Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Berkultivasi Sejati-Baik-Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari

4 Maret 2022 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Beijing, Tiongkok

(Minghui.org) Saya mengajar di sebuah universitas. Ada pepatah dari budaya tradisional Tiongkok, “Cendikiawan tidak bisa dihina.” Dipenuhi dengan kesombongan, saya melindungi kehormatan saya. Saya mementingkan reputasi saya dan takut kehilangan muka di depan umum. Jika ada yang memperlakukan saya dengan tidak adil, maka saya akan tanpa henti mengejar mereka.

Lelah mengejar ketenaran dan keuntungan pribadi selama bertahun-tahun, saya akhirnya terkena penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Saya kemudian mendengar bahwa beberapa penyakit orang sembuh setelah berlatih Falun Dafa, jadi saya memutuskan untuk mencobanya. Beberapa hari setelah saya mulai berlatih, saya merasa energik, dan kesehatan saya membaik. Semua penyakit saya lenyap, saya menjadi sehat dan bahagia. Saya berterima kasih kepada Guru Li Hongzhi! (Pencipta Falun Dafa) Guru tidak meminta sepeser pun dari saya, tetapi memberikan saya kehidupan kedua.

Lebih penting lagi, Falun Dafa mengajarkan saya untuk menjadi orang yang memikirkan orang lain dan mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar dalam kehidupan sehari-hari. Karakter saya meningkat dengan cepat, dan orang-orang yang mengenal saya mengatakan saya menjadi orang yang lembut dan baik.

Menumbuhkan Kesabaran: Tetap Tenang Saat Disalahkan

Saya menjalani ujian besar satu tahun setelah saya mulai berlatih. Saya mendengar seseorang meneriaki saya dari belakang ketika saya berada di antrean saat makan siang di kafetaria. Saya berbalik dan melihat ternyata itu adalah kepala fakultas, Wan (wanita).

Dengan marah dia berkata, “Mengapa anda tidak memberi tahu siswa anda tentang pelatihan lisan sore ini? Anda memiliki empat kelas, tetapi anda tidak memberi tahu satu kelas pun! Bagaimana anda bisa melupakan acara sebesar itu?”

Saya berkata, “Saya tidak tahu tentang pelatihan lisan. Tidak ada yang memberi tahu saya mengenai pelatihan itu.” Dia menjadi lebih marah: "Saya sudah memberi tahu anda tentang pelatihan itu!"

Saya menjawab, "Tidak, anda tidak memberi tahu saya." Wan balas berteriak, “Sudah! Saya sudah memberi tahu anda! Anda lupa, dan sekarang anda menyangkalnya!”

Saya dengan tenang menjawab, “Kalau begitu beri tahu saya kapan dan di mana anda memberi tahu saya tentang ini.”

Dia menjadi diam dan setelah berhenti, dia berkata, "Saya meminta Li (wanita) untuk memberi tahu anda." Saya menjawab, "Baiklah, kalau begitu, mari kita tanyakan Li apakah dia memberi tahu saya tentang ini."

Saya menemui Li dan bertanya tentang pelatihan itu. Dia menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa. Jelas sekali dia lupa memberi tahu saya.

Di masa lalu tidak ada yang berani menentang atau menyinggung saya, terutama ketika sebagian besar staf, guru, dan kepala sekolah hadir. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya adalah seorang praktisi dan tidak boleh berperilaku seperti itu lagi. Saya tetap tenang. Saya tidak marah dan tidak bertengkar dengan Wan.

Saya ingat apa yang Guru Li katakan,

“Tentu saja kita boleh menjelaskan dengan baik-baik, bahkan boleh menerangkan duduk persoalan, namun kalau itu dilakukan dengan keterikatan hati yang berlebihan juga tidak benar.” (ceramah 4, Zhuan Falun)

Guru lain yang berteman dengan Wan datang untuk campur tangan dan mengatakan kepadanya, "Dia berlatih Falun Dafa dan tidak akan melawan."

Apa pun niatnya mengatakan ini, kata-kata Falun Dafa mengingatkan saya bahwa mungkin Guru menggunakan mulutnya sebagai petunjuk. Saya tahu bahwa saya adalah seorang praktisi Dafa, dan saya harus toleran.

Guru Li berkata,

“Kami katakan dalam menghadapi konflik, dengan mundur selangkah anda akan menemukan laut luas dan angkasa tak berbatas, pasti adalah suatu pemandangan lain.” (Ceramah 9, Zhuan Falun)

Saya tahu bahwa tetap tenang tidak cukup dalam situasi ini. Saya harus mengikuti ajaran Guru dan mempertahankan diri saya pada standar yang lebih tinggi dan menjadi orang yang memikirkan orang lain. Saya memberi tahu Wan, "Jangan khawatir, saya akan menemukan cara untuk memberi tahu semua siswa." Saya bertanya padanya jam berapa pelatihan lisan dimulai dan lokasinya.

