Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Wanita Dalian Meninggal di Penjara Tiga Tahun Setelah Ditolak Pembebasan Bersyarat Medis

18 Jan. 2022 |   Oleh koresponden Minghui di Provinsi Liaoning, Tiongkok

(Minghui.org)

Nama dalam tulisan Mandarin: 仲淑娟
Jenis Kelamin: Wanita
Umur: 66 tahun
Kota: Dalian
Provinsi: Liaoning
Pekerjaan: Karyawan Universitas Teknologi Dalian
Tanggal Meninggal: 24 Desember 2021
Tanggal Penangkapan Terakhir: 28 Juni 2016
Tempat Penahanan Terbaru: Penjara Wanita Liaoning

Seorang wanita berusia 66 tahun di Kota Dalian, Provinsi Liaoning menderita penyiksaan jangka panjang dan menderita kanker payudara saat menjalani hukuman karena berlatih Falun Gong. Zhong Shujuan (wanita) meninggal di Penjara Wanita Liaoning pada tanggal 24 Desember 2021, tiga tahun setelah permintaan pembebasan bersyarat medisnya ditolak. Tubuhnya dikremasi di hadapan polisi, jaksa dan hakim yang terlibat dalam menghukumannya.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual dan meditasi tradisional yang telah menjadi target oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999.

Selama 22 tahun terakhir, Zhong ditangkap tujuh kali dan dipenjarakan total 12 tahun karena mempertahankan keyakinannya. Ia ditahan di Pusat Penahanan Dalian selama 18 hari, pusat rehabilitasi narkoba selama 28 hari, Kamp Kerja Paksa Dalian selama dua tahun 40 hari, dan Kamp Kerja Paksa Masanjia dua kali, selama dua tahun empat bulan pertama kali dan dua tahun dan 16 hari kedua kalinya. Selain itu, Zhong ditahan di Pusat Pencucian Otak Luotaishan selama 21 hari pada bulan Juli 2009, dan di rumah sakit selama 15 hari pada bulan Maret 2016. Ia dijatuhi hukuman 7,5 tahun setelah penangkapan terakhirnya pada tanggal 28 Juni 2016 dan tetap ditahan sampai ia meninggal dunia pada tanggal 24 Desember 2021.

Zhong bukan satu-satunya dalam keluarganya yang terkena penganiayaan. Putrinya Li Xiuli menderita gangguan mental pada tahun 2007 di usia 27 tahun, sebagai akibat dari pelecehan jangka panjang oleh pihak berwenang. Ia tidak pernah pulih setelah serangan traumatis polisi ketika ia sendirian di rumah. Setelah salah satu penangkapan terhadap ibunya, Li dan ayahnya Li Kuan sangat trauma sehingga mereka tidak meninggalkan rumah selama lebih dari 40 hari. Mereka tidak berani menjawab panggilan telepon atau membuka pintu. Orang-orang mengira mereka telah mati dan baru mengetahui bahwa mereka masih hidup setelah menerobos masuk paksa ke apartemen mereka.

Setelah penangkapan terakhir Zhong pada tahun 2016, suaminya ditahan selama setengah bulan dan kemudian dijatuhi hukuman tiga setengah tahun masa percobaan. Kesehatan mental putri mereka semakin memburuk.

Ditangkap Bersama Putrinya dan Ditahan Selama Hampir Dua Bulan

Zhong, yang bekerja di toko suvenir Universitas Teknologi Dalian selama 20 tahun, mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1994. Ia pulih dari radang sendi parah dan temperamennya juga membaik. Ia dihargai oleh rekan kerjanya atas kerjanya yang baik.

Pada bulan Desember 2000, beberapa bulan setelah penindasan Falun Gong dimulai, Zhong dan putrinya berencana naik bis jarak jauh ke Beijing untuk memohon hak berlatih Falun Gong. Dengan praktisi Falun Gong datang ke Beijing dari seluruh negeri, polisi Dalian mencari praktisi dengan memerintahkan semua penumpang bis untuk secara lisan memfitnah pencipta Falun Gong. Siapa pun yang tidak melakukannya akan dibawa pergi.

Karena Zhong dan putrinya menolak untuk mematuhi, mereka digeledah dan dibawa ke Pusat Rehabilitasi Narkoba Dalian dan dianiaya.

Polisi memeras lebih dari 4.000 yuan dari suami Zhong, Li Kuan. Mereka terus memeras uang darinya setiap kali mereka menangkap istrinya dan Li Kuan menuntut pembebasan istrinya. Polisi juga mengancam putri pasangan itu dengan hukuman penjara jika putrinya menolak untuk melepaskan Falun Gong. Ketika wanita muda itu menolak untuk melepaskan keyakinannya, ia ditahan selama 18 hari.

Di Pusat Rehabilitasi Narkoba Dalian, Zhong menolak untuk membacakan peraturan Pusat Rehabilitasi sebagai suatu cara untuk memprotes secara damai atas penahanannya yang ilegal. Para penjaga memborgolnya dan membuatnya bersandar ke dinding. Mereka mengintimidasinya dan tidak mengizinkannya tidur sampai pagi. Seorang penjaga menampar wajah putrinya lebih dari 20 kali. Mereka membangunkannya keesokan harinya pada pukul 5 pagi dan memaksanya untuk berdiri sambil membungkuk sepanjang hari.

Zhong dipindahkan ke Pusat Penahanan Dalian 28 hari kemudian. Tidak lama setelah itu ia dijatuhi hukuman dua tahun di Kamp Kerja Paksa Dalian.

Penyiksaan Brutal dan Pelecehan Seksual di Kamp Kerja Paksa

Di Kamp Kerja Paksa Dalian, seorang narapidana bermarga Gao menampar wajah Zhong dan menyiksanya karena Zhong mengatakan akan terus berlatih Falun Gong. Para penjaga menyuruhnya membungkuk hingga kepalanya di antara kedua kakinya dan kedua tangan menyentuh bagian belakang kepalanya. Mereka memukulinya jika ia bergerak. Untuk memprotes penganiayaan, semua praktisi Falun Gong yang ditahan di kamp kerja paksa memulai mogok makan. Mereka dibawa ke sebuah ruangan di mana mereka harus tidur di kasur jerami tipis di atas lantai.

Para praktisi dibawa ke kantin keesokan harinya. Saat nama mereka dipanggil satu per satu, dua penjaga pria menangkap mereka dan menyeret mereka keluar dan memaksa mereka masuk ke dalam bis. Sementara para penjaga mengancam akan membawa mereka ke Kamp Kerja Paksa Masanjia yang terkenal kejam, bis hanya berputar di sekitar kamp kerja paksa dua kali dan berhenti di gedung kumuh lain di dekatnya.

Setelah Zhong dipindahkan kembali ke Kamp Kerja Paksa Dalian, para penjaga melarangnya tidur dan terus menyiksanya. Ia dikurung di sel isolasi tiga kali.

Ketika ia memulai mogok makan untuk memprotes, para penjaga mencekok paksa Zhong dengan selang hidung yang sudah digunakan pada orang lain tanpa membersihkannya. Masih ada tepung jagung, debu, dan rambut di selang. Untuk menambah penderitaannya, penjaga berulang kali menarik selang masuk dan keluar dari hidungnya, menyebabkan ia menjerit kesakitan. Para penjaga juga mengatur para lulusan muda dari akademi kepolisian untuk menonton pencekokan makan, untuk mendemonstrasikan cara menyiksa orang.

Karena Zhong menolak untuk mulai makan, para penjaga memborgol pergelangan tangannya di belakang punggungnya dan menguncinya di sel isolasi. Mereka membuka jendela dan pintu untuk memaparnya ke hembusan angin musim dingin.

Peragaan penyiksaan: Lengan diborgol ke belakang

Zhong dikurung di sel isolasi untuk ketiga kalinya karena tidak memakai label nama kamp kerja paksa. Para penjaga menggeledahnya sebelum menguncinya di sel. Kemudian mereka menanggalkan pakaiannya, menyumbat mulutnya dengan kain kotor, dan menggantungnya di batang logam di sel. Kemudian mereka menarik kakinya ke dua arah berlawanan, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Mereka menusuk kakinya dengan gunting kecil. Mereka meletakkan kursi di bawahnya dan terus membenturkan sudut kursi yang tajam ke bagian alat kelaminnya. Mereka juga menendang alat kelaminnya dan menikamnya dengan gagang pel yang runcing. Bagian alat kelaminnya robek, bernanah, dan bengkak. Ia berdarah banyak. Sangat menyakitkan sehingga Zhong berteriak dan memuntahkan keluar kain yang disumbat ke mulutnya. Tali yang digunakan untuk mengikatnya juga putus dalam perjuangannya.

Para penjaga kemudian mengisi botol coca cola bekas dengan air dan menuangkannya ke mulutnya. Jika ia menolak untuk membuka mulutnya, mereka memukulnya dengan botol ini. Akibatnya mulutnya bengkak. Para penjaga kemudian membawa selembar kertas dan pena dan memerintahkannya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Ketika ia menolak, para penjaga terus menyiksanya.

Penyiksaan dimulai pada pukul 1 siang dan berlangsung hingga pukul 8 malam. Ketika Zhong akhirnya diturunkan dari gantungan, ia pingsan. Kaki dan lengannya sangat lemah, dan celananya basah oleh darah dan air seni. Tiga narapidana yang menyiksanya memerintahkannya untuk menulis, “Saya salah karena tidak memakai label nama kamp kerja paksa.”

Dua penjaga kemudian menyeret Zhong ke ruang “pengawasan yang ketat” dan mengikatnya ke ranjang kematian. Hanya ada beberapa papan kayu di tempat tidur, dan tidak ada selimut atau seprai. Bagian alat kelaminnya berdarah, membasahi papan. Mereka juga memasang alat penyiksaan seperti helm di kepalanya.

Ia kemudian diizinkan pergi ke toilet dua kali sehari. Tangannya bengkak parah akibat siksaan ranjang kematian. Ketika ia pergi ke toilet atau makan, penjaga hanya membuka borgol di satu tangan. Tangan Zhong sangat terluka sehingga ia tidak bisa menggenggam apa pun pada saat itu. Butuh waktu lama baginya untuk secara bertahap memulihkan kembali perasaan di tangannya.

Zhong ditinggalkan di ranjang kematian selama delapan hari, dan mengalami luka tekan. Ketika penjaga melepaskan helm dari kepalanya, ada benjolan yang menyakitkan di kepalanya dan telinganya merah dan bengkak. Baru saat itulah para penjaga menghentikan babak penyiksaan.

Zhong tidak bisa tidur di malam hari karena rasa sakit. Namun para penjaga masih memaksanya untuk melakukan pekerjaan yang tidak dibayar tanpa memberinya waktu untuk pulih. Untuk mencegah narapidana lain melihat luka-lukanya, para penjaga tidak mengizinkannya mandi, dan memperpanjang hukumannya selama 40 hari.

Selain penyiksaan terus-menerus, para penjaga juga sering menggeledah tubuh Zhong. Ia didenda 200 yuan sekali, ketika ditemukan memiliki sebuah ceramah Falun Gong. Ketika Zhong dibebaskan pada bulan November 2002, suaminnya membutuhkan usaha besar untuk mendapatkan kembali saldo 2.000 yuan milik Zhong di rekening toko sandang pangan di kamp kerja paksa.

Disiksa di Kamp Kerja Paksa Masanjia

Pada bulan Maret 2003, satu bulan setelah Zhong dibebaskan dari Kamp Kerja Paksa Dalian, ia dilaporkan karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di Walmart dan ia ditangkap. Ia dihukum dua tahun di Kamp Kerja Paksa Masanjia. Di sana, ia dipaksa bangun jam 4 pagi dan tidak diizinkan tidur sampai jam 11 malam atau tengah malam. Penyiksaan meningkat tiga bulan kemudian karena ia masih menolak untuk melepaskan latihan Falun Gong. Para penjaga melecehkannya secara verbal, melarangnya tidur, dan menempatkannya di tempat bersuhu dingin.

Pada musim gugur, para tahanan dipaksa untuk mengupas jagung. Zhong memiliki benjolan besar di pergelangan tangannya, yang sangat menyakitkan sehingga ia tidak dapat mengambil alat yang dibutuhkan untuk mengupas jagung. Ketika Zhong menolak untuk melanjutkan pekerjaan, penjaga memerintahkannya untuk mengepel kantin dan mengupas bawang putih.

Setelah semua jagung dikupas, para penjaga memulai upaya “transformasi” lainnya. Praktisi disiksa dan dilarang tidur jika mereka tidak melepaskan keyakinan mereka. Ada satu kali Zhong tidak diizinkan tidur selama enam hari berturut-turut. Para penjaga membuatnya berdiri dan ia tertidur sambil berdiri.

Ia pernah dipermalukan oleh sembilan narapidana yang menempelkan catatan di wajah, hidung, dan lehernya. Mereka mengenakan topi tinggi padanya dan memasang sabuk kertas dengan kata-kata yang memfitnah Falun Gong padanya. Mereka menanggalkan pakaiannya dan menulis kata-kata yang memfitnah Falun Gong di tubuh dan pakaiannya. Ia dipaksa berjalan dan dipukuli saat berjalan. Para penjaga dan narapidana mendorong, memukul, dan mencubitnya. Jenis penyiksaan ini berlangsung selama sekitar tiga bulan.

Kemudian, petugas dari departemen kepolisian datang dan menginterogasi Zhong. Mereka bertanya apakah ia telah disiksa dan juga kejahatan apa yang ia lakukan. Ia menjawab bahwa ia tidak melakukan kejahatan apa pun dan kemudian menjelaskan bagaimana ia mendapat manfaat dari berlatih Falun Gong.

Selama penganiayaan yang meningkat, praktisi hanya diberi roti jagung kukus dan acar untuk tiga kali makan, setiap hari selama enam bulan. Roti jagung tidak sepenuhnya matang dan mentah di dalam. Zhong berada di sel isolasi untuk Malam Tahun Baru Imlek 2005. Mereka memperpanjang masa hukumannya empat bulan sebelum ia dibebaskan pada Juli 2005.

Periode Kedua di Kamp Kerja Paksa Masanjia

Pada bulan Maret 2007, Zhong dilaporkan karena menyebarkan materi informasi Falun Gong. Ia ditangkap oleh petugas dari Kantor Polisi Jalan Huadong dan dihukum dua tahun kerja paksa lagi di Kamp Kerja Paksa Masanjia. Setiap hari, ia dipaksa melakukan kerja paksa dari jam 5 pagi hingga tengah malam, dibebani pekerjaan yang dilakukan oleh tiga orang.

Ilustrasi penyiksaan: Diborgol, disetrum dengan tongkat listrik, dipukuli, dan ditendang

Pada akhir bulan Juli 2007, penjaga Zhao Guorong memerintahkan narapidana lain untuk memaksa Zhong menandatangani formulir evaluasi. Mereka memukulinya ketika ia menolak untuk menandatangani. Mereka mendorongnya ke lantai dan memukulinya dengan keras. Pakaiannya robek dan seluruh tubuhnya memar. Tangannya berdarah. Zhao membenturkan kepalanya ke lemari logam, mengakibatkan benjolan besar di kepalanya.

Zhao kembali memerintahkan narapidana untuk membuat Zhong menandatangani formulir evaluasi pada akhir Agustus. Narapidana lain menyetrumnya dengan tongkat listrik. Ketika Zhong melawan, seorang narapidana memutar lengan kanannya ke belakang dan mendorongnya ke meja. Dua narapidana kemudian menggenggam tangannya dan mencoba membuatnya menandatangani.

Karena Zhong masih menolak menandatangani formulir pada bulan Oktober, Zhao memukulinya dan menyeretnya ke kantor. Sepatu Zhong jatuh dan pakaiannya robek saat diseret. Zhao menampar wajahnya dan memukulinya dengan tongkat yang ditutupi kain. Zhong pingsan dan hidungnya mulai berdarah. Narapidana lain memukulnya dengan sandal hingga pakaian dan wajahnya berlumuran darah.

Penjaga lain memerintahkan para dokter untuk menggunakan “Penyiksaan Peregangan” padanya. Kepalanya diposisikan di bawah ranjang tingkat atas, tangannya diborgol ke kedua sisi ranjang tingkat atas, dan kakinya diikat ke rangjang tingkat bawah dengan menggunakan batang logam berbentuk segitiga, memaksanya untuk membungkuk. Sulit untuk bertahan dengan posisi ini untuk beberapa menit, tetapi ia diregangkan seperti ini selama dua hari.

Peragaan penyiksaan: Penyiksaan regangan di Kamp Kerja Paksa Masanjia

Zhong sedang bekerja di bengkel pada tanggal 30 November 2007, ketika Zhao memerintahkannya untuk menandatangani formulir evaluasi lagi. Ketika Zhong menolak, Zhao menampar wajahnya, mendorongnya ke lantai dan menendangnya dengan keras. Zhong muntah darah. Mulutnya robek, wajahnya bengkak, dan seluruh tubuhnya memar. Sangat menyakitkan baginya untuk bernapas atau berbicara setelah itu, dan ia mengalami kesulitan berbaring dan bangun. Ia hampir tidak makan apa-apa selama lebih dari sepuluh hari, namun ia dipaksa untuk melanjutkan pekerjaan meskipun kondisinya seperti itu.

Zhong mengalami serangan panik akibat penyiksaan. Jika seorang penjaga menggeledah selnya di malam hari dan menyentuhnya, ia akan ketakutan dan berteriak, “Seseorang memukuli saya! Seseorang memukuli saya!”

Dihukum 7,5 Tahun Penjara

Zhong ditangkap oleh petugas dari Kantor Polisi Zhonghualu pada tanggal 11 Maret 2016, ketika ia berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Ia melompat dari lantai dua kantor polisi untuk melarikan diri dan terluka. Ia dibawa ke Rumah Sakit Rakyat No.3 Dalian, di mana ia diawasi oleh polisi. Laporan CT dan MRI menunjukkan bahwa punggung bawahnya terluka. Zhong bersikeras untuk kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit selama 15 hari.

Sesampai di rumah, ia mempelajari buku-buku Falun Gong dan melakukan latihan Falun Gong setiap hari. Ia segera bisa duduk, berjalan, dan melakukan pekerjaan rumah lagi. Namun, setelah kesehatannya pulih, ia ditangkap lagi.

Polisi menerobos masuk ke rumah Zhong pada pagi tanggal 28 Juni 2016. Mereka menyita puluhan salinan buku-buku Falun Dafa, foto-foto pencipta Falun Gong, komputer, printer, dan CD burner, di antara barang-barang lainnya. Keluarganya yang terdiri dari tiga orang dibawa ke Kantor Polisi Chunhai. Suaminya dan putrinya yang cacat mental dibebaskan malam itu dan ditempatkan di bawah pengawasan perumahan.

Zhong dipindahkan ke Pusat Penahanan Yaojia di Dalian. Penangkapannya disetujui pada tanggal 22 Juli, dan ia kemudian dijatuhi hukuman 7,5 tahun. Zhong ditahan di pusat penahanan selama lebih dari dua tahun dan dipindahkan ke Penjara Wanita Liaoning pada tanggal 28 Agustus 2018.

Meskipun undang-undang mengizinkan tahanan untuk mengajukan banding atas keputusan terhadap mereka, Penjara Wanita Liaoning memblokir praktisi Falun Gong untuk mengajukan banding dan juga memaksa mereka untuk menulis pernyataan jaminan untuk melepaskan keyakinan mereka. Mereka yang menolak tidak diberi kertas toilet atau pembalut. Barang-barang Zhong dan beberapa praktisi lainnya disita saat tiba di penjara. Mereka tidak diberi tisu toilet selama setengah tahun dan dipaksa untuk membersihkan diri dengan sedikit air.

Setelah dipenjara selama 3,5 tahun, Zhong didiagnosa menderita kanker payudara. Keluarganya meminta pembebasan bersyarat medis, tetapi permintaan mereka ditolak. Ia meninggal pada tanggal 24 Desember 2021.

Penderitaan Keluarga: Anak Perempuan Cacat Mental, Suami Ditahan Selama Setengah Bulan

Penganiayaan merenggut nyawa Zhong, tetapi juga menyebabkan kehancuran yang tidak dapat dipulihkan pada suami dan putrinya.

Putri Zhong, Li Xiuli, adalah anak yang patuh di rumah dan siswa berprestasi di sekolah teknik yang berafiliasi dengan Universitas Keuangan & Ekonomi Dongbei. Ia berusia 20 tahun ketika lulus dari perguruan tinggi pada tahun 1999. Ayahnya menggunakan koneksinya untuk mencarikan pekerjaan, tetapi ia bersikeras mencari pekerjaan sendiri.

Saat itu tahun 2003 ketika rumah Zhong digeledah oleh petugas dari Kantor Polisi Jalan Huadong. Li muda, saat itu berusia 24 tahun, mencoba menghentikan mereka. Polisi menyeretnya dari lantai empat ke lantai satu dan kemudian ke kantor polisi. Ia ketakutan dan menjadi depresi. Ketika rumah mereka digeledah untuk kedua kalinya pada tahun 2007, ia hanya seorang diri di rumah dan mengalami trauma. Ia menderita depresi dan telah sakit mental sejak itu. Ia sering meninggalkan rumah dan berkeliaran. Ayahnya, Li Kuan menderita tekanan luar biasa dari penganiayaan dan penyakit putrinya, kesehatan Li Kuan memburuk, menyebabkan ia kehilangan semua giginya.

Setelah salah satu penangkapan Zhong, suami dan putrinya tidak berani meninggalkan rumah selama lebih dari 40 hari dan hanya makan bubur nasi. Mereka sangat trauma sehingga mereka tidak menjawab panggilan telepon atau membuka pintu jika ada yang mengetuk. Tempat kerja suaminya, Dalian Petroleum Chemical Company, mengira bahwa ayah dan anak perempuannya telah meninggal di rumah dan memasuki rumah mereka dengan paksa, saat itulah mereka mengetahui kedua ayah dan anak itu masih hidup.

Putri Li kemudian dibawa ke rumah sakit jiwa dan setelah beberapa perawatan, ia ingin melihat ibunya. Ayahnya membawanya ke Kamp Kerja Paksa Masanjia, tetapi permintaan untuk menemui Zhong ditolak. Putri Li berlutut dan memohon kepada penjaga, tetapi penjaga tetap menolak. Putri Li menangis dan pergi. Setelah itu, ia menjadi mudah tersinggung dan gelisah, dan gejalanya memburuk. Ia sering meninggalkan rumah dan lari jauh. Ayahnya harus mencarinya ke mana-mana. Kondisi putri Li memburuk setiap kali ibunya ditangkap.

Putri Li terus menangis pada tahun 2017, setelah tidak melihat ibunya selama lebih dari setahun setelah penangkapan terakhirnya. Ayahnya tidak punya pilihan selain membawa putrinya ke pusat penahanan. Putri Li menangis ketika penjaga mengatakan kepadanya bahwa kunjungan tidak diperbolehkan.

Pihak berwenang tidak memberitahukan Li Kuan setelah mengadakan sidang rahasia terhadap istrinya pada tanggal 10 April 2017. Ketika Li Kuan pergi ke pengadilan beberapa bulan kemudian untuk menanyakan kasusnya, hakim menolak memberikan kabar terbaru, tetapi memerintahkannya menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Li Kuan dipanggil oleh hakim yang sama pada awal bulan Februari 2018. Hakim menyuruhnya untuk menandatangani pernyataan jaminan tetapi Li Kuan kembali menolak.

Li Kuan menerima telepon dari hakim yang sama pada tanggal 7 Maret 2018. Ia pergi ke pengadilan, dan ditangkap di tempat. Saat ia ditahan, komite lingkungan menggeledah rumahnya. Kesehatan putrinya dengan cepat menurun setelah penangkapan Li Kuan dan putrinya tidak bisa tidur di malam hari.

Karena Li Kuan menolak menandatangani pernyataan jaminan, ia tidak diizinkan kembali ke rumah. Petugas menunjukkan kepadanya video putrinya menangis di rumah. Tanpa pilihan lain, Li Kuan menandatangani pernyataan tersebut. Setelah itu, ia baru mengetahui bahwa ia telah dijatuhi hukuman percobaan 3,5 tahun. Ia dibebaskan setelah setengah bulan tetapi dipaksa memakai alat pelacak elektronik dan dilarang bepergian ke Kota Shenyang untuk mengunjungi kerabatnya.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

Ms. Zhong Shujuan from Dalian, Liaoning Province Sentenced to Forced Labor Camp for the Third Time

Falun Dafa Practitioners Cruelly Tortured in Masanjia Forced Labor Camp

Detained Five Times, Severely Persecuted for Six and a Half Years

Elderly Ms. Zhong Shujuan Arrested Again

Dalian Falun Gong Practitioner Almost Paralyzed after Being Detained for Six Months

With Both Parents Detained for Their Faith, Mentally Disabled Daughter Faces Even More Challenges