Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Dari Pemberontakan Remaja hingga Melangkah Kembali ke Dafa: Perjalanan Kultivasi Seorang Murid Kecil

26 Feb. 2022 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Mongolia Dalam, Tiongkok

(Minghui.org) Saya lahir tahun 1990an dan saya mulai berlatih Falun Dafa dengan ibu saya sebelum penganiayaan dimulai pada 20 Juli 1999. Meskipun saya masih kecil, Dafa sangat dalam berakar di hati saya. Ketika saya bertumbuh dewasa saya melewati periode pemberontakan remaja. Saya membuang-buang waktu ketika saya duduk di bangku kuliah dan saya mengesampingkan Falun Dafa. Tetapi saya tidak pernah lupa bahwa saya adalah seorang praktisi. Saya ingin menceritakan perjalanan kultivasi saya kepada anda.

Semuanya Berubah

Ibu saya mendesak saya untuk terus membaca Fa setelah saya lulus kuliah dan mulai bekerja. Saya menolak dan tidak suka caranya mendorong saya. Saya menghasilkan uang dan saya sangat tertarik pada dunia materi. Saya berbelanja, makan di restoran mahal dan menonton film. Saya tidak berhenti hingga saya lelah bermain.

Tapi periode tenang tidak bertahan lama. Ibu saya mulai mengalami gejala penyakit. Karena saya tidak belajar Fa saya tidak melihatnya sebagai ujian kultivasi.

Kesehatan ibu saya terus menurun dan penglihatannya terpengaruh. Karena ayah saya bersikeras akhirnya ibu menjalani operasi. Hasilnya ia menjadi buta. Kehidupan santai saya tiba-tiba terganggu. Saya harus merawat ibu saya setelah bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk diri sendiri. Ayah saya hampir runtuh akibat penyakit ibu saya. Ibu saya adalah seorang “wanita super” dan sekarang membutuhkan perawatan. Ia sendiri berada dalam tekanan mental yang sangat besar.

Saya tidak lagi dapat memanjakan diri dan saya menjadi tulang punggung keluarga. Lingkungan di tempat kerja tidak menyenangkan dan saya juga harus mengurus segalanya di rumah. Terkadang saya memberhentikan mobil saya di jalan setelah bekerja dan melihat orang datang dan pergi. Ingatan saya abu-abu saat itu. Saya merasa sedih, tidak hanya untuk diri sendiri dan hilangnya kebebasan saya, tapi juga untuk semua orang di sekitar saya. Ketika saya mengingat bahwa praktisi mempunyai misi untuk menyelamatkan orang, saya merasa saya tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, bagaimana saya bisa menyelamatkan orang lain.

Kembali ke Falun Dafa

Ketika saya merasa tersesat dan mati rasa. Saya mengingat Falun Dafa. Saya mengambil Zhuan Falun dan membacanya, tapi saya tidak berkultivasi dengan tekun. Pekerjaan rumah membebani saya. Berkat belas kasih Guru seorang praktisi datang membantu saya. Suatu malam saya bermimpi saya terjatuh dari tebing tapi seorang gadis meraih tangan saya dan menarik saya ke atas.

Seorang praktisi wanita muda bernama Wenjing datang ke rumah saya seminggu kemudian. Sebelumnya setiap kali praktisi datang mengunjungi ibu saya, saya menyapa mereka dengan sopan dan kemudian bersembunyi ke kamar. Saya takut mereka akan meminta saya belajar Fa atau mendesak saya menjadi tekun. Saya tidak menjawab atau membuat janji apa pun karena saya takut saya akan mengecewakan Guru. Tapi Wenjing terlihat berbeda. Ia hanya beberapa tahun lebih tua dari saya. Ia muda dan cantik dan cukup modis. Ia tidak meminta saya melakukan apapun. Ia memberi tahu saya tentang pengalaman kultivasinya dan membuat dua saran: “Belajar Fa lebih banyak dan memancarkan pikiran lurus lebih banyak.”

Ibu saya berkata banyak kali tapi saya selalu mengabaikannya. Tapi kali ini saya menjalankannya. Saya belajar Fa lebih banyak dan memancarkan pikiran lurus lebih banyak. Dengan cepat saya mengalami perubahan mendasar. Belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus menjadi bagian dari hidup saya.

Wenjing mengundang saya ke rumahnya dan berkata bahwa beberapa praktisi muda lain juga diundang. Saya sedikit gugup. Saya takut bahwa praktisi lain sangat tekun sementara saya malas. Saya takut mereka akan berbicara banyak tentang prinsip Fa sedangkan saya hanya mengetahui sangat sedikit. Ia melihat kekhawatiran saya dan berkata, “Jangan berpikir terlalu banyak. Kita semua anak-anak muda—kita hanya berbicara tentang diri kita. Anggap saja sebagai sebuah kesempatan untuk bertemu teman baru.” Saya masih gugup tapi mengharapkan pertemuan itu.

Ketika saya tiba di rumah Wenjing saya melihat praktisi muda seusia saya. Suasananya rileks dan sangat bersahabat meskipun itu pertama kali kami bertemu. Tidak seperti pertemuan dengan orang-orang biasa yang bersikap acuh dan menjaga sikap satu sama lain. Orang-orang ini berbeda—setiap orang ramah dan seperti teman lama. Makanannya lezat. Kami berbincang dengan gembira dan banyak tertawa. Kami berbicara tentang pengalaman kultivasi kami sambil menikmati makanan enak.

Kami semua adalah murid Dafa kecil—kami mulai berlatih dengan orang tua atau kakek nenek kami ketika kami masih anak-anak. Berkat belas kasih Guru, kami bisa berkumpul bersama. Setiap orang membagikan kisah luar biasa mereka, dan saling mendukung satu sama lain. Ketika kami berbicara Wenjing menyarankan kami untuk membentuk kelompok belajar Fa dengan orang-orang yang tinggal berdekatan dengan kami. Semuanya setuju.

Saya memutuskan belajar Fa dengan Wenjing, dan praktisi lain bergabung dengan kami. Musim dingin itu sangat dingin, tapi hati saya hangat. Terima kasih Guru! Terima kasih rekan praktisi! Saya menemukan jalan kembali ke rumah.

Kerja Sama

Dengan dorongan Wenjing praktisi muda terus berdatangan. Saya menghadiri banyak pertemuan di rumahnya dan bertemu praktisi baru. Semua orang ramah dan kami tidak merasa canggung. Mereka datang dari seluruh aspek kehidupan, termasuk guru, dokter, jurnalis, pengemudi, pegawai bank, karyawan bisnis, bos sektor swasta, dan pejabat pemerintah. Kami semua mengikuti jejak orang tua kami dan membuktikan kebenaran Fa.

Wenjing terus mencari mantan praktisi kecil. Saya ingin membantunya. Segera Guru memberikan sebuah kesempatan. Seorang praktisi lansia memberi tahu ibu saya bahwa menantu perempuannya Gao mulai berlatih Falun Dafa dan ingin bertemu praktisi muda lainnya. Ia memberikan kontak informasi Gao kepada saya. Ibu saya meminta saya bertemu Wenjing dan memberi tahu tentang Gao.

Saya tidak mempunyai waktu bertemu Wenjing jadi saya memutuskan bertemu dengan Gao lebih dulu. Ibu mertuanya membukakan pintu untuk saya.

Saya memperkenalkan diri saya kepada Gao dan menceritakan kisah kultivasi saya. Saya mengetahui bahwa ibunya adalah seorang praktisi jadi ia adalah murid Dafa kecil juga. Kami berbicara dengan gembira dan satu jam telah berlalu dengan cepat. Saya mengundangnya makan malam di rumah saya dan ia setuju.

Saya pergi menemui Wenjing dan membuat janji dengannya dan Gao. Ketika kami bertemu kami berbicara dengan bebas tentang penderitaan kami dalam hidup dan keindahan dari berlatih Falun Dafa. Kami berbincang hingga tengah malam, dan memutuskan akan bertemu lagi. Gao segera menemukan sebuah kelompok belajar Fa setempat.

Ibu Mertua dan Menantu Perempuan

Hidup saya tetap tenang setelah saya menikah. Ibu mertua saya adalah seorang praktisi, jadi saya terhindar dari banyak masalah yang umumnya terjadi antara ibu mertua dan menantu. Tapi tak terduga saya mengalami ujian xinxing besar dengannya.

Saya adalah yang terakhir di antara teman-teman saya yang menikah. Teman-teman saya mempunyai segala jenis permasalahan dengan ibu mertua mereka. Sekarang banyak orang-orang muda yang egois dan mementingkan kepentingan mereka sendiri lebih dulu. Hampir semuanya bergantung pada orang tua dan mertua mereka untuk bantuan finansial dan untuk membantu rumah tangga mereka. Hubungan antara orang-orang biasa begitu buruk bahkan pasangan yang sudah menikah pun mempunyai penghalang di antara mereka apalagi ibu mertua dan menantu perempuan.

Masalah saya dengan ibu mertua dimulai ketika saya hamil. Ia tidak terlalu cakap dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau merawat orang lain. Kehamilan saya sulit. Karena ibu saya tunanetra ia tidak bisa merawat saya, jadi saya meminta ibu mertua saya untuk merawat saya. Kami awalnya berhubungan baik. Tapi konflik terjadi seiring berjalannya waktu. Ia berpikir bahwa saya mudah tersinggung dan banyak menuntut. Saya berpikir ia tidak beralasan. Suami saya sibuk dengan pekerjaan dan tidak bisa membantu saya—ia berharap ibunya merawat saya. Ia berpikir putranya tidak berbakti. Saya mengeluh bahwa ia egois. Hubungan kami menjadi tegang.

Konflik bertambah ketika saya mengalami gejala keguguran. Ibu mertua saya harus menjenguk saya di rumah sakit. Mengetahui bahwa ia tidak bisa merawat saya, ia menawarkan untuk mempekerjakan seorang perawat untuk membantu saya. Ia terlihat tulus jadi saya mempercayainya. Beberapa hari kemudian ia menyesali keputusannya dan berkata bahwa ia hanya bisa membayar untuk dua bulan. Kami harus membayar untuk sisa periodenya. Suami saya tidak berkata apapun. Saya merasakan ketidakseimbangan dalam hati saya. Saya tidak bisa tidur, dan pertengkaran besar dengannya terjadi.

Di malam saya keluar dari rumah sakit, saya meminta ibu mertua saya datang ke rumah untuk mendiskusikan masalah tersebut. Ia bertanya bagaimana keadaan saya, semuanya lancar, dan apakah saya puas dengan perawatnya. Saya berkata iya dan langsung membicarakan topik tersebut.

Saya bertanya, “Ibu, berapa lama anda berencana untuk mempekerjakan perawat?” ia tidak siap dengan keterusterangan saya dan berkata, “terserah kamu.” Saya berkata, “Kami tidak membayar biayanya jadi kami tidak bisa memutuskan.” Ia melanjutkan, “Terserah kamu. Saya sudah tua dan saya akan melakukan apapun yang kamu minta saya lakukan. Saya baik-baik saja dengan apapun pengaturanmu.” “Lalu bagaimana dengan upahnya?” “Kamu diskusikan. Kamu berdua harus membicarakan dengan perawat itu.” Ia tidak menjawab pertanyaan saya secara langsung.

Saya berbalik ke suami saya. Ia tidak berkata apapun. Saya berbalik ke ibu mertua. Ia menghentikan saya dengan, “saya akan mendengarkan pengaturanmu.” Saya ingin bertanya kepadanya, “ibu berkata ibu ingin mempekerjakan perawat. Mengapa ibu tidak mengakuinya sekarang?” Tapi saya tidak mengatakannya. Mungkin itu adalah Guru yang tidak membiarkan saya mengatakan sesuatu yang menentang generasi lebih tua.

Perawat itu adalah seorang praktisi. Setelah kami berbicara saya sadar itu adalah ujian xinxing bagi saya. Kebencian dan ketidakpuasan saya dengan ibu mertua saya menghilang. Saya menyesali kata-kata amarah saya terhadapnya. Mengingat ekspresinya yang canggung, saya merasa saya begitu tidak baik. Sebagai seorang praktisi, saya seharusnya tidak melakukan hal itu. Saya akhirnya melewati ujian tersebut. Saya melepaskan perasaan tidak adil dan keterikatan lain.

Semua hal yang saya miliki berasal dari Dafa. Terima kasih Guru karena tidak menyerah pada saya dan untuk penyelamatan belas kasih Anda.