(Minghui.org) Pada 2021, 5.886 praktisi Falun Gong telah dikonfirmasi ditangkap dan 10.527 dilecehkan karena keyakinan mereka.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh PKT (Partai Komunis Tiongkok) sejak 1999.
Kasus penangkapan baru yang telah terkonfirmasi termasuk 841 yang terjadi pada 2020 dan 5.045 pada 2021. Untuk pelecehan, 10.527 kasus yaitu 7 kasus di 2016, 1.275 kasus di 2020 dan 9.245 kasus di 2021.
Kasus-kasus baru tersebut juga membuat total jumlah penangkapan dan pelecehan pada tahun 2020 yaitu 8.160 untuk penangkapan dan 10.973 untuk pelecehan.Karena sensor informasi ketat di Tiongkok, banyak kasus yang tidak selalu dapat dilaporkan tepat waktu, juga tidak semua informasi tersedia.
April hingga Juni 2021 tercatat lonjakan besar dalam kasus penangkapan dan pelecehan. Rata-rata bulanan 1.620 kasus pelecehan antara tiga bulan ini, dua kali lipat jumlahnya pada Maret dan enam kali lebih banyak dari jumlah di Februari.
Beberapa penangkapan kelompok terjadi di Mei dan Juni, termasuk penangkapan 13 praktisi di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu pada 10 Mei; 26 praktisi di Kota Tangshan, Provinsi Hebei pada 12 Mei; 9 praktisi di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu pada 13 Mei; 16 praktisi di Kota Jiaozhou, Provinsi Shandong pada 2 Juni; 28 praktisi di Kota Mudanjiang, Provinsi Heilongjiang pada 10 Juni; dan 26 praktisi di Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning pada 11 Juni.
Peningkatan tiba-tiba pada April-Juni 2021 adalah akibat dari lanjutan kampanye pelecehan “Sapu-bersih” yang dilancarkan pada 2020 dan bertujuan untuk memaksa setiap praktisi di daftar hitam pemerintah untuk melepaskan keyakinan mereka. Peningkatan ini juga karena penganiayaan yang semakin intensif di sekitar “tanggal-tanggal sensitif” PKT, 25 April (peringatan 10.000 praktisi Falun Gong yang mengadakan protes penuh damai diluar komplek pemerintah pusat pada 1999 untuk hak mempraktikkan keyakinan mereka) dan 13 Mei (peringatan pengenalan Falun Gong ke publik) untuk mencegah praktisi berbicara tentang penganiayaan. Kampanye “pemeliharaan stabilitas” sebelum peringatan seratus tahun PKT pada 1 Juni juga adalah contoh lain dari penganiayaan yang lebih intensif dari Partai yang menargetkan praktisi.
Dengan adanya Olimpiade Musim Dingin 2022 yang akan diadakan di Tiongkok dari 4 hingga 20 Februari, PKT telah memulai ronde kampanye lain untuk “menjaga stabilitas nasional,” khususnya di tiga zona Olimpiade, Beijing, Yanqing (Distrik rural Beijing), dan Zhangjiakou di Provinsi Hebei. Taktik serupa digunakan ketika Olimpiade digelar di Beijing pada 2008.
Untuk lebih jauh mencegah praktisi berbicara, pihak berwenang memasang kamera pengawas di seluruh Tiongkok dan dengan ketat menyensor internet, menyaring informasi yang dianggap sensitif.
Praktisi di Liaoning, Chongqing, dan Hebei ditangkap di rumah mereka sendiri oleh polisi di Henan, yang melakukan perjalanan ratusan mil untuk menangkap mereka, setelah mengetahui mereka mengirimkan informasi Falun Gong di sebuah platform media sosial populer, WeChat. Dalam peristiwa lain, seorang wanita di Kota Dalian, Provinsi Liaoning ditangkap dan kemudian dihukum, 4,5 tahun karena memberikan informasi melalui twitter tentang penganiayaan Falun Gong dalam perjalanan ke Jepang.
Shandong berada di peringkat teratas dari seluruh wilayah dengan 1.008 penangkapan, diikuti Liaoning (605) dan Sichuan (512). Hebei (2.211), Shandong (1.595) dan Sichuan (1.083) memiliki kasus pelecehan terbanyak. Delapan belas provinsi lain tercatat memiliki kasus penganiayaan kombinasi tiga digit, enam provisi memiliki kasus dua digit dan dua wilayah memiliki kasus satu digit.
Di antara praktisi yang ditargetkan, 608 dibawa ke pusat pencucian otak, dengan Hubei memimpin dengan 124 kasus, diikuti 117 kasus di Shandong dan 81 kasus di Jilin.
Sejak penganiayaan Falun Gong dimulai tahun 1999, pihak berwenang di Kota Wuhan, Provinsi Hebei telah secara dekat mengikuti rezim dalam menekan praktisi, khususnya melalui sesi pencucian otak. Setelah kampanye “sapu-bersih” dilancarkan tahun 2020, pihak berwenang Wuhan juga menggunakan sepuluh fasilitas yang dialihfungsikan di seluruh kota dan menggunakannya untuk melaksanakan sesi pencucian otak.
Di antara praktisi yang ditangkap, 687 berusia lebih dari 65 tahun, dengan 131 berusia 80an dan 3 di antara mereka berusia 90an. 632 praktisi yang dilecehkan juga berusia lebih dari 65 tahun, dengan 219 berusia 80an dan 15 orang berusia 90an.
Setelah wanita berusia 90 tahun di Kota Jilin, Provinsi Jilin ditangkap pada 14 Mei 2021, karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong, polisi mendorongnya masuk ke mobil mereka, mengambil paksa kunci rumah, dan menggeledah rumahnya. Ia dikurung di kurungan besi di kantor polisi setempat dan dibebaskan dengan jaminan beberapa jam kemudian.
Beberapa praktisi telah berulang kali menjadi target dalam dua dekade ini karena memegang teguh keyakinan mereka. Sebagai tambahan kepada penangkapan, pelecehan, dan penahanan, beberapa juga menghadapi kehancuran finansial setelah pihak berwenang menahan uang pensiun mereka dan memerintahkan mereka mengembalikan uang yang telah mereka terima selama masa tahanan sebelumnya.
Bersamaan dengan praktisi lansia, beberapa praktisi muda yang menjadi target, termasuk seorang mahasiswa yang baru saja lulus berusia 19 tahun di Shandong dan seorang wanita berusia 27 tahun di Anhui.
Praktisi yang menjadi target berasal dari berbagai aspek kehidupan, termasuk guru, insinyur, bisnis manajer, dokter, perawat, pengemudi taksi, dan peneliti. Seorang mantan supervisor polisi di Shandong mengalami kemerosotan kesehatan setelah penangkapannya pada 9 Januari 2021. Ia sekarang menunggu hukuman penjara setelah persidangan pada 16 Desember. Telah dipaksa pindah tiga kali di 2020 setelah pemilik rumah diperintahkan oleh polisi untuk mengusirnya,seorang insinyur elektrik di Shanghai ditangkap pada 20 Oktober 2021, ketika berpergian ke kampung halamannya di Zhejiang.
Di bawah ini adalah rincian lebih detail dari berbagai kasus penganiayaan.
Ditargetkan Sebelum Hari Sensitif
Ditangkap Selama “Dua Sesi” di Beijing
Mulai pada pertengahan Februari 2021, pihak berwenang Beijing mulai melecehkan praktisi Falun Gong, dengan alasan untuk menjaga stabilitas sebelum Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok dan Kongres Rakyat Nasional antara 4 hingga 11 Maret
Dalam beberapa kasus, lusinan petugas polisi dan anggota staf komite perumahan pergi ke rumah seorang praktisi dan meminta mereka tidak meninggalkan rumah selama pertemuan tersebut. Dalam beberapa wilayah, petugas polisi juga memeriksa praktisi di rumah setiap hari.
Pada 7 Maret 2021, Huo Zhifang [Perempuan], 57, pergi untuk mengantarkan makanan untuk ayahnya yang lansia. Berjam-jam kemudian di siang itu, polisi menggeledah rumah dan menangkapnya.
Screenshot video polisi yang menangkap Huo
Ditangkap Sebelum Peringatan 100 tahun PKT
Sekelompok petugas polisi memaksa masuk ke rumah Sun Zhentie [Laki-laki] di Kota Changchun, Provinsi Jilin sekitar pukul 6:30 pagi pada 14 April 2021. Seorang polisi memperlihatkan sekilas selembar kertas yang diklaim sebagai surat penangkapan tapi langsung menyimpannya sebelum Sun bisa membacanya. Sebelum membawa pria berusia 61 tahun itu, polisi memfoto dirinya dan ke 26 buku Falun Gong miliknya. Satu dari polisi itu berkara bahwa penangkapan adalah untuk “menjaga stabilitas nasional,” karena peringatan 100 tahun berdirinya PKT akan diadakan beberapa bulan lagi.
Pada 11 Juni 2021, pihak berwenang di Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning menangkap 26 praktisi Falun Gong dan seorang anggota keluarga, mengklaim bahwa penangkapan itu adalah “hadiah” untuk perayaan seratus tahun Partai Komunis Tiongkok pada 1 Juli.
Zhong Weiling [Perempuan], 71, dari Kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu, ditangkap dan dibawa ke Pusat Penahanan Kota Lianyungang pada 16 Juni 2021. Menurut petugas pusat penahanan, karena peringatan seratus tahun berdirinya PKT yang akan datang, pihak pusat penahanan menerima antara 200 dan 300 tahanan baru setiap hari sebagai bagian dari usaha rezim untuk “menjaga stabillitas” selama perayaan itu.
Dengan cedera di kaki dan kehilangan gigi akibat penyiksaan ketika ia ditahan sebelumnya, Zhong mengalami kesulitan mendapatkan makanan karena persediaan yang sangat terbatas dan kondisi yang buruk di pusat penahanan. Ia dengan cepat kehilangan berat badan dan merasa pusing karena kekurangan makanan.
Pelecehan Sebelum Olimpiade Musim Dingin
Dua petugas dari Departemen Kepolisian Distrik Haidian di Beijing, bermarga Guo dan E, berturut-turut, muncul di rumah Qin Wei [Laki-laki] pada 21 Desember 2021. Mereka ditemani oleh sekelompok orang tidak dikenal. Ketika keluarga Qin menghentikan mereka, mereka berkata mereka datang untuk “menjaga stabilitas” untuk persiapan Olimpiade Musim Dingin.
Han Fei [Perempuan] di Distrik Chaoyang, Beijing, juga mengalami pengalaman yang sama diikuti dan diawasi oleh polisi dan anggota komite perumahan. Polisi menghubungi suaminya pada 30 November, memperingatkan dirinya untuk tidak keluar rumah karena Olimpiade Musim Dingin.
Pelecehan dan penangkapan juga terjadi di wilayah lain di Beijing. Pada pukul 11 malam, 15 Desember, petugas dari Kantor Polisi Dayushu di Distrik Yanqing menangkap Yu Hongbing dan istrinya. Pada 24 Desember, dua petugas dari Kantor Polisi Kangzhuang di Distrik Yanqing melecehkan Hao Xiufeng [Laki-laki] di rumahnya di Kota Xibozi
Selain Beijing, pejabat di Provinsi tetangga Hebei juga menjalankan pelecehan intensif. Di Kabupaten Wei di Kota Zhangjiakou, sejumlah besar petugas polisi berpakaian preman dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan. Sebagai tambahan, Departemen Kepolisian Wei menggelar sejumlah kegiatan di kabupaten dan berbagai kota sejak 1 Desember. Selama kegiatan-kegiatan ini, polisi secara terbuka mengkritik Falun Gong dan membagikan sejumlah besar selebaran yang memuat fitnah tentang praktik spiritual tersebut. Mereka menawarkan hadiah uang kepada masyarakat umum yang melaporkan praktisi ke polisi.
Hasilnya, beberapa praktisi ditangkap. Zhou Guihong dan suaminya Niu Jiangcheng (bukan praktisi) ditangkap pada 10 Desember ketika mengirimkan materi yang dimaksudkan untuk membuat kalender Tahun Baru dengan informasi Falun Gong.
Kebangkitan Kembali Pusat Pencucian Otak
Ketika praktisi yang menjadi target menolak melepaskan keyakinan mereka dalam kampanye “Sapu-bersih,” beberapa dari mereka dibawa ke pusat pencucian otak untuk “edukasi lebih lanjut.”
Wuhan, ibukota Provinsi Hubei dan sumber awal wabah pandemi, dikenal sebagai “panutan nasional” dalam mengadakan sesi pencucian otak pada praktisi Falun Gong. Lebih dari 60 pusat pencucian otak telah dibentuk, pihak berwenang Wuhan baru-baru ini membuka sembilan lokasi lain di lintas kota.
Sering dikenal sebagai “Pusat Edukasi Legal” atau “Pusat Pembelajaran Transformasi,” pusat pencucian otak berlokasi di kantor-kantor pemerintahan di setiap tingkat pemerintah, kampus dan universitas, perusahaan negara, dan perusahaan swasta dan tempat tinggal. Tempat-tempat seperti panti jompo, rumah sakit, panti jompo, wisma tamu, dan hotel juga digunakan untuk mengadakan sesi cuci otak.
Dimulai pada 2021, pihak berwenang di Wuhan memberikan pusat pencucian otak sebuah nama baru, seperti “rumah perawatan” atau “pusat perawatan,” untuk mengindari meningkatnya pengawasan internasional atas kejahatan tersembunyi yang terjadi di fasilitas ini.
Telah ditahan di berbagai pusat pencucian otak selama delapan kali, Zhou Ailin [Perempuan], mantan auditor di Biro Industri dan Komersial Distrik Qiaokou di Wuhan ditangkap lagi dan dibawa ke pusat pencucian otak setelah penahanan administratif 15 hari pertamanya berakhir.
Zhou diangkut oleh polisi
Di pusat pencucian otak dua lantai yang baru dibangun di pinggiran kota Wuhan, pihak berwenang menyewa dua mantan praktisi Falun Gong yang telah melepaskan latihan dibawah tekanan, dan membayar masing-masing 200 yuan per hari. Tugas mereka adalah untuk “mengubah” praktisi yang ditahan dengan kaki tangan lain, yang kebanyakan adalah pemuda yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Praktisi yang ditahan di pusat pencucian otak dikurung di ruangan berbeda di lantai dua. Tanpa jendela atau penerangan, ruangannya semua gelap. Praktisi dipaksa menonton video propaganda yang memfitnah Falun Gong. Terkadang mereka tidak diperbolehkan tidur selama berhari-hari. Mereka diperintahkan untuk menulis surat pernyataan dan diancam dengan hukuman penjara jika mereka tidak patuh. Beberapa praktisi mogok makan untuk memprotes tapi dicekoki makanan.
Selama sesi pencucian otak di Kota Songzi, Provinsi Hubei, Deng Liangui, kepala Kantor 610 Kota Songzi, memerintahkan polisi untuk memukuli praktisi yang ditahan. Ia suatu kali berkata kepada praktisi, “Kami tidak perlu mengikuti hukum terhadap Falun Gong. Kami mengikuti peraturan kami sendiri di Kantor 610. Silahkan anda pergi dan menuntut kami. Saya sangat ingin tahu dan melihat lembaga mana yang berani menerima kasus anda.”
Bahkan setelah He Haiyan [Perempuan] dari Kota Chenzhou, Provinsi Hunan dibebaskan setelah ditahan selama tujuh hari di pusat pencucian otak, pihak berwenang menginstruksikan kepada ibunya untuk tetap mengawasi dirinya.
Pusat pencucian otak lain diketahui berada di Jilin, Shanxi, Shandong, Zhejiang dan Jiangsu.
Kematian Karena Penangkapan dan Pelecehan
Penangkapan dan pelecehan menyebabkan banyak praktisi yang meninggal, termasuk dua orang yang meninggal di tahanan satu hari setelah mereka ditangkap. Yang lainnya meninggal akibat tekanan mental dari pelecehan tanpa henti.
He Xinli [Laki-laki], penduduk Kota Dalian, Provinsi Liaoning, dilecehkan pada April 2021 dan diperintahkan menandatangani pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Pria lansia berusia 80an mengalami trauma mendalam akibat gangguan tersebut dan meninggal kurang dari 2o hari.
Sun Pijin [Laki-laki], dari Kabupaten Mengyin, Provinsi Shandong, juga meninggal satu hari setelah ia ditangkap ketika bekerja di ladang keluarganya pada 17 Juni 2021. Polisi menginformasikan kepada keluarga Sun perihal kematiannya pada 18 Juni. Mereka berkata Sun menolak melakukan tes virus corona di Rumah Sakit Pengobatan Tiongkok di Kabupaten Mengyin dan bahwa ia melompat dari gedung tersebut dan langsung meninggal. Polisi menutup tempat kejadian perkara dan tidak memperbolehkan siapapun untuk mendekat.
Ketika keluarga Sun melihat tubuhnya di Rumah Duka Kabupaten Mengyin, mereka melihat cairan otaknya bocor, satu bola matanya hilang, dan abdomennya melesak ke dalam. Pihak berwenang memaksa keluarga untuk mengkremasikan tubuhnya delapan hari kemudian. Mareka juga melarang keluarganya untuk banding atau mengajukan tuntutan hukuman kematian ilegal.
Li Jianshe [Laki-laki], penduduk Kota Zhumadian, Provinsi Henan, ditangkap oleh petugas dari Departemen Kepolisian Yicheng pada 26 Juni 2021 dan dibawa ke pusat penahanan kota tersebut. Keluarganya diberitahu pada 2 Juli bahwa ia telah dibawa ke ICU di sebuah rumah sakit. Ketika mereka melihat, mereka memerhatikan bahwa punggung, lengan, leher Li bengkak. Ia meninggal empat hari kemudian pada 7 Juli 2021.
Polisi mulai melecehkan Wang Guiying [Perempuan], dari Kabupaten Yongji, Provinsi Jilin, pada Juni 2021, satu bulan sebelum peringatan seratus tahun berdirinya PKT pada Juli 2021. Ketika polisi datang untuk menggeledah rumahnya pada 20 Juli. Wang menderita kondisi jantung. Meskipun polisi tidak menangkapnya, mereka terus melecehkannya, bahkan setelah ia pindah ke rumah putrinya. Kesehatan Wang terus merosot tajam dan ia meninggal pada 6 Agustus 2021. Ia berusia 76 tahun.
Seorang wanita di Kota Hanchuan, Provinsi Hubei, Hu Hanjiao, meninggal pada 9 November 2021, 13 hari setelah diterima di penjara untuk menjalani masa tahanan empat tahun. Hu ditangkap pada 15 Maret 2021, dan dihukum pada 16 Juni 2021, karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Pihak berwenang menolak memperbolehkan suaminya untuk melihat tubuhnya atau catatan medisnya. Mereka juga menekannya untuk berhenti menyewa pengacara untuk mencari keadilan bagi Hu dan melarangnya mendiskusikan kematiannya dengan praktisi Falun Gong setempat lainnya.
Ketika suami Kang Aifen membuka pintu pada 17 Juni, enam petugas berpakaian preman yang bersembunyi di tangga terburu-buru dan langsung masuk ke rumahnya. Sementara dua petugas memegangi Kang, sisanya mulai menggeledah rumah. Seluruh materi terkait Falun Gong miliknya dirampas. Seorang petugas berkata kepada Kang, “Sekalipun anda memakai topi ketika keluar rumah, kami masih bisa mengenali anda.” Suami kang bertanya kepada polisi mengapa mereka menangkapnya. Mereka menjawab bahwa mereka mengikuti perintah pihak berwenang lebih tinggi, karena perayaan seratus tahun berdirinya PKT akan tiba pada 1 Juli.
Kang, seorang penduduk di Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, berjuang ketika ia dibawa dan didorong masuk ke mobil polisi. Meskipun tekanan darahnya sangat tinggi dan berbahaya, polisi memaksa pusat penahanan untuk menerimanya. Disana, petugas mencekoki makanan, menyebabkan ia mengalami serangan jantung. Karena kondisinya memburuk, petugas mulai memberikannya suntikan dan infus, yang malah menyebabkan kondisinya bertambah buruk. Lengannya bengkak sangat parah hingga perawat tidak lagi menyuntiknya. Ia tidak bisa berjalan atau berdiri tanpa bantuan. Ia kehilangan penglihatan di kedua matanya dan mengalami kesulitan bernafas.
Berada di ambang kematian, polisi membebaskannya pada 17 Agustus, tapi mereka masih menyerahkan kasusnya ke kejaksaan dan berusaha memenjarakannya. Kesehatannya terus merosot dengan pelecehan terus menerus. Ia meninggal pada 18 November 2021.
Kang dalam beberapa tahun terakhir
Kaki Kang yang bengkak setelah penahanan terbarunya
LI Shuanyan [Perempuan], berusia 45 tahun, penduduk Kota Hegang, Provinsi Heilongjiang, meninggal satu hari setelah ditangkap pada 16 Desember 2021, karena membuat materi informasi tentang Falun Gong. Ia diinterogasi dan disiksa hampir 30 jam di Kantor Polisi Fuli. Ketika ia berada di ambang kematian, polisi memerintahkan suaminya untuk menjemputnya setelah ia pulang bekerja. Suaminya menelepon ambulans, tapi Li sudah meninggal ketika ambulans tiba.
Target Lansia
Gong Xueliang [Laki-laki], 84 dan Wang Zhongqiong [Perempuan], 81, sedang berjalan di jalanan pada 8 November 2021, ketika dua polisi tiba-tiba menghentikan mereka. Ini adalah kedua kalinya dalam satu bulan pasangan di Kota Shifang, Provinsi Sichuan ditangkap karena keyakinan mereka pada Falun Gong. Mereka dibebaskan di hari yang sama, dan polisi sekarang ingin menghukum mereka. Selama penangkapan mereka sebelumnya pada 13 Oktober, seorang petugas memegang lengan kanan Wang di belakang dan dengan paksa memelintirnya. Ada lebih dari 60 buku Falun Gong dan beberapa amulet FalunGong yang dirampas.
Gu Jiushou [Laki-laki], seorang pensiunan professor Universitas Chongqing berusia 82 tahun, ditangkap pada 9 November 2021, setelah dilaporkan berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong di sebuah stasiun bus. Polisi menyeret dirinya ke mobil mereka dan memborgol tangannya. Mereka juga menggulung jaketnya dan lapisan dalamnya dan merobek ikat pinggangnya. Di kantor polisi, mereka membuatnya duduk di kursi besi. Sebelum melepaskannya, polisi mengukur tinggi badan Gu dan memfoto bagian depan, kiri dan kanan tubuh Gu. Ia kelelahan dan putranya harus memapahnya ketika mereka keluar dari kantor polisi.
Dua belas petugas polisi menangkap Luo Zhenggui [Laki-laki], berusia 86 tahun di Kabupaten Gulin, Provinsi Sichuan, dalam perjalan pulang ke rumahnya pada 5 November 2021. Mereka membawanya pulang dan merusak pintunya. Mereka memporak-porandakan rumah tanpa surat geledah tapi tidak menyediakan daftar barang yang mereka sita. Seluruh buku-buku Falun Gong, materi informasi, ponsel, dan pemutar media disita. Bahkan banyak barang-barang pribadi, termasuk baterai, kertas cetak, dupa, buku-buku sejarah, uang tunai, dan makanan, disita juga. Polisi membebaskan Luo saat tengah malam setelah mengukur tinggi badan dan berat badannya serta mengambil sidik jari dan sidik jari kaki. Polisi juga mencoba menangkap istrinya, Zhang Ziqin. Ia melarikan diri dan dipaksa tinggal jauh dari rumah untuk bersembunyi dari polisi.
Untuk mencapai target memaksa seluruh praktisi Falun Gong setempat untuk melepaskan keyakinan mereka dalam kampanye “Sapu-bersih,” polisi di Kota Dujiangyan, Provinsi Sichuan menangkap Yang Huijun, seorang wanita berusia 80an, dan menggunakan fotonya yang sedang terikat untuk mengancam praktisi lain.
Polisi memaksa masuk ke rumah Yang Huijun [Perempuan] pada 20 Agustus 2021 dan menangkap dirinya. Ketika ia menolak menandatangani pernyataan melepaskan Falun Gong, polisi mengikat dan memfotonya. Keluarganya, yang tertipu oleh propaganda rezim komunis yang memfitnah Falun Gong, bekerja sama dengan polisi dalam penangkapannya. Buku-buku Falun Gong dan materi lainnya disita.
Polisi kemudian menggunakan foto Yang untuk mengintimidasi praktisi setempat lainnya. Mereka menemukan putri Su Jianhua dan menekannya agar mau membantu mereka mencarinya. Menantu Su, yang mempunyai sikap tidak bersahabat dengan Falun Gong karena penganiayaan, sering memukuli dan menyiksa ibu mertuanya secara verbal. Polisi awalnya berusaha menekan Su, berusia 70an, untuk menandatangani surat pernyataan melepaskan FalunGong, dengan menunjukkan foto Yang yang terikat. Ketika Su menolak patuh, polisi memintanya menandatangani tiga lembar kertas kosong, berjanji bahwa mereka tidak akan menggunakan tanda tangan tersebut untuk melawannya. Su menandatangani kertas kosong setelah ditekan oleh polisi dan keluarganya. Ia kemudian sadar bahwa polisi bisa menggunakan tanda tangannya untuk memfitnah Falun Gong, jadi ia mengirimkan pernyataan kepada Minghui.org untuk membatalkan tanda tangannya.
Bahkan mereka yang telah melepaskan Falun Gong tidak dibiarkan begitu saja dalam operasi “Sapu-bersih.” Dua belas petugas masuk ke rumah Xue Xiuying. Meskipun ia telah melepaskan Falun Gong bertahun-tahun lalu dan mengalami demensia karena penyakit otak, polisi masih memerintahkannya menandatangani surat pernyataan. Keluarga Xue ketakutan dan mengutuk polisi karena menganiaya lansia, orang sakit. Polisi menunjukkan foto Yang yang terikat untuk mengancam mereka, “Jangan berpikir anda bisa menghindar untuk menandatangani surat pernyataan dengan berpura-pura sakit. Ini apa yang akan terjadi jika anda tidak menandatanganinya!”
Polisi juga mengancam keluarga Xue bahwapendidikan dan pekerjaan anak-anak atau cucu-cucu mereka akan terpengaruh jika ia tidak menandatanganinya. Mereka khusus mengancam dua cucunya yang sedang kuliah di universitas bergengsi, Universitas Tsinghua dan Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok. Khawatir tentang pendidikan putra mereka, anak-anak Xue menandatangani pernyataan untuknya.
Keluarga Terkena Dampak
Penganiayaan tidak hanya memberi dampak kepada praktisi sendiri, tapi juga membawa tekanan besar kepada anggota keluarga mereka.
Pan Jing [Perempuan] dari Kota Dandong, Provinsi Liaoning, sedang mengadakan pesta ulang tahun untuk ibunya yang berusia 89 tahun pada 3 September 2021, ketika sekelompok petugas polisi tiba-tiba mendobrak masuk dan menangkapnya beserta keempat tamunya.
Enam hari sebelum Festival Pertengahan Musim Gugur pada 21 September, Jia Guojie [Laki-laki], seorang dokter, di Kabupaten Jishan, Provinsi Shanxi ditangkap, meninggalkan ibunya yang lansia di rumah sendirian selama liburan tradisional yang dirayakan keluarga.
Setelah Huang Wenfen [Perempuan] dari Kota Yingchang, Provinsi Hubei dibawa ke pusat pencucian otak pada 2o Agustus 2021, ayahnya yang berusia 96 tahun, yang bergantung kepadanya untuk perawatan, dibiarkan tanpa pengawasan.
Di Beijing, seorang anak perempuan berusia 12 tahun dengan epilepsi ditangkap dengan orang tuanya pada 14 Januari 2021. Dalam perjalanan ke kantor polisi, ibunya Zhen Miao, berkata kepada polisi tentang kondisi medis putrinya dan meminta mereka mengantarkan putrinya ke rumah kakak laki-lakinya. Tidak hanya polisi menolak permintaannya, mereka menginterogasi Zhen di depan putrinya semalaman. Meskipun anak tersebut dibebaskan berjam-jam kemudian ke neneknya, ia berjuang untuk menghilangkan trauma dan akibatnya serangan epilepsi meningkat.
Ketika pelecehan Kou Huiping [Perempuan], seorang karyawan perusahaan transportasi kereta api di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu pada 20 Agustus 2021, polisi setempat dan pejabat komunitas menunjukkan foto ibunya yang ketakutan dan penuh tekanan setelah diancam. Mereka berkata, “Kami akan membuat ibu anda menderita setiap hari seperti ini. Ia sudah sangat tua, jika suatu hari ia tidak bisa menahannya dan meninggal, ini semua akan menjadi salah anda!”
Karena Kou tetap teguh pada keyakinannya, polisi terus melecehkan anggota keluarganya, termasuk putri dan kakak adiknya. Mereka mengancam akan memaksa mereka menjadi tunawisma atau membuat mereka dipecat dari pekerjaan mereka, untuk memaksa Kou patuh. Hidup anggota keluarganya sangat terganggu dan hubungan dengan keluarganya juga rusak.
Sementara Duan Yanlin [Laki-laki] dari Kota Anyang, Provinsi Henan, ditahan setelah penangkapannya pada 26 Juni 2021, ibunya yang hanya bisa terbaring di ranjang, yang bergantung pada dirinya, menjadi trauma akibat penangkapannya dan meninggal tidak lama setelah itu. Polisi tidak memperbolehkan Duan menghadiri pemakaman ibunya.
Keluarga Yang Li [Perempuan], penduduk Kota Changchun, Provinsi Jilin, pergi menjemputnya di pusat penahanan pada 16 Desember 2021, setelah ia selesai menjalani masa tahanan satu tahun karena berlatih Falun Gong. Ketika mereka tiba, yang membuat mereka kaget dan ngeri, mereka menyaksikan sekelompok petugas polisi mendorongnya ke dalam mobil polisi dan pergi.
Suami Yang mengikuti mereka dengan mobilnya. Ia menghentikan mobil polisi itu di sebuah persimpangan. Marah, empat polisi keluar dari mobil, memeganginya dan memukulinya. Ketika adik dan kakak iparnya datang untuk menghentikan polisi, mereka juga dipukuli hingga kakak iparnya terluka.
Li Long [Laki-laki], pemuda di Kota Dongying, Provinsi Shandong, ditangkap dua kali, pada Juli dan Agustus 2021, berturut-turut, karena mendukung ibunya, Wang Ying, meningkatkan kesadaran akan penganiayaan. Polisi berusaha memaksa Li untuk memberikan kesaksian palsu melawan praktisi lain yang tertangkap. Ketika ia menolak, polisi memanggilnya pada 6 November 2021. Li menolak bekerja sama dan dianiaya oleh polisi.
Memar pada tubuh Li akibat kekerasan polisi
Ponsel Li Long yang rusak
Penganiayaan Berulang
Setelah sebelumnya dipenjara selama total sembilan tahun, Gong Ruiping [Perempuan],44, seorang guru sekolah dasar di Beijing, ditangkap lagi pada 20 Juli 2021, setelah dilaporkan berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Polisi melacak ponselnya dan menemukan lokasi kediamannya. Ia telah ditahan di Pusat Penahanan Distrik Shunyi sejak saat itu dan dicekoki makanan ketika ia melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan. Petugas juga memborgol dan merantainya ketika ia berusaha mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong. Ia menghadiri persidangan pada 15 Desember dan sekarang menunggu putusan pengadilan.
Gong Ruiping
Liu Huarong [Perempuan], 68, dari Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, ditangkap pada pertengahan Juni 2021 dan sekarang ditahan di Pusat Penahanan Kota Shenyang. Ini adalah kedelapan kalinya mantan pustakawan ini ditangkap karena keyakinannya pada Falun Gong. Ia sebelumnya dipenjara beberapa kali di beberapa kamp kerja paksa, pusat pencucian otak dan penjara untuk total 12 tahun. Ketika menjalani masa tahanan di Kamp Kerja Paksa Masanjia, ia diborgol dan dikurung di gudang tanpa penerangan atau ventilasi selama berhari-hari. Petugas penjara pria terkadang menyeretnya keluar dari sel ke koridor dan memukulinya.
Polisi di Kota Jinan, Provinsi Shandong memaksa masuk ke rumah Jiang Xinying pagi-pagi pada 22 Juli 2021 dan menangkapnya. Polisi memberitahu keluarga Jiang bahwa ia terekam oleh kamera pengawas ketika berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Bungkuk 90 derajatnya karena penganiayaan sebelumnya memungkinkan polisi untuk dengan cepat mengidentifikasi dia
Ketika menjalani kerja paksa tahun 2007, Jiang menderita TBC paru-paru, TBC limfatik, dan TBC tulang belakang. Ia memiliki lubang (yang terbesar berdiameter 7 cm) di paru-parunya, dan ia menderita nekrosis pada beberapa tulang belakangnya. Kulit di punggungnya menjadi hitam, dan di kedua sisi vertebra lumbalis terdapat massa tuberkulosis lebih dari sepuluh sentimeter. Gusinya juga terpengaruh dan berbau tidak sedap. Tulang belakang ketiga dan keempatnya sebagian besar terkikis oleh mycobacterium tuberculosis, dan tulang belakang yang mati menekan saraf, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan ketika ia menggerakkan kakinya. Meskipun ia menjalani operasi tiga minggu kemudian, ia tidak pernah bisa meluruskan punggungnya. Seiring waktu, bungkuknya menjadi lebih dan lebih parah.
Jiang Xinying
Mirip dengan Jiang, Lu Kaili [Pria] (juga diterjemahkan sebagai Lyu Kaili), menderita cedera tulang belakang dan menjadi lumpuh setelah disiksa di penjara selama 10 tahun. Mantan insinyur di Kota Dalian, Provinsi Liaoning ini ditangkap lagi pada 20 Juni 2021, dengan tuduhan “mensabotase penegakkan hukum.”
Lu sebelum penganiayaan
Lu setelah dibebaskan dari penjara
Kebrutalan Polisi
Sekelompok polisi di Kota Qionghai, Provinsi Hainan, mengetuk pintu seorang penduduk setempat, Zhao Fenghui [Pria] sekitar pukul 10:11 malam pada 7 April 2021. Ketika tidak seorangpun membuka pintu, mereka mengancam akan mendobrak pintu hingga terbuka. Mereka terus menendang pintu, berteriak, “Ini kesempatan terakhir anda! Jika anda membuka pintu sekarang, anda akan baik-baik saja, jika tidak kami akan mendobrak masuk. Anda lebih baik memikirkannya!”
Polisi diluar rumah Zhao
Cobaan berat Zhao bukanlah kasus terisolasi dari petugas polisi yang meningkatkan ancaman. Saat menginterogasi tiga penduduk setempat di Kabupaten Laishui, Provinsi Hebei, polisi mengancam akan memotong jari mereka jika mereka tidak bekerja sama saat sidik jari mereka dikumpulkan. Salah satu korban, Zhang Shuping, berusia 70-an, mengatakan polisi juga secara paksa membuka matanya ketika mereka memotretnya, dan ia sekarang merasakan sakit di matanya dan sakit kepala. Lengannya juga terasa mati rasa dan jari-jarinya terasa sangat sakit karena kekuatan berlebihan yang digunakan oleh polisi.
Seorang petugas polisi di Kota Ningxiang, Provinsi Hunan, menunjuk Li Lihong [Perempuan] dan berkata, “Saya akan menembak dan membunuh anda,” Ketika menginterogasinya setelah dirinya ditangkap pada 23 Juli 2021. Selama penahanan tujuh hari, petugas tidak memperbolehkannya minum dan membatasi penggunaan kamar kecil. Ia diborgol sepanjang waktu.
Ketika Guo Xiumei [Perempuan], penduduk Kota Shulan, Provinsi Jilin, menolak bekerja sama untukdiinterogasi polisi setelah penangkapannya pada 11 Mei 2021. Polisi menutupi kepalanya dan memindahkannya ke lokasi yang dirahasiakan. Mereka memukulinya, mengintimidasinya dengan alat penyiksaan yang dipajang di ruangan, dan menuangkan minyak wasabi bercampur urine ke dalam hidungnya.
Zhang Junxiu [Perempuan], dari Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi, menderita patah tujuh tulang rusuk setelah dipukuli oleh polisi, ketika ia berusaha menolak ditangkap pada 18 Juni 2021. Meskipun ia menolak memberitahu alamatnya, polisi menemukannya di database online dan menggeledahnya tanpa surat resmi.