Waktu sangat mendesak saat pelatihan dimulai pada pukul dua. Saya tahu beberapa siswa makan siang di ruang kelas mereka, jadi saya berlari ke ruang kelas terlebih dahulu. Saya menyuruh mereka untuk menyampaikan pesan itu kepada teman sekelas mereka. Saya juga menulis pemberitahuan di papan tulis di semua kelas. Setelah itu, saya pergi ke salah satu asrama siswi dan meminta mereka untuk memberi tahu semua siswi lainnya. Kemudian, saya pergi ke asrama laki-laki dan melakukan hal yang sama.

Sudah hampir waktunya untuk pelatihan. Saya lelah dan lapar, karena saya belum makan bahkan belum minum seteguk air pun sejak pagi. Tapi saya tidak mengeluh. Sebaliknya, saya senang bahwa para siswa dapat mengikuti pelatihan sesuai jadwal. Saya juga senang bahwa saya dapat menahan diri dipermalukan di depan publik dan dengan tenang menangani konflik.

Mengultivasikan Belas Kasih: Memaafkan Pengemudi yang Menabrak Saya

Saya sedang mengendarai sepeda di jalur sepeda. Saat itu tiba-tiba sebuah mobil hitam berbelok tajam, memasuki jalur, dan menabrak saya.

Saya terlempar dari sepeda. Saat pengemudi keluar dari mobilnya, dia tampak terkejut. Saat saya berdiri, dia tersadar dan mengambil sepeda saya.

Saya tidak terluka dan tidak merasakan sakit. Namun, sepeda saya rusak parah. Pelek depan terpelintir ke belakang. Setangnya terbalik, dan rantainya putus. Mobil pengemudi memiliki goresan yang panjang dan dalam.

Pengemudi berusaha menarik dan memutar sepeda saya kembali tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saya tahu dia sedang menunggu saya untuk memberi tahu dia apa yang harus dilakukan.

Guru Li berkata,

“Pengemudi memang memacu mobil, namun apakah mungkin dia sengaja menabrak orang? Bukankah dia tidak sengaja?” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Saya mengatakan kepadanya, “Jangan takut. Saya adalah seorang praktisi Falun Dafa. Saya tidak akan meminta kompensasi ataupun memanfaatkan anda atas kerusakan sepeda saya. ”

Banyak orang yang melihat mengatakan, “Pengemudi bertanggung jawab penuh atas kecelakaan itu. Untungnya, dia tidak mati. Pengemudi harus memberinya uang!”

Guru berkata,

“Namun orang sekarang memang demikian, jika tidak memeras uangnya, kerumunan orang itu merasa tidak adil.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Pengemudi itu tidak berani pergi. Saya mengatakan kepadanya, “Tidak apa-apa. Kamu boleh pergi. Jika saya tidak berlatih Falun Dafa, hari ini saya tidak akan bersikap seperti ini.” Dia tampak seolah-olah dia telah diberikan pengampunan. Seolah-olah dia takut saya akan berubah pikiran, dia buru-buru kembali ke mobilnya dan pergi.

Orang-orang yang melihat berkata kepada saya, “Ada apa dengan anda? Mengapa anda membiarkan dia pergi? Anda seharusnya tidak membiarkan dia pergi! Mengapa anda tidak menelepon polisi? Mengapa anda tidak pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan? Anda bahkan tidak memintanya untuk membayar kerusakan sepeda!”

Saya diam-diam berjalan ke arah sepeda saya, tetapi sepeda saya rusak parah sehingga saya tidak bisa mengendarainya. Seseorang berkata, “Lihat sepeda anda. Sekarang seperti rongsokkan. Anda seharusnya memintanya untuk membelikan anda yang baru, atau setidaknya memintanya untuk memperbaikinya.” Saya menjawab, “Pengemudinya pasti ada urusan mendesak, jadi dia mengemudi begitu cepat. Dia tidak sengaja menabrak saya.”

Saat saya berbicara, tanpa sadar saya memegang pegangan sepeda dan mendorongnya ke depan. Yang mengejutkan saya, sepeda itu bergerak, jadi saya membawanya pulang. Setelah berjalan beberapa saat, saya merasa lelah dan ingin mencoba menaikinya. Hebatnya, meskipun sepedanya bengkok dan sulit untuk digerakkan, saya berhasil mengendarainya ke bengkel dekat rumah saya. Begitu saya turun dari sepeda, sepeda itu tidak bisa digerakkan lagi dan bahkan tidak bisa berdiri jika tidak dipegangi.

