(Minghui.org) Seperti kata pepatah, "Macan tutul tidak dapat mengubah bintiknya." Sangat sulit untuk mengubah karakter seseorang bahkan jika orang tersebut berusaha sangat keras. Saya ingin menceritakan bagaimana Falun Dafa mengubah saya dari seorang gadis pemberontak dan istri pemarah menjadi seseorang yang selalu memperhatikan orang lain.

(Lanjutan dari Bagian 2)

Penahanan Kamp Kerja Paksa

Setelah putri saya mulai sekolah pada tahun 2001, ibu mertua saya terus merawatnya. Putri saya berhasil di sekolah dan tidak membutuhkan bimbingan tambahan seperti yang dilakukan oleh banyak teman sebayanya. Lan, adik perempuan suami saya Lei, tinggal berdekatan setelah dia menikah. Dia mengunjungi ibu mertua saya hampir setiap hari untuk membantu kerjaan yang ada di rumah. Dia bercerai pada tahun 2002 dan membawa putranya untuk tinggal bersama ibu mertua dan keluarga saya. Sudah 20 tahun sejak kami memiliki pengaturan hidup ini, dan dia telah membantu saya mengurus keluarga, meningkatkan xinxing saya, dan menghindari pelecehan dari polisi.

Tepat sebelum Tahun Baru Imlek 2002, suatu hari saya keluar untuk membuat kata-kata "Falun Dafa baik" dengan cara menyemprot dengan cat. Saya ditangkap dalam perjalanan pulang dan kemudian dihukum satu tahun kerja paksa.

Ada berbagai macam tugas kerja di kamp kerja paksa, seperti melipat kertas, mengelem mainan burung, dan membuat boneka binatang. Praktisi mana pun yang menolak melepaskan keyakinannya akan dipaksa melakukan kerja tidak dibayar di siang hari dan menjalani sesi cuci otak yang intens di malam hari. Satu bulan kemudian, mereka yang mencuci otak saya menyerah. Mereka bilang saya terlalu keras kepala untuk berubah.

Saya melihat beberapa penjaga menghormati praktisi yang teguh pada keyakinannya. Ketika berbicara dengan saya, para penjaga ini tidak mengatakan kata-kata buruk. Setiap kali seorang praktisi baru diterima di kamp kerja paksa, pemerintah akan mengalokasikan beberapa ribu yuan untuk kamp tersebut. Setiap tahanan diperintahkan menulis “laporan pemikiran” setiap bulan. Saya selalu menulis tentang betapa hebatnya Falun Gong dan mengapa penindasan itu salah. Belakangan, saya berhenti menulis.

Suatu hari, kamp kerja paksa mengorganisir tahanan untuk menonton video fitnah tentang tipuan bakar diri yang dipentaskan di Lapangan Tiananmen. Mereka meminta semua orang menyerahkan laporan ringkasan pemikiran kami tentang hal ini. Mengutip kata-kata dari Ceramah Tujuh Zhuan Falun, saya menunjukkan bahwa Falun Gong dilarang membunuh atau bunuh diri, dan bahwa pelaku bakar diri dalam tipuan itu bukanlah praktisi.

Ada beberapa narapidana yang tahu bahwa penganiayaan itu salah, jadi mereka diam-diam melindungi praktisi yang ditugaskan untuk mereka awasi. Beberapa narapidana lain, menindas praktisi karena mereka dicuci otak oleh Partai Komunis Tiongkok. Suatu kali seorang narapidana memukuli saya dan mencakar leher saya dengan paku. Saya menulis surat untuk melaporkannya. Setelah menerima surat saya, direktur kamp kerja paksa menyuruh seorang penjaga memberikan surat itu kepada narapidana yang melukai saya dengan paku.

Saya memiliki insting bahwa direktur ini akan mendukung yang lurus. Karena pemikiran ini, surat itu benar-benar berhasil dan banyak orang mendengar tentang ini. Sayamenulis: “Praktisi Falun Gong tidak melakukan kesalahan dan mereka bukan penjahat. Adalah salah jika mereka ditahan di sini karena keyakinannya, apalagi dianiaya, setiap serangan mental dan serangan fisik terhadap praktisi adalah kejahatan.”

