Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Menyingkirkan Pengaruh Budaya Partai Komunis

16 Des. 2022 |   Oleh Liu Yujie

(Minghui.org) Pada tahap awal kultivasi, saya tidak memiliki pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara kultivasi dan membersihkan diri dari budaya Partai Komunis.

Saya dahulu berpikir bahwa jika saya menghindari penggunaan kosa kata dari budaya partai, itu sudah termasuik menjauhi budaya Partai. Baru-baru ini, saya mendengarkan podcast Mencerai-beraikan Budaya Partai Komunis dan program lainnya, dan saya kemudian baru benar-benar menyadari pengaruh budaya partai terhadap diri saya.

Dalam kultivasi Dafa, kita mengultivasi kesadaran utama kita, yang berarti kita harus menyadari apa yang sedang kita pikirkan dan lakukan. Jika kita tidak dapat membedakan apa itu budaya partai, akan sulit bagi kita untuk berpikir berbagai hal dengan pikiran lurus.

Secara khusus, orang yang lahir setelah tahun 1970-an tumbuh dalam budaya Partai. Budaya Partai yang tersebar dimana-mana telah membentuk unsur materi dalam kehidupan manusia, dan terus-menerus mempengaruhi pikiran praktisi jika mereka tidak memperhatikan.

Memahami apa itu budaya Partai dan manifestasinya, serta menyingkirkan unsur-unsurnya, sangatlah penting. Hanya dengan begitu kita dapat menghindari dikendalikan olehnya dan mengevaluasi hal-hal secara rasional dari sudut pandang Fa.

Berikut adalah beberapa pelajaran yang telah saya pelajari dalam Melenyapkan budaya Partai.

Secara Membabi Buta Mengikuti Orang Lain

Saya pernah bertemu dengan rekan praktisi Xiaoya. Dia sangat efisien dalam menyelesaikan sesuatu dan dapat menghafal Fa dengan sangat baik. Melihat bahwa dia sangat cakap, tanpa sadar saya mengikutinya. Saya mulai mengejar kecepatan dalam melakukan sesuatu, tidak berfokus pada kualitas. Saya ingin menyelesaikan sesuatu dengan cepat dan menikmati perasaan menyelesaikan tugas yang ada.

Di permukaan, sepertinya saya melakukan banyak hal, tetapi jauh di lubuk hati saya didorong oleh mentalitas bersaing, mentalitas pamer, dan rasa iri hati. Saya tidak menyadari keterikatan tersebut pada saat itu dan masih berpikir bahwa saya sedang bekerja keras untuk membangkitkan kesadaran orang-orang.

Perlahan-lahan saya membawa mentalitas ini ke dalam belajar Fa, hidup, dan pekerjaan. Saya mengejar kecepatan dalam belajar Fa. Jika saya menghafal banyak Fa, saya menganggap diri saya telah berkultivasi dengan baik. Saya melakukan banyak hal dengan pikiran yang tidak sabar dan gelisah. Tidak peduli apa yang saya lakukan, saya ingin menyelesaikannya dengan cepat sehingga saya bisa belajar Fa. Tetapi ketika waktunya belajar Fa, pikiran saya melayang entah kemana. Meskipun saya sedang belajar, saya tidak dapat mengingat apa yang saya baca setelahnya. Saya memperhatikan penglihatan dan pendengaran saya mengalami penurunan.

Menengok ke belakang, budaya Partai telah merusak diri saya. Saya secara membabi buta mengagumi rekan-rekan praktisi dan mengacaukan berbagai hal untuk mengejar kesuksesan dengan cepat. Saya tidak pernah berpikir bahwa kompetensi Xiaoya adalah karena dia belajar Fa dengan baik dan Xinxing-nya meningkat.

Saya hanya meniru perilakunya, tanpa mencari ke dalam untuk menemukan kekurangan dari aspek xinxing. Saya hanya memikirkan bagaimana menyelesaikan segala sesuatu dengan keterampilan dan kecepatan, tidak menyadari bahwa kualitas dan kuantitas berasal dari kultivasi yang teguh. Seseorang harus menenangkan pikirannya untuk belajar Fa. Hanya dengan demikian seseorang dapat memperoleh Fa, meningkatkan Xinxing dan meningkat.