Wang Jinxia [Perempuan], seorang penduduk berusia 47 tahun dari Kota Shuangyashan, Provinsi Heilongjiang, ditangkap oleh tiga petugas setelah pemeriksaan di sebuah supermarket pada 6 Oktober 2021. Di kantor polisi, seorang petugas memukul dan menendang tubuh bagian bawah. Lengannya menjadi bengkak dan memar. Empat petugas lain, termasuk dua pria, menelanjanginya dan menggeledah tubuhnya. Ketika ia memprotes bahwa seorang petugas dengan tidak pantas menyentuhnya, ia berkata, “Saya hanya menyentuh anda.” Petugas yang sama memborgolnya dengan sangat kencang, meninjunya di kepala dan telinga, menghantamkan kepalanya ke dinding dan membuat gerakan tangan seperti menembakkan pistol kepadanya, sebelum membebaskannya kemudian di siang hari.
Guo Shufen [Perempuan], berusia 70an dari Kota Changchun, Provinsi Jilin, dihentikan oleh anggota staf komite perumahan ketika ia meninggalkan apartemennya pada 13 Desember 2021. Seorang petugas pria muncul dan memerintahkannya untuk membawa mereka ke apartemennya jadi mereka bisa melakukan penggeledahan. Ketika Guo menolak patuh, petugas menyeretnya menuju gedung apartemennya. Ketakutan, ia pingsan. Petugas kemudian menyeretnya melintasi tanah ke pintu masuk gedung. Guo merasakan sesak di dada dan tidak bisa bangkit berdiri. Ia duduk di lantai di cuaca -10 °C—selama lebih dari 20 menit sebelum ia memiliki kekuatan untuk bangkit berdiri.
Deng Chuanjiu [Laki-laki] dibawa ke pemerintah kota setempat di Kota Pengzhou, Provinsi Sichuan, ketika ia dibebaskan dari penjara pada 15 Oktober 2021 setelah menjalani masa tahanan empat tahun karena berlatih Falun Gong. Pejabat pemerintah memukul dan menuangkan air dingin ke tubunya. Polisi menangkapnya lagi pada 22 November dan memukulinya. Mereka memukulinya begitu kuat hingga satu tongkat patah menjadi tiga bagian dan sebuah pipa besi bengkok. Kemudian petugas mencari pipa besi lain dan tongkat polisi dan terus memukulinya. Ketika mereka membawa Deng pulang, polisi menggeledah rumahnya dan mengancamnya, “Ini hanya permulaan. Kami bisa menangkap anda kapan saja dan memukuli anda. Mungkin hari ini, mungkin besok, Jangan berpikir untuk bisa hidup tenang atau tidur nyenyak lagi.”
Memar di tubuh Deng akibat dipukuli polisi
Penganiayaan Finansial
Dalam beberapa tahun terakhir, selain penangkapan, pelecehan, dan penahanan yang sedang berlangsung terhadap praktisi Falun Gong, Partai Komunis Tiongkok juga telah memberlakukan penganiayaan keuangan tambahan dengan secara sewenang-wenang menghapus masa kerja praktisi dalam kontribusi pensiun atau dengan menangguhkan pensiun mereka.
Setelah dipenjara selama delapan tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, Liu Cuixian, seorang wanita berusia 67 tahun di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, dipaksa untuk mengembalikan 39.000 yuan uang pensiun yang ia terima dari Biro Jaminan Sosial setempat. Biro tersebut mengklaim ada kebijakan baru bahwa praktisi Falun Gong yang dipenjara karena keyakinan mereka tidak berhak atas tunjangan pensiun, meskipun tidak ada undang-undang perburuhan Tiongkok yang memiliki ketentuan seperti itu.
Yong Yulian, dari Kota Yueyang, Provinsi Hunan, 10 tahun masa pengabdiannya selama lebih dari 30 tahun secara sewenang-wenang dihapuskan oleh biro jaminan sosial. Ia juga dipaksa untuk memberikan kontribusi tambahan sebesar 54.000 yuan untuk mengaktifkan kembali pensiunnya yang ditangguhkan dan pembayaran bulanannya dikurangi dari lebih dari 2.000 yuan menjadi 1.400 yuan.
Setelah dipenjara selama sepuluh tahun, Liu Xiaoping, dari Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong, sangat terpukul karena dirinya kehilangan tempat tinggal. Dengan pensiunnya ditangguhkan selama 7,5 tahun, ia melamar perumahan pemerintah untuk orang berpenghasilan rendah, hanya untuk ditolak setelah ia gagal dalam pemeriksaan latar belakang politik PKT.
Seorang penduduk Shanghai juga menghadapi penganiayaan finansial dan pelecehan setelah dipenjara selama 1,5 tahun karena berlatih Falun Gong. Seorang mantan guru kimia di Sekolah Menengah Lianchuan, Wang Yaping dipecat oleh Biro Pendidikan Distrik Jiading. Setelah seorang mantan rekan gagal membujuknya untuk melepaskan Falun Gong, polisi sering mengganggu dan mengawasinya dengan ketat, termasuk pada awal Juli (peringatan seratus tahun rezim komunis), minggu pertama Oktober (peringatan resmi pengambilan kekuasaan di Tiongkok), dan antara 4 hingga 11 November selama China International Import Expo di Shanghai.
Laporan terkait dalam Bahasa Inggris:
1,963 Falun Gong Practitioners Reported Arrested and Harassed in September and October 2021
2,941 Falun Gong Practitioners Arrested and Harassed in July and August 2021
Reported in First Half of 2021: 9,470 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed for Their Faith
2,857 Falun Gong Practitioners Reported Arrested and Harassed in March and April 2021
226 Falun Gong Practitioners Targeted for Their Faith in February 2021
1,216 Falun Gong Practitioners Reported Arrested and Harassed in January 2021