Narapidana meminta maaf kepada saya dan berhenti menganiaya saya sejak saat itu. Praktisi terus melafalkan ajaran Falun Gong, memancarkan pikiran lurus, dan mendorong satu sama lain untuk melewati masa sulit.

Kamp kerja paksa mengizinkan satu kunjungan keluarga per minggu dan Lei datang hampir setiap minggu. Terkadang dia membawa putri kami, yang selalu berperilaku baik. Suatu kali dia bahkan membawa gambar yang dia buat untuk saya. Suatu saat dalam kunjungan itu, ipar saya, Lan, dan beberapa kerabat lainnya juga datang. Begitu mereka melihat saya, mereka mendesak Lei untuk menceraikan saya. Mereka semua adalah wanita pemarah yang berbicara dengan keras.

Salah satu dari mereka berkata: “Tidak ada katak berkaki tiga. Tapi menemukan wanita berkaki dua itu mudah.”

Yang lain menambahkan: "Ajukan gugatan cerai hari ini dan kami akan mencarikan anda wanita yang lebih baik besok, jangan khawatir tentang uang. Kami akan memberikan apa pun yang anda butuhkan.”

Lei diam, dan saya berkata kepadanya: “Anda masih muda dan anda bukan praktisi. Jadi tidak perlu ikut menderita.”

Saya lanjutkan: “Memang benar bahwa segala sesuatu ada awal, ada akhir. Tapi saya tidak tahu kapan penganiayaan akan berhenti. Apakah menunggu saya atau bercerai, itu terserah anda. Tetapi jika anda mengajukan cerai, saya tidak akan menyalahkan anda.”

Lei tidak mengatakan apa-apa. Seorang penjaga yang memantau kunjungan itu juga memintanya agar menceraikan saya.

Lei menjelaskan: “Tetapi, selain berlatih Falun Gong, yang menurut anda merupakan masalah, istri saya adalah sempurna.”

Lan dan kerabat lainnya berteriak dan mengutuk. Mereka kemudian pergi dengan Lei.

Pada satu kesempatan, kamp kerja paksa memerintahkan semua praktisi yang menolak melepaskan keyakinannya untuk minum pil putih. Siapa pun yang tidak mengambilnya akan dicekok paksa makan. Saat giliran saya, saya membiarkan pil itu masuk ke baju dalam. Narapidana yang ditugaskan mengawasi saya memeriksa tangan, mulut, dan area di bawah lidah saya, tetapi tidak melihat apa pun. Dia mengira saya telah menelan pil itu.

Masa hukuman saya diperpanjang dua bulan lagi karena saya menolak berhenti berlatih Falun Gong.

Cuci Otak Paksa

Setelah masa kamp kerja paksa saya yang diperpanjang berakhir, Lei datang menjemput saya. Tetapi Kantor 610 membawa saya langsung ke pusat pencucian otak. Lei juga ikut dengan kami. Di mobil polisi, dia memberi tahu saya ibu mertua saya dan Lan memasak banyak hidangan lezat menunggu untuk menyambut saya pulang. Tidak ada yang menyangka saya akan ditahan lagi.

Ketika kami tiba di pusat pencucian otak, Lei disuruh membayar 1.000 yuan per bulan untuk makanan saya. Dia menjawab: “Saya tidak punya uang sepeser pun. Jika anda ingin menahannya di sini, adalah tugas anda memberi dia makan dan menutupi biayanya.”

Dia kemudian pergi. Tidak ada yang berbicara dengan saya tentang biaya makanan lagi.

Pusat pencucian otak berada di gedung berlantai tiga. Lantai pertama menampung apa yang disebut “anggota staf,” sedangkan dua lantai teratas digunakan untuk menampung praktisi yang masih menolak untuk melepaskan keyakinan mereka setelah menyelesaikan hukuman penjara atau kamp kerja paksa. Saya ditahan di lantai dua. Di setiap kamar, ada meja, kursi, tempat tidur, wastafel, dan sikat gigi beserta pasta gigi. Lampu di langit-langit tetap menyala sepanjang malam.

Setiap hari makanan dibawa ke kamar. Ketika kami makan, kami harus duduk di kursi yang menghadap pintu, sehingga para penjaga bisa melihat siapa yang menolak makan dan akan mencekok paksa mereka yang mogok makan. Jendela-jendelanya berpengaman jeruji besi dan ditutup dengan tirai sepanjang tahun. Setiap pintu memiliki lubang kecil agar penjaga dapat melihat ke dalam.

Segera setelah saya dibawa ke kamar, di kepala saya segala macam pikiran buruk bermunculan. Kata-kata dari seorang penjaga juga muncul: “Jangan pernah berpikir untuk keluar dari sini kecuali kamu diubahkan (dipaksa berhenti berlatih Falun Gong).” Tanpa harapan untuk dibebaskan, saya hancur dan mental runtuh. Saya rindu untuk melihat keluarga dan rekan-rekan praktisi lagi dan pikiran saya dipenuhi dengan berbagai macam pikiran.

Perlahan saya mencoba tenang. Dan saya ingat Guru dan Falun Dafa. Melihat noda darah di dinding, saya tahu itu adalah bukti penganiayaan terhadap praktisi di sini. Saya berusaha keras untuk melafalkan ajaran Dafa dan memancarkan pikiran lurus untuk menenangkan diri.

Anggota staf tersebut berasal dari berbagai instansi pemerintah atau perusahaan. Mereka menerima gaji besar dan bonus tinggi. Biasanya, dua dari mereka berpasangan sebagai satu tim untuk memantau praktisi. Ada juga beberapa orang yang berada di shift 24 jam. Beberapa anggota staf bertanggung jawab untuk mencuci otak praktisi, sementara yang lain memukuli praktisi. Di antara mereka juga ada yang beragama Buddha. Dihadapkan dengan godaan nama dan kepentingan materi, orang-orang ini kehilangan kemanusiaan dan hati nurani mereka, membuat pusat pencucian otak bahkan lebih kejam daripada kamp kerja paksa.

Selain dipaksa menghadiri sesi cuci otak, saya tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara. Lei mengkhawatirkan saya dan datang seminggu sekali. Setiap kali dia membawa beberapa buah dan makanan ringan. Selalu ada dua tas, satu untuk anggota staf yang bertugas dan satu untuk saya. Saya mengatakan kepadanya untuk berhenti melakukan itu untuk menghemat uang, tetapi dia tidak mendengarkan.

Setiap kali datang ke sini, Lei akan mengobrol dengan anggota staf. Mereka mengatakan bahwa makanan di sini enak dan tidak ada gunanya melakukan mogok makan karena penjaga akan mencekok paksa praktisi yang mogok makan. Mereka tidak akan melepaskan seseorang dengan mudah bahkan jika keluarga membayar banyak. Satu-satunya pengecualian adalah seseorang yang tertular penyakit menular.

Dua pemuda ditugaskan untuk menjaga saya. Saya mengatakan kepada mereka bahwa kita dapat berbicara, tetapi memukuli saya akan melanggar hukum. Mereka bilang mereka tidak akan memukuli saya. Setiap hari, mereka akan membawa saya ke sebuah ruangan, menutup pintu, dan bermain di ponsel mereka, tanpa melakukan cuci otak. Kemudian, seorang Buddhis bertanggung jawab untuk mengubah saya. Ketika dia membacakan kitab suci agama Buddha kepada saya setiap hari, saya memancarkan pikiran lurus di depannya setiap saat. Dia mulai sakit kepala setiap kali melihat saya jadi dia berhenti datang.

Pada siang hari, pusat pencucian otak mengumpulkan praktisi untuk menonton video yang memfitnah Dafa. Karena ini adalah satu-satunya waktu bagi para praktisi untuk bertemu, kami saling menyemangati dengan bertukar pandang saling melirik tanpa menggunakan kata-kata. Ini juga memungkinkan kami untuk memancarkan pikiran lurus bersama. Kemudian, tidak ada yang mengatur menonton video lagi.

Setiap hari saya merasa tidak nyaman karena saya tidak dapat mempelajari ajaran Falun Gong atau meningkatkan kesadaran akan penganiayaan. Satu bulan kemudian, saya meminta Guru membantu saya membebaskan diri dari pusat pencucian otak. Saya berkata dalam hati: “Guru, saya akan mogok makan dan pergi dari sini untuk menyelamatkan orang.” Jadi saya berhenti minum dan makan secara diam-diam. Saya tidak melakukannya secara terbuka karena penjaga akan mencekok paksa saya. Saya mencoba selama dua hari dan berhasil.

Setiap hari, saya memasukkan makanan ke dalam tas kecil dan membuangnya ke toilet ketika saya pergi ke kamar mandi. Suatu kali, pemimpin penjaga di pusat pencucian otak datang dan bertanya tentang penahanan kamp kerja paksa saya. Dia bergumam pada dirinya sendiri bahwa dia menderita penyakit jantung koroner dan sebagai akibatnya menderita nyeri dada dan punggung. Ketika saya bertanya kepadanya mengapa penyakit jantung koroner akan menyebabkan sakit punggung, dia menjawab bahwa dia tidak tahu tetapi itu terjadi seperti itu. Saya tidak yakin mengapa dia mengatakan itu kepada saya.

Pada hari ketiga mogok makan yang saya lakukan secara diam-diam, anggota staf yang bertugas mengatakan saya terlihat lebih kurus. Saya tersenyum tapi tidak mengatakan apa-apa. Keesokan harinya, saya mengalami sakit tenggorokan dan dahak berwarna gelap dengan darah. Saya sengaja meludahkannya ke dalam baskom berisi air agar penjaga dapat melihatnya. Ketika seseorang membawakan sarapan, saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak nyaman dan tidak bisa makan. Dia pergi untuk melaporkannya. Seorang penjaga datang dan melihat mata saya cekung. Dia bilang saya tidak terlihat sehat. Dia membuka jendela untuk membiarkan udara segar masuk dan memanggil seorang perawat.

Mereka juga menelepon Lei dan memintanya untuk segera datang. Melihat dahak berdarah di baskom, mereka bertanya apakah saya menderita TBC di masa lalu. Saya bilang tidak dan saya hanya menjadi seperti ini setelah datang ke sini.

Seorang penjaga berkata: “Kami tidak memukulmu di sini.”

Saya menjawab: “Saya tidak seperti ini sebelum datang ke sini.”

Setelah mengukur tekanan darah dan detak jantung saya, perawat bertanya di mana saya merasa tidak nyaman. Saya tiba-tiba teringat kata-kata pemimpin penjaga dan mengatakan punggung saya sakit.

Lei tiba dan terkejut melihat saya.

Dia berteriak,"Apa yang mereka lakukan padamu?"

Para penjaga mengatakan mereka tidak memukuli saya dan akan membawa saya ke rumah sakit.

Lei berkata: "Saya tidak punya uang untuk pemeriksaan dia."

Para penjaga memutuskan untuk mengirim saya ke rumah sakit. Sudah sangat lemah, saya memberi tahu Lei bahwa saya menjadi seperti ini karena penganiayaan.

Setelah mereka membawa saya ke rumah sakit polisi, seorang dokter memeriksa saya dan mendiagnosis saya dengan penyakit jantung koroner dan TBC parah. Dia menyarankan saya dirawat di rumah sakit. Saya bilang tidak dan Lei bilang dia juga tidak punya uang. Pusat pencucian otak menghubungi Kantor 610 dan satu agen datang. Dia mengenal Lei dan kemudian memutuskan untuk mengirim saya pulang.

Sehari setelah saya kembali ke rumah, semua gejala hilang. Saya sehat seperti biasa. Saya berkata kepada Lei: “Tolong jangan percaya pada polisi lagi. Anda harus percaya pada Falun Gong.” Saya juga memberi tahu ibu mertua saya dan Lan bagaimana PKT (Partai Komunis Tiongkok) menindas Falun Gong dan bagaimana saya dianiaya di kamp kerja paksa.

Ibu mertua saya berkata: “Itu tidak masuk akal! Bagaimana mereka bisa memperlakukan orang seperti itu hanya karena berlatih Falun Gong?”

Lan menambahkan: “Jika mereka datang mengganggumu, kami tidak akan mentolerirnya!”

Dukungan dari Keluarga

Dua petugas dari kantor polisi setempat datang ke rumah saya pada Juli 2003. Salah satu bicaranya tergagap. Mereka meminta saya menandatangani beberapa dokumen yang berisi janji melepaskan keyakinan saya. Saya bilang saya perlu mencari pena dan menggunakan alasan untuk pergi, hanya menyisakan Lan di rumah.

Petuga yang tergagap bertanya: "Kapan... kakak iparmu... kembali?"

Lan menjawab: "Saya...tidak...tahu."

Tanya petugas: "Bagaimana... bisa... kau... gagap juga?"

Dia menjawab: "Yah... karena anda ... gagap... saya gagap... juga."

Petugas lainnya tidak bisa menahan diri dan pergi keluar sambil tertawa. Mereka segera pergi.

Faktanya, ini bukan pertama kalinya polisi muncul untuk mengganggu saya. Mereka tidak tahu bahwa Lei dan saya tinggal di rumah dua kamar tidur di belakang properti, jadi mereka selalu langsung pergi ke rumah tiga kamar tidur di depan, tempat mertua dan Lan tinggal.

Suatu kali ketika polisi muncul lagi, mereka meminta Lan membuka pintu, tetapi dia menolak.

Dia berkata: “Datang ke sini tanpa surat perintah penggeledahan adalah melanggar hukum. Ditambah lagi, saudara laki-laki saya [Lei] memiliki perhiasan dan uang tunai senilai 50.000 yuan. Bagaimana jika itu hilang setelah anda pergi?”

Polisi pergi.

Lain waktu dua petugas berpakaian preman memarkir mobil mereka di luar dan masuk ke halaman tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Lan melihat mereka dan memanggil ayahnya: “Ayah, tutup pintu [rumah]. Ada pencuri!"

Saat mereka berlari keluar petugas berseru: "Tidak, kami adalah polisi!"

Lan berteriak: “Lalu kenapa anda tidak berseragam? Tolong, ini sudah larut! Orang lain mungkin takut pada anda, tapi kami tidak. Jangan berani-berani datang ke sini lagi!”

Kedua petugas itu pergi.

Ada waktu lain ketika polisi datang saat makan malam. Saya berjalan pergi sambil mengatakan saya harus pergi ke kamar mandi. Dua petugas mengikuti saya dari dekat. Saya mengedipkan mata pada Lan, dan dia mencegat mereka dan mulai mengobrol dengan mereka. Pada saat petugas menyadari apa yang dilakukan Lan, saya sudah tidak terlihat. Gagal menemukan saya, mereka menyuruh Lan untuk melapor kepada mereka ketika saya kembali. Dia tidak mengatakan apa-apa.

Ketika Lan pergi ke kantor polisi untuk menjalankan beberapa tugas suatu hari, seorang petugas bertanya mengapa dia tidak melapor kepadanya ketika saya kembali.

Lan berteriak: "Anda pikir anda siapa? Kenapa saya harus mendengarkan anda? Apakah anda membayar saya?”

Petugas tidak mengharapkan ini dan tidak tahu bagaimana menanganinya.

“This woman is not easy to deal with,” someone commented when Lan left.

Seseorang berkomentar ketika Lan pergi: "Wanita ini tidak mudah dihadapi."

Pikir Lan dalam hati: "Tentu saja tidak!"

Suatu pagi di musim dingin, empat polisi berseragam datang dengan surat perintah penggeledahan pada pukul 06:00 pagi. Tetapi mereka tidak tahu bahwa saya berangkat kerja sebelum pukul 05:00 pagi. Mereka tidak mengenal saya dan mengira Lan adalah saya. Jadi mereka mendorongnya ke lantai untuk memborgolnya.

Lan bertanya: "Siapa yang anda cari?"

Seorang petugas menyebut nama saya.

“Anda yakin itu saya? Anda tahu menangkap orang yang salah ada konsekuensinya. Oh jantungku! Saya sangat takut saya pikir saya mengalami serangan jantung! [Dia memang memiliki penyakit jantung.] Ditambah, orang tua saya yang sudah lanjut usia ada di sini. Jika mereka ketakutan dan jatuh sakit, apakah anda akan membayar biaya pengobatannya?”

Kakak perempuannya kebetulan tinggal bersama kami sebelum menjalani operasi kanker rahim. Dia tahu fakta Falun Gong dan sering melafalkan "Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar." Operasinya kemudian berjalan lancar tanpa komplikasi. Ketika polisi datang hari itu, dia masih di tempat tidur. Mendengar percakapan Lan dengan polisi, dia bergegas keluar dengan piyamanya dan berteriak, “Siapa yang menindas adik saya?! Saya akan melawannya sampai mati!”

Para petugas membuka borgol dan membantu Lan berdiri. Mereka kemudian meminta maaf kepada dia dan saudara perempuannya.

Abang sulung Lei, yang juga tinggal bersama kami, bersiap-siap untuk pergi bekerja, tetapi petugas menghentikannya.

Keponakan Lei menjawab sambil bergegas keluar: "Saya bisa bolos kerja, tapi maukah anda membayar saya?"

Dia kemudian menelepon pamannya (kakak laki-laki kedua Lei), minta mengantar ke tempat kerja untuk menghindari penangkapan.

Waktu lain adalah malam musim panas sekitar jam 20:00 malam. Saya sedang berjalan-jalan di sekitar rumah kami, sementara Lei dan temannya Sun sedang bermain catur. Tiga petugas polisi berpakaian preman datang tanpa menyalakan lampu mobil mereka. Mereka berhenti dan salah satu dari mereka meraih tangan saya meminta KTP saya. Saya bilang saya harus masuk ke dalam untuk mengambilnya. Tapi petugas tidak membiarkan saya pergi. Lei melihat ini dan meraih bahu petugas itu dengan keras. Dia melonggarkan cengkeramannya pada saya dan Lei meraih lengannya untuk mencegah dia mengikuti saya. Saya masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam. Saya kemudian melompat keluar dari jendela dan meninggalkan rumah.

Saya kemudian mengetahui bahwa ketiga petugas itu kembali ke mobil polisi mereka, mengenakan seragam, dan menelepon direktur kantor polisi mereka mengatakan seseorang menghalangi tugas resmi. Direktur datang dengan lebih dari 20 petugas dan mengepung rumah saya.

Banyak penduduk desa juga datang untuk menonton. Mendengar keributan itu, Lan meminta mertua saya untuk keluar. Dia kemudian memberi tahu ibu mertua saya: “Jika polisi melakukan penangkapan di sini, mungkin anda bisa jaga di depan mobil polisi untuk menghentikan mereka membawa pergi menantu perempuan anda.”

Ibu mertua saya mengangguk. Sebelum menikah dengan saya, Lei sering bertengkar dengan orang lain dan ibu mertua saya tahu bagaimana menangani situasi sulit.

Melihat saya pergi, ibu mertua saya dan Lan merasa lega. Dua petugas menyeret Lei ke dalam van polisi dengan mengatakan dia telah menghalangi tugas resmi. Ibu mertua saya berjalan ke mobil polisi dan berteriak: “Saya terlalu tua untuk mengurus diri sendiri. Saya akan pergi ke mana pun anak saya pergi.” Dia kemudian mulai memasuki van. Melihat uban dan usia tuanya, polisi melepaskan Lei.

Karena seringnya dilecehkan, saya sering terpaksa menjauh dari rumah.

Berkah dan Syukur

Selama bertahun-tahun, ada banyak kejadian dimana saya dan seluruh keluarga saya diberkati oleh Falun Gong. Berikut beberapa contohnya.

Ketika saya sedang mengendarai sepeda suatu hari di bulan Oktober 2006, sebuah taksi menabrak saya dan menghancurkan sepeda itu. Saya didorong ke depan dan terbang sebelum mendarat di atas taksi. Tekanannya begitu kuat sehingga kaca depan taksi pecah. Sopir tiba-tiba menghentikan mobil, saya terlempar ke pinggir jalan. Saya tidak sadarkan diri. Karena taksi melaju sangat cepat, taksi itu tidak berhenti sampai meninggalkan bekas yang panjang dan dalam di tanah. Semua penonton berpikir saya tidak mungkin selamat.

Sopir mengirim saya ke rumah sakit. Setelah sadar kembali, saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan baik-baik saja dan tidak akan meminta kompensasi. Kami berbicara tentang Falun Gong dan dia setuju untuk mundur dari organisasi PKT. Dia lalu menyuruh saya pulang. Tubuh saya sakit dua hari berikutnya. Tetapi saya mengabaikannya dan terus membaca buku-buku Falun Gong dan melakukan latihan seperti biasa. Saya kembali normal dua minggu kemudian. Saya sangat berterima kasih kepada Guru Li.

Karena Lan percaya bahwa Falun Gong baik dan melindungi saya, nasibnya juga berubah. Ketika dia masih muda, seorang peramal membuat prediksi tentang pernikahannya, anak-anak, dan aspek lain dari hidupnya. Semuanya ternyata benar kecuali prediksi dia akan mati pada usia 47 tahun. Sekarang usia 52 tahun, Lan lebih sehat daripada ketika dia masih muda. Mantan suaminya membelikan apartemen untuknya dan putra mereka.

Saya merawat mertua saya dengan baik. Ketika mereka tidak bisa bangun dari tempat tidur, saya memberi mereka makan dan membersihkannya. Tak satu pun dari mereka menderita banyak sebelum mereka meninggal. Ayah mertua saya meninggal pada usia 85. Ibu mertua saya terus melafalkan "Falun Dafa Baik, Sejati, Baik, Sabar Baik" sebelum kematiannya pada usia 82, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia melihat banyak Falun merah berputar.

Abangsulung Lei meninggal pada tahun 2002 dan istrinya yang menjanda menikah lagi dan pindah. Putra mereka juga orang yang baik dan terkadang dia membantu memasang spanduk “Falun Dafa baik” di tiang listrik. Karena rumahnya sudah tua dan bocor, Lei dan saya menukar rumah kami yang lebih besar dengan rumahnya. Dia sangat berterima kasih. Dia sering mengatakan kepada orang-orang: “Saya bangga dengan bibi saya (menyebut saya) sebagai seorang praktisi Falun Gong. Dia memperlakukan semua orang dengan baik. Praktisi Falun Gong adalah yang terbaik.” Dia meminta Lei menghargai saya.

Lan kemudian pindah tetapi masih membawa putranya kembali untuk mengunjungi kami. Putranya sangat dekat dengan kami dan menelepon jika beberapa hari kami tidak sempat bertemu secara langsung.

Lei juga banyak berubah. Dia sangat peduli dengan keluarga dan bahkan mencuci piring (hal terakhir yang akan dia lakukan, dia pernah memberitahu saya). Dia tidak ragu sama sekali ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin menggunakan rumah kami untuk menjadi tuan rumah kelompok belajar Fa. Dia juga sangat baik kepada praktisi yang datang ke rumah kami. Dibandingkan dengan bagaimana dia di masa lalu, dia hampir seperti orang yang berbeda. Dia sekarang memiliki pekerjaan mudah dengan gaji yang bagus di sebuah pabrik. Semua orang mengatakan dia sangat beruntung.

Lei juga menikmati kesehatan yang baik. Dia memiliki kulit kemerahan dan rambut hitam, yang dia kaitkan dengan Falun Gong. Ketika saya memberi tahu orang lain tentang fakta Falun Gong dan penganiayaan, dia sering membantu saya.

Putri kami telah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja dengan baik. Meskipun masyarakat kacau, dia mampu tetap percaya diri dan menjaga integritasnya. Baik dia dan Lei menggantung amulet Dafa di mobil mereka.

Saya tahu kebahagiaan keluarga saya berasal dari Falun Gong dan saya dengan tulus berterima kasih kepada Guru Li untuk itu.

Saya menulis seri artikel ini untuk merayakan peringatan 30 tahun Falun Gong diperkenalkan ke publik. Saya berharap lebih banyak orang di dunia ini akan mendapat manfaat dari Falun Gong seperti saya dan keluarga saya.

(Tamat)