Mengucapkan Kebohongan dengan Santai

Suatu pagi, alarm saya membangunkan suami saya, dan dia bertanya apakah itu alarm saya. Saya menjawab bukan tanpa pikir panjang. Setelah itu saya menyesalinya dan terkejut bagaimana saya bisa berbohong begitu saja. Mengapa saya melakukan itu?

Belakangan, saya menyadari bahwa unsur kebohonganlah yang berperan dalam dimensi saya. Karena saya memilki pemikiran egois untuk membela diri, maka unsur kebohongan memanipulasi saya saat itu.

Sekarang saya mulai memperhatikan hal ini dan menjaga kesadaran utama saya tetap kuat.

Meragukan Fa dan Guru

Karena saya hanya meniru perilaku orang lain, saya belajar Fa tetapi tidak benar-benar memahami Fa. Saya mengembangkan karma penyakit. Penglihatan dan pendengaran saya terpengaruh. Hidung meler berlangsung selama tiga tahun. Saya juga mengalami pusing, kaki lelah, sakit punggung, sering buang air kecil, dan sembelit.

Saya mulai meragukan Dafa dan bertanya-tanya mengapa hal ini begitu berkepanjangan. Bagaimana mungkin seorang kultivator memiliki begitu banyak “masalah”? Saya melakukan tiga hal dengan rajin, jadi mengapa saya masih dalam kondisi seperti itu?

Kemudian saya mulai mencari ke dalam dan bertanya pada diri sendiri. Ketika saya melakukan latihan Gong, apakah gerakan saya memenuhi persyaratan? Ketika saya bermeditasi dan merasakan sakit, apakah saya menyilangkan kaki? Apakah pikiran saya menjadi tenang saat belajar Fa?

Begitu saya menyadari masalah saya, saya bertekad untuk berubah. Saya mengikat kaki saya ketika bermeditasi, tidak peduli betapa sakit rasanya, saya akan melakukan satu jam meditasi. Setelah satu minggu, kelelahan kaki dan sakit punggung saya lenyap!

Saya melambatkan diri saat belajar Fa, dan tidak lagi ingin terburu-buru, berusaha menjaga kuantitas. Saya akhirnya merasa tenggelam dalam Fa. Lingkungan sekitar saya sepertinya sirna. Saya merasakan seluruh tubuh, setiap organ, dan setiap sel berasimilasi dengan Fa. Saya mampu memahami makna yang lebih mendalam dari permukaan Fa. Perlahan-lahan, penglihatan dan pendengaran saya pulih, dan pikiran saya menjadi lebih jernih.

Saya menyadari bahwa saya memiliki budaya betarung dari budaya Partai dan saya menggunakan cara berpikir "meragukan segalanya" untuk menilai sesuatu. Saya tidak memahami Fa diatas basis Fa dan bahkan memiliki keraguan terhadap Guru Li (pencipta Falun Dafa).

Karma penyakit justru merupakan batu loncatan ke tingkat yang lebih tinggi dan merupakan proses pemurnian tubuh. Itu berfungsi sebagai pengingat yang baik untuk memeriksa kultivasi saya sendiri.

Kecurigaan dan Paranoia

Saya memiliki keterikatan pada rasa takut dan kecurigaan untuk waktu yang lama. Saya sering bertanya-tanya apa yang harus saya lakukan jika polisi mengetuk pintu saya. Ketika bel pintu berbunyi, saya khawatir itu adalah polisi. Ketika saya tidak dapat mengakses situs web Minghui, saya bertanya-tanya apakah kejahatan memblokir internet, atau seseorang memantau saya secara daring. Ketika seseorang meminta informasi kontak, saya sering mempertanyakan apa tujuan mereka. Seorang teman bertanya kepada saya, “Mengapa kamu selalu curiga bahwa seseorang akan berbuat buruk terhadapmu? Apakah kamu paranoid?” Saya terkejut dengan ucapannya. Saya menyadari bahwa saya memiliki keterikatan yang kuat pada ketakutan dan kecurigaan.