Mekanik itu melihat sepeda yang tergeletak di tanah dan bertanya bagaimana saya membawanya ke sana. Saya berkata, "Saya mengendarainya ke sini." Matanya membelalak, dan dia berseru, "Anda mengendarainya ke sini?" Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia mengatakan sepedanya rusak terlalu parah, dan sulit untuk mengatakan apakah dia bisa memperbaikinya. Dia menyuruh saya untuk kembali dalam tiga hari.

Mekanik itu berkata bahwa dia tahu bahwa sepedanya mengalami kecelakaan parah, dan jika tidak mati, saya seharusnya terluka parah. Tetapi saya tidak terluka sama sekali—kulit saya bahkan tidak tergores! Guru melindungi saya! Terima kasih Guru, karena telah menyelamatkan hidup saya!

Berkultivasi Sejati: Jangan Membuat Janji Kosong

Untuk memberi tahu orang-orang tentang Falun Dafa dan membantu mereka mengetahui propaganda Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang memfitnah Falun Dafa, saya membagikan mata uang kertas dengan informasi klarifikasi fakta yang tercetak di atasnya.

Saya biasanya pergi ke berbagai pasar dan membeli barang dari pedagang sehingga lebih banyak orang dapat melihat pesan yang tercetak di uang itu. Sering kali, pedagang meminta saya untuk datang lagi, dan dengan santai saya akan berkata, “Tentu saja! Saya akan datang besok."

Awalnya, saya tidak menganggapnya serius. Namun, itu menarik perhatian saya dari waktu ke waktu, dan saya merasa ada sesuatu yang salah ketika saya terus memberi tahu pedagang bahwa saya akan kembali—tetapi saya tidak melakukannya. Saya adalah seorang praktisi yang hidup dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Saya harus menepati janji. Jika saya dengan santai membuat janji tetapi tidak punya niat untuk menepatinya, bukankah saya berbohong?

Guru berkata,

“Bagi saya perkataan yang tidak ingin saya ucapkan, tidak akan saya ucapkan, tetapi yang telah saya ucapkan pasti adalah perkataan yang benar.” (Ceramah 8, Zhuan Falun)

Saya ingin kembali ke pedagang jika saya berjanji untuk membeli dari mereka lagi. Namun, sebagian besar pedagang tidak memiliki kios tetap, sehingga sulit untuk menemukannya. Saya kemudian memutuskan untuk berhenti membuat janji jika saya tidak berencana untuk kembali.

Pada awalnya, saya kesulitan untuk mengubah kebiasaan ini. Jadi setiap saat, saya mengatakan pada diri sendiri untuk tidak membuat janji kepada pedagang mana pun. Tetapi saya masih mengatakan kepada mereka bahwa saya akan datang lagi tanpa memikirkannya.

Saya mencari ke dalam dan menyadari bahwa akar dari kebiasaan buruk ini adalah budaya Partai Komunis Tiongkok yang ditanamkan dalam diri saya saat tumbuh dewasa. Jadi saya memutuskan untuk menghilangkan kebiasaan itu dengan menepati janji saya.

Ketika saya berjanji pada pedagang lagi, saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus menepati janji saya dengan membeli darinya lagi keesokan harinya. Namun, dia tidak berada di tempat yang sama keesokan harinya. Saya kemudian mencari-cari kiosnya dan akhirnya menemukannya. Saya mengatakan kepadanya, “Saya berjanji untuk membeli sayuran anda kemarin. Saya tidak ingin melupakannya, jadi saya menghabiskan waktu cukup lama untuk mencari anda.” Dia tertawa, “Semua orang mengatakan itu. Siapa yang menganggapnya serius?” Saya menjawab, "Saya melakukannya karena saya seorang praktisi Falun Dafa, dan praktisi tidak berbohong." Sejak saat itu, saya bisa menepati janji.

Setelah berlatih Falun Dafa selama bertahun-tahun, tubuh saya terasa ringan. Saya memiliki kulit yang cerah, dan wajah saya tanpa kerutan. Orang-orang yang mengenal saya mengatakan bahwa saya terlihat 20 tahun lebih muda dari usia saya. Guru telah memberi saya kesehatan dan membuat saya menjadi orang yang lebih baik dengan moral yang tinggi. Dari lubuk hati saya, saya ingin memberi tahu semua orang, “Falun Dafa baik! Sejati-Baik-Sabar adalah baik!”