjukkan Keterikatan Saya

17 Jan. 2022 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Taiwan

(Minghui.org) Ada deretan pohon mangga besar di sebelah tempat latihan kami. Pada bulan Mei dan Juni, suara buah matang yang jatuh ke tanah dapat terdengar saat kami melakukan latihan. Pada hari-hari berangin atau hujan, banyak mangga yang telah matang berjatuhan kebawah.

Saya telah berlatih di tempat latihan ini selama lebih dari 10 tahun, tetapi sampai tahun lalu saya tidak pernah memperhatikan mangga.

Panggilan Bangun

Tahun lalu, saya bergabung dengan Platform Penyelamatan Grup Panggilan Telepon Global. Sebuah insiden terjadi dua bulan setelah saya mulai melakukan panggilan telepon klarifikasi fakta ke polisi, kejaksaan, dan petugas pengadilan di Tiongkok.

Suatu hari setelah latihan bersama, saya seperti biasa berjalan menuju mobil. Saya melihat mangga besar tergeletak di tanah. Saya membungkuk dan melihatnya dari dekat. Mangga itu sepertinya baru saja jatuh dari pohonnya. Mangga segar, bersih, dan sedikit terbuka setelah menyentuh tanah.

Saya mengambilnya dan membawanya pulang. Sangat lezat! Mangga itu lebih manis daripada mangga yang saya beli di pasar.

Keesokan paginya saya datang terlambat, dan praktisi lain sudah bermeditasi. Saat itu saya mendengar bunyi yang keras “tup.” Sebuah mangga yang baru jatuh tergeletak di depan saya. Saya mengambilnya dan membawanya ke mobil. Lalu saya bergegas bergabung berlatih dengan yang lain.

Pagi ketiga, saya sengaja datang sedikit lebih awal. Begitu saya keluar dari mobil, saya mulai mencari mangga yang jatuh.

Tiba-tiba, sebuah mangga jatuh tepat di depan saya. Betapa beruntungnya, pikiran demikian muncul! Saya mengambilnya. Satu lagi jatuh ke tanah. Kemudian yang lainnya. Saya sangat senang. Segera saya tidak bisa membawa semuanya. Saya kembali ke mobil dan mengambil handuk. Saya mengambil sekitar dua belas mangga dan membungkusnya dengan handuk. Saya hampir lupa dengan latihan.

Untuk beberapa pagi berikutnya, ketika saya tiba di lokasi fokus pertama saya adalah mangga. Terkadang lampu depan mobil menyorot buah mangga di tempat parkir. Saya takut melindasnya sehingga terlebih dahulu saya turun dari mobil mengambilnya, lalu memarkir mobil.

Saya biasanya membaca Fa selama satu jam setelah latihan jika saya tidak mengikuti kelas belajar jam 08:00 pagi. Saya membaca Zhuan Falun sambil berjalan di sepanjang pohon mangga. Sejak saya mulai memungut buah mangga, saya perhatikan suara buah jatuh saat membaca.

Suatu hari saya membaca,

“Karena sebagai orang yang sungguh-sungguh berketetapan hati untuk Xiulian, dia akan dapat bertahan, di hadapan berbagai kepentingan dapat melepaskan keterikatan hati itu, dapat memandang sangat hambar.” (“Ceramah Fa dan Tanya Jawab di Jinan,” Zhuan Falun Fajie)

“Metode Gong untuk Xiulian itu sendiri tidaklah sulit, menaikkan tingkat itu sendiri juga tidak sulit, semata-mata adalah karena keterikatan hati manusia tidak dapat dilepaskan, ia baru mengatakan sulit. Karena di tengah-tengah kepentingan praktis sulit melepaskannya, kepentingan itu sudah di sini, menurut anda bagaimana hati ini dapat ia lepaskan?” (“Ceramah Fa dan Tanya Jawab di Jinan,” Zhuan Falun Fajie)

Saya terkejut. Bukankah Guru sedang membicarakan saya? Saya pikir, saya tidak boleh mengambil mangga itu lagi.

Tepat pada saat itu, saya mendengar bunyi yang sangat keras “tup.” Saya berpikir, “Ini pasti mangga besar!” Saya membaca paragraf Fa itu lagi, dan berkata pada diri sendiri: “Tidak boleh mungut mangga!”

Kemudian saya berpikir, “Ini akan menjadi yang terakhir.” Saya seperti terpesona. Saya berjalan dan dengan lembut mengambilnya. Saya membawanya ke mobil saya seolah-olah itu adalah harta karun. Saya menghibur diri, “Saya biasanya tidak memperhatikan makanan. Buah ini akan membusuk jika tidak ada yang memungutnya.” Jadi saya melihat sekeliling dan mengambil beberapa lagi. Ketika manga saya makan di rumah, saya menemukan manga tidak ada rasa sama sekali! Saya akhirnya sadar, dan menyadari bahwa saya salah.

Guru memberi tahu kita,

“... Ada kalanya anda merasa bahwa benda tersebut adalah milik anda, orang lain pun memberi tahu benda itu adalah milik anda, tetapi sebenarnya itu bukan milik anda. Anda mungkin beranggapan itu memang milik anda, akhirnya itu bukan milik anda, dengan demikian ingin melihat apakah terhadap hal ini anda dapat melepas, jika tidak dapat melepas, itu berarti keterikatan hati, maka perlu digunakan cara ini guna menyingkirkan rasa kepentingan anda, inilah masalahnya. Karena manusia biasa tidak menyadari prinsip ini, selalu bersaing dan bertengkar bila dihadapkan pada kepentingan pribadi.” (Ceramah Tujuh, Zhuan Falun)

Guru juga berkata,

“Yang tidak mampu melihat barulah dapat disebut sebagai kultivasi. Di tengah kesesatan, di tengah godaan dari berbagai macam kepentingan di dunia ini, anda masih dapat menelusuri jalan Dewa dengan mengikuti kriteria orang Xiulian, itu memang tidaklah sederhana.” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa Peringatan 25 tahun Penyebaran Dafa”)

Saya berulang kali melafalkan dua paragraf ini. Saya tidak yakin apakah saya akan mampu menahan diri untuk tidak memungut manga lagi keesokan harinya. Saya pikir saya tidak peduli dengan nama dan keuntungan manusia biasa dan saya tidak tergoda oleh keuntungan. Namun, di lubuk hati yang terdalam, saya menghargai kenangan masa kecil saya tentang memungut mangga yang jatuh..

Ketika saya tiba di taman untuk melakukan latihan keesokan paginya, jalan menuju mobil saya dipenuhi dengan mangga yang jatuh. Saya mengabaikannya. Ketika kami mulai melakukan meditasi duduk, saya mendengar suara mangga jatuh. Saya mengabaikannya dan tidak lagi mendengarnya. Saya melewati ujian. Saya telah melepaskan keterikatan mendalam saya!

Saya sekarang telah berpartisipasi dalam platform menelepon selama satu tahun. Ketika musim mangga datang lagi, sepertinya ada banyak mangga berjatuhan di taman. Terkadang sampai menutupi tempat parkir. Saya mengesampingkannya dan meletakkannya di samping sehingga orang lain dapat dengan mudah melihat dan mengambilnya.

Lavender Mekar

Bunga lavender baru-baru ini mulai bermekaran di taman di luar kelas saya. Saya biasanya tidak memperhatikan bunga, tetapi saya tertarik dengan lavender ini. Setelah kelas belajar saya berdiri di sebelah taman dan memandangi bunga-bunga untuk waktu yang lama. Kemudian saya bertanya kepada seorang siswa yang duduk di sebelah jendela: “Bolehkah saya minta beberapa bunga ini?” Siswa itu menjawab ya dan memberi saya gunting.

Ketika saya pulang ke rumah, saya mengeluarkan vas yang diberikan saudara perempuan saya dan menaruh bunga di dalamnya. Saya berkata: "Cantik sekali!" karena saya mengaguminya.

Seminggu kemudian, di taman di luar kelas lain tempat saya mengajar, saya melihat bunga lavender bermekaran. Bunga-bunga ini tampak lebih indah. Saya tertarik lagi.

Setelah kelas belajar, saya meminta gunting kepada ketua kelas. “Lavender di taman sangat indah. Saya ingin membawa pulang,” dan kemudian saya bertanya: “Apakah boleh?” Saya tahu dia tidak akan menyangkal saya, karena saya seorang guru. Saya hanya memintanya agar semuanya terlihat logis. "Tentu saja!" Dia memberi saya gunting. Saya memotong lebih banyak dari pada bunga yang saya petik terakhir kali.

Ketika saya mengembalikan gunting, siswa lain yang sering membuat masalah di kelas tiba-tiba berteriak, “Hei! Guru kita mencuri bunga!”

Para siswa yang sedang makan siang di dalam kelas langsung terdiam. Semua orang menatap saya. Wajah saya merasa panas. Saya berkata: “Saya sudah bertanya kepada ketua kelas dan dia bilang tidak apa-apa,” berpura-pura tidak ada yang salah.

Siswa yang sering membuat masalahitu berkata: "Jika seorang gadis mencuri bunga, dia akan mencuri suami orang ketika dia dewasa!"dia juga menambahkan "Nenek saya mengatakan itu pada saya!" Saya tidak marah. Saya tahu salah. Itu cukup memalukan. Untungnya, para siswa segera fokus pada makan siang mereka.

Hari itu saya memiliki pendapat yang berbeda tentang siswa ini. Dia adalah anak yang hiperaktif. Selama kelas belajar, dia makan, bermain ponsel, sering berpindah tempat duduk dan mengganggu siswa lain. Saya mengkritiknya dan harus membawanya kembali ke tempat duduknya. Tapi hari itu, dia benar. Meskipun dia sering membuat masalah, dia tahu apa yang baik dan apa yang buruk.

Karena kejadian itu, saya merasa malu membawa bunga itu ke tempat parkir. Siswa yang “membuat masalah” itu kemudian dengan antusias berusaha membantu saya. Dia akhirnya mencarikan kantong plastik untuk saya menaruh bunga.

Dalam perjalanan pulang, saya tidak merasa enak. Sebagai seorang guru, saya membuat contoh yang tidak baik untuk seluruh kelas. Saya menunjukkan keserakahan. Lebih buruk lagi, saya mempermalukan nama seorang praktisi Falun Dafa!

Di rumah, saya meletakkan bunga di vas dan mengambil foto. Saya mengirim foto itu ke putra dan putri saya. Saya ingin menceritakan kisah ini kepada mereka. Mereka memuji bunga itu dan berkata bahwa bunga itu indah. Mereka bertanya dari mana saya mendapatkan.

Saya menjawab: “Saya mengambilnya dari taman di luar kelas.”

“Apakah boleh memetik bunga di sekolah?” Anak saya mengirim kembali ikon beruang dengan pertanyaan dan tanda seru.

Saya menjelaskan: “Seorang siswa berteriak bahwa guru mencuri bunga. Saya malu.Dia benar. Sebagai guru, saya tidak boleh mengambil bunga sekolah. Saya akan meminta maaf kepada kelas minggu depan dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi.”

Minggu berikutnya saya menulis cerita lanjutan dan membacakannya kepada para siswa:

“Setelah itu banyak siswa menunjuk siswa yang mengatakan saya mencuri, dan mengklaim bahwa dia mengambil dua ikat besar lavender hari itu dan membawanya pulang.”

“Saya bertanya kepada siswa apakah dia membawa pulang bunga itu karena dia melihat saya melakukannya. Dia menjawab dengan keras: 'Ya benar!'”

“Saya tidak boleh memberikan contoh yang buruk kepada siswa. Itu tugas saya memberitahu mereka untuk melakukan sesuatu yang benar. Saya seharusnya tidak melepaskannya demi menyelamatkan muka. Saya memutuskan untuk memperbaiki keadaan.”

Ketua kelas angkat bicara: “Guru, Anda tidak salah, bukankah begitu? Anda meminta izin saya sebelum memetik bunga.”

Saya jelaskan: “Jika itu adalah kebunmu, dan anda memberi izin, maka itu tidak akan menjadi masalah, tapi ini milik sekolah dan bukan milik siapa pun."

Seorang siswa berkata: “Tapi kami yang menyiram.

Saya berkata: “Itu masih bukan milikmu. Meja dan kursi di kelas ini bukan milik anda pribadi.”

Saya bertanya kepada para siswa: “Jika kita melihat bunga-bunga indah di taman umum, bolehkah kita memetiknya dan membawanya pulang?”

Mereka semua berkata serempak:"Tidak, tidak boleh!"

Saya bilang: "Itu benar!Di taman umum ada rambu-rambu yang mengatakan tidak boleh merusak bunga dan pohon. Jika anda memetik bunga, maka anda dengan sengaja melanggar hukum.”

Saat saya berbicara, saya merasa lebih malu. Bukankah ini yang sering saya katakan kepada polisi daratan dan jaksa ketika saya menelepon mereka?

Saya berkata: “Ini adalah sekolah umum. Tidak seorang pun boleh mengambil milik umum sebagai miliknya sendiri, bahkan kepala sekolah atau guru pun tidak boleh.”

Saya berkata dengan tulus: “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada siswa yang menunjukkan perbuatan saya yang salah. Jika dia tidak menghentikan saya, saya mungkin akan terus melakukannya.”

Memiliki Rasa Belas Kasih Kepada Polisi, Kejaksaan, dan Aparat Kehakiman

Guru memberi tahu kita,

“Sebagian orang demi suatu keuntungan pribadi, melalui cara yang tidak layak telah memperoleh benda yang semestinya bukan jadi miliknya, dia mengira telah memperoleh keuntungan atas kerugian orang lain, sesungguhnya keuntungan yang mereka peroleh adalah hasil penukaran De sendiri dengan orang lain, hanya saja mereka tidak menyadari. Bagi praktisi Gong akan dikenai potongan pada Gong-nya, bagi nonpraktisi akan dikenai potongan pada usia, atau pengurangan pada aspek lain. Pendek kata, bagaimanapun juga utang ini harus diperhitungkan, ini adalah prinsip langit.” (Bab III Xiulian Xinxing, Falun Gong)

Ketika saya menelepon polisi, jaksa, dan petugas pengadilan di Tiongkok, saya sering memberi tahu mereka: “Menganiaya praktisi Falun Dafa tidak hanya bertentangan dengan konstitusi Tiongkok, tetapi juga merupakan tindakan kriminal yang serius secara internasional. Ketika PKT didakwa atas kejahatannya, anda akan dimintai pertanggungjawaban—maka anda tidak dapat melindungi diri sendiri, apalagi keluarga anda.”

Saya berusaha berbelas kasih kepada polisi, kejaksaan, dan personel peradilan ini, dan berusaha memahami mereka. Dari Fa saya tahu bahwa yang baik dan yang jahat hidup berdampingan. Orang-orang ini tidak jauh berbeda dari saya meskipun saya dibesarkan dalam masyarakat yang bebas. Ketika mereka ikut serta dalam penganiayaan, secara aktif atau pasif, mereka berjuang membuat pilihan antara yang baik dan yang jahat.

Mereka memilih kejahatan karena mereka tidak memiliki petunjuk yang benar. Mereka tidak bisa melawan lingkungan di Tiongkok, dan menyerah pada tirani dan memilih mengutamakan keuntungan pribadi.

Seperti yang Guru katakan,

“Manusia memang demikianlah hidup di dunia, betapa menyedihkan wahai manusia, namun manusia malah tidak dapat melihat jelas di tengah apa yang disebut realitas, juga tidak ingin melihatnya dengan jelas.” (“Penguraian Fa pada Konferensi Praktisi Wilayah Asia Pasifik,” Ceramah di Berbagai Tempat 6)

Guru juga memberi tahu kami,

"Kita di sini adalah orang Xiulian, kita hanya boleh menggunakan sisi baik, tidak boleh menggunakan sisi jahat.”(Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Switzerland)

Kita para praktisi Dafa hanya dapat menggunakan belas kasih yang telah kitakultivasikan untuk menembus tempurung di sekitar orang-orang ini dan membantu mereka memahami bahwa mereka harus memilih yang baik untuk untungkan diri mereka sendiri dalam jangka panjang.

Di kedua ujung saluran telepon, satu adalah seorang kultivator yang berada di jalan menuju dewa, dan di ujung lainnya adalah seseorang yang menunggu untuk diselamatkan. Saya percaya usaha dan ketekunan saya akan membawa lebih banyak orang ke masa depan yang cerah.

Kata Penutup

Di jalur kultivasi saya, ketika saya tersesat, Guru sering memberi petunjuk agar saya bisa sadar tepat waktu dan mengoreksi diri.

Saya berterima kasih kepada semua orang yang saya temui di jalan saya. Mereka menciptakan lingkungan untuk kultivasi saya.

Saya ingin berbagi cerita dengan rekan-rekan praktisi. Tidak ada hal kecil dalam berkultivasi. Tidak ada yang kebetulan. Kita harus menggunakan setiap kesempatan untuk memperbaiki diri. Ketika saya melihat keterikatan manusia saya sendiri, yang penting adalah mencari ke dalam dan berkata pada diri sendiri: “Berhenti!”