Setelah mendengarkan budaya Mencerai-beraikan Partai, saya memahami bahwa budaya Partai yang ditanamkan dalam diri kita sejak masa kanak-kanak telah menyebabkan kita mengembangkan pola pikir waspada: bahwa tidak ada yang dapat dipercaya, dan mentalitas saya ini terutama diperkuat oleh penganiayaan terhadap Falun Dafa .

Saya waspada setiap saat. Ketika bertemu orang, saya waspada terhadap mereka, berasumsi bahwa mereka memiliki niatan buruk. Bukan cara berpikir manusia yang normal untuk selalu waspada terhadap orang lain. Itu dapat menyebabkan iri hati dan kebencian. Budaya partai juga mewujud dalam bentuk lain, seperti: tidak bisa melihat kebaikan orang lain dan selalu mencelanya; merasa gelisah dan cemburu ketika orang lain melakukan yang lebih baik dari saya; tidak suka diminta melakukan berbagai hal kecuali dari atasan saya.

Saya tahu bahwa itu adalah perasaan manusia yang perlu disingkirkan, tetapi saya kesulitan melenyapkannya sama sekali. Saya menyadari bahwa saya perlu melacak kembali ke sumbernya untuk melenyapkan dan menyingkirkannya—budaya Partai.

Menuntut Orang Lain untuk Memenuhi Standar Saya

Suami saya tidak tahu bagaimana menjaga kesehatannya. Dia menolak menemui dokter ketika sakit, dan dia tidak menjalani gaya hidup sehat. Saya menyalahkan dia karena tidak berbakti, karena tubuhnya diberikan oleh orang tuanya dan dia harus menghargainya. Dia menjawab: “Mengapa kamu suka menasehati orang lain?” Saya segera menyadari kekeliruan saya, karena saya ingin mengubah dia seperti saya. Saya tidak peduli untuk memahami apa yang dia pikirkan atau bagaimana perasaannya. Sebaliknya, saya hanya menyalahkannya. Faktanya, ini adalah budaya Partai yang sedang bekerja.

Orang dahulu berurusan dengan kesalahan orang lain dengan cara yang sangat berbeda. Pada akhir Dinasti Wei Utara, Fang Jingbo, gubernur Kabupaten Qinghe Timur, memiliki sesorang di distriknya yang dituntut oleh ibunya karena tidak berbakti. Setelah ibu Fang mengetahuinya, dia meminta pria yang tidak berbakti dan ibunya untuk mengunjungi daerah pemukiman pemerintah, di mana dia menyuruh pria itu mengamati bagaimana Fang menyajikan makanan untuk ibunya. Setelah beberapa hari, pria yang tidak berbakti itu mempelajari pelajarannya dan bertekad untuk berubah. Sejak saat itu, dia menjadi anak berbakti yang paling terkenal.

Orang bijak kuno menangani kesalahan orang lain dengan bimbingan dan mengajari mereka melalui contoh sehingga orang yang bersalah dapat memahami bahwa perilaku mereka bertentangan dengan kode moral dan belajar bagaimana memperbaiki kesalahan mereka dari hati.

Diracuni oleh budaya Partai, kita secara blak-blakan menuduh orang lain dan berusaha membuat mereka mematuhi kita. Ini tidak hanya gagal mengubah mereka tetapi juga membuat mereka membenci kita. Jika tidak diperhatikan, kita mungkin melakukan klarifikasi fakta dengan cara yang sama.

Sebagai kultivator, kita harus dengan jelas mengenal budaya Partai dan melenyapkannya. Dengan cara ini kita dapat benar-benar memikirkan masalah berdasarkan Fa dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mengklarifikasi fakta dan menolong orang-orang.

Ini adalah pemahaman saya saat ini. Mohon tunjukkan bila ada yang salah.

Catatan editor: Artikel ini hanya mewakili pemahaman penulis saat ini yang dimaksudkan untuk berbagi di antara para praktisi sehingga kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin)