(Minghui.org) Sepanjang 5.000 tahun sejarah Tiongkok, ada kepercayaan bahwa Dewa mengawasi setiap pikiran dan tindakan umat manusia. Siapa pun yang menghormati Dewa dan melakukan perbuatan baik akan mendapat berkah. Mereka yang memfitnah Dewa dan bertindak sembrono akan mendapat ganjaran sebagai peringatan,agarmereka melakukan koreksi.
Ada cerita tentang seorang sarjana kuno yang ingin melihat hantu. Dia membawa sebotol besar anggur ke kuburan dan berkata apakah ada orang di dunia bawah yang mau datang dan minum bersamanya. Tiga belas bayangan hantu muncul tidak jauh darinya, menikmati anggur yang dituangkan oleh cendekiawan itu untuk mereka.
Ketika ditanya mengapa mereka tidak bereinkarnasi menjadi manusia, salah satu hantu mengatakan bahwa hanya mereka yang memiliki kualitas baik yang dapat bereinkarnasi, sementara mereka yang penuh dengan kejahatan akan berakhir di neraka. Di antara mereke bertiga belas, empat akan bereinkarnasi sedangkan sembilan sisanya tidak cukup baik untuk bereinkarnasi.
"Lalu mengapa kamu tidak bertobat atas kesalahan sehingga tidak harus pergi ke neraka?" tanya sang sarjana.
“Kami hanya bisa bertobat saat masih hidup,” jawab hantu. “Tidak mungkin bisa bertobat setelah meninggal.”
Di bawah ini adalah kisah modern tentang bagaimana seorang direktur polisi di Tiongkok bertobat atas kesalahannya.
Setelah ditunjuk sebagai direktur sebuah kantor polisi, Chen dengan cermat mengikuti kebijakan penganiayaan terhadap Falun Gong. Selain mengenakan denda, dia juga memerintahkan bawahannya agar mengawasi, mengikuti, menangkap, atau mengirim praktisi setempat ke kamp kerja paksa. Akibatnya, semua orang di kantor polisi sibuk menganiaya praktisi. Chen sendiri juga menerima penghargaan dari pejabat tinggi atas peran aktifnya dalam penganiayaan.
Namun tepat saat dia menunggu promosi, Chen didiagnosis menderita kanker perut. Dia ketakutan dan putus asa. Memikirkan kembali hal-hal yang telah dia lakukan di masa lalu, Chen tiba-tiba teringat beberapa praktisi telah menyarankan diaagar menghentikan partisipasinya dalam penganiayaan. Mereka mengingatkan dirinya pada pepatah Tiongkok bahwa "perbuatan baik akan mendapat pahala, dan perbuatan jahatakan mendapatganjaran buruk." Dia bertanya-tanya apakah diagnosis kankernya terkait dengan keterlibatannya dalam penganiayaan.
Tanpa ragu-ragu, Chen pergi ke kantornya pada malam hari dan mengambil beberapa materi Falun Gong yang disita dari praktisi setempat di rumah mereka. Dengan membacanya satu per satu, dia menyadari bahwa Falun Gong memang mengajarkan seseorang untuk menjadi orang baik dan penganiayaan itu salah. Dia menyesali apa yang telah dia lakukan terhadap praktisi.
Sambil menunggu untuk menjalani operasi, Chen juga menonton DVD yang disita dari praktisi sebelumnya dan berbicara dengan seorang praktisi tentang pertanyaan yang dia miliki. Lambat laun, dia mengetahui bahwa ajaran Falun Gong sangat mendalam dan hanya dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Sejak itu, Chen berhenti melakukan perbuatan buruk dan mulai membantu praktisi. Ketika informan melaporkan praktisi kepadanya, dia mengabaikan mereka. Ketika bawahannya meminta lebih banyak kendaraan untuk membawa praktisi yang ditangkap ke kantor polisi, dia akan menjawab, “Sulit untuk menemukan mobil polisi. Kalian bisa membiarkan mereka [praktisi] pergi.” Untuk praktisi setempat yang dipaksa membayar denda di masa lalu, dia menelepon mereka untuk mendapatkan uangnya kembali. Ketika seorang praktisi lanjut usia akan dikirim ke kamp kerja paksa, dia menggunakan koneksinya untuk membebaskannya dengan alasan medis.
Ada banyak kisah seperti ini. Suatu hari Chen tiba-tiba menyadari sakit perutnya telah hilang. Tidak hanya bisa makan dengan baik, dia juga mendapatkan kembali energinya. Dia sangat senang dan berbagi cerita dengan ajudannya, Tang, yang telah bekerja di kantor polisi selama bertahun-tahun.
"Kamu tidak sendirian," Tang tersenyum padanya dan berkata. “Dua pendahulu Anda juga memilih untuk berhenti menganiaya Falun Gong.”
Direktur pertama adalah Zhang, yang ibu dan adik iparnya adalah praktisi Falun Gong. Dia juga memberi tahu petugasnya bahwa praktisi adalah orang baik. Jika setiap orang berlatih Falun Gong, masyarakat akan damai. Ibunya juga berulang kali menyuruhnya untuk tidak melakukan perbuatan buruk. Zhang mendengarkan dan kemudian dipromosikan.
Direktur kedua, Qin, bahkan kurang aktif dalam penganiayaan. Mengutip pepatah Tiongkok kuno, dia berkata, “Tiga kaki di atas kepala ada Dewata yang mengawasi [kita].” Dia juga mengatakan berbuat baik akan membawa keberkahan bagi keluarga dan keturunan. Putra dan menantunya adalah praktisi Falun Gong. Atas rekomendasi mereka, Qin pensiun lebih awal. Karena beberapa perubahan kebijakan, uang pensiunnya bahkan lebih tinggi dari gajinya.
Chen senang karenatelah mempelajari fakta kebenaran dan mengubah cara hidupnya tepat waktu, serta mengharapkan nasib baik yang sama bagi orang-orang yang telah tertipu dan mengubah untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan.