Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Perubahan Suami Saya Mencerminkan Kultivasi Saya

1 Agu 2022 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa ketika saya berusia tiga puluh tiga tahun dan sekarang saya berusia lima puluh lima tahun. Saya tidak memiliki masalah penyakit berat waktu itu, hanya beberapa penyakit ringan, seperti masalah ginekologi, neuralgia, dan wasir. Meskipun saya menjalani operasi, pergi ke kamar mandi setiap hari adalah sebuah cobaan. Saya memiliki bisnis pakaian. Karena wasir, saya tidak bisa duduk, dan saya hanya bisa berdiri atau bersandar di meja. Saya tidak punya pilihan selain menanggungnya.

Pada Maret 1999, ketika saya pertama kali membaca buku berharga Zhuan Falun, Guru Li (pencipta Falun Dafa) menjaga saya. Saya begitu gembira, bahwa saya bisa membuang obat-obatan yang harus saya minum. Saya begitu Bahagia menjadi tanpa penyakit! Lebih dari 20 tahun telah berlalu dan saya belum minum obat satu pil pun. Ini adalah keajaiban Falun Dafa. Setelah membaca Zhuan Falun sekali, saya tahu bahwa ini adalah sebuah buku yang mengajarkan kita bagaimana menjadi orang baik. Saya memutuskan menjadi orang baik. Saya ingin mempelajari buku tersebut dan hidup dengan bahagia.

Tapi Empat bulan kemudian, pada 20 Juli 1999, pimpinan Partai Komunis Tiongkok (PKT) saat itu, Jiang Zemin, iri akan popularitas Falun Dafa yang bertumbuh, dengan kekuasaannya dia melancarkan penganiayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya membaca buku tersebut seperti biasa setiap hari dan bertanya-tanya mengapa sesuatu yang begitu baik tidak diperbolehkan. Apa yang harus saya lakukan? Beberapa praktisi pergi ke Beijing untuk membuat petisi bagi Falun Dafa, dan saya tidak bisa menahan lagi. Pada Oktober 2002, saya pergi ke Lapangan Tiananmen di Beijing dan menyuarakan tangisan hati saya, “Falun Dafa baik!” Saya ditangkap oleh polisi bersenjata dan dikirim ke pusat penahanan, di mana saya ditahan secara ilegal selama 15 hari. Cobaan saya dimulai.

Suami saya biasanya baik dan santai, tapi setelah saya ditahan, ia berubah. Ia tidak lagi lembut dan baik, dan ia tidak membiarkan saya membaca Fa atau berlatih. Ketika pejabat dari administrasi jalan dan kantor polisi datang, ia berkata kepada mereka untuk membawa saya untuk “dididik ulang.” Ia memukul saya ketika ia melihat saya berlatih. Ia akan mendorong saya jatuh ke tanah dan meninju serta menendang saya ketika saya meditasi. Terkadang ia akan menampar wajah saya atau menggunakan ikat pinggang untuk mencambuk saya. Akibatnya, punggung saya memar hitam kebiruan. Keponakan saya dan saya pergi ke tempat pemandian umum dan ia bertanya apa yang terjadi pada punggung saya. Saya berkata, “Pamanmu memukuli saya.” Ketika ia terisak saya berkata, “tidak apa-apa, tidak sakit, jangan menangis.” Tetapi air mata saya mengalir juga.

Saya berpikir tentang Dafa dan berpikir bahwa bahkan jika suami saya adalah sebuah batu, belas kasih saya akan melumerkannya. Saya tidak lagi marah. Saya pergi bekerja seperti biasa dan memasak makanan enak untuknya. Tetapi ia tidak melunak.

Melihat bahwa ia tidak bisa mengubah saya, ia memutuskan menceraikan saya. Di saat itu saya sakit dan lelah.

Ia bertanya apakah saya menginginkan anak kami setelah bercerai. Putra saya hanya berusia sepuluh tahun waktu itu. Saya berkata, “Saya ingin anak tersebut. Saya tidak akan memberikannya kepada anda karena anda ayah yang tidak bertanggung jawab. Saya tidak akan bercerai.” Ia meninggalkan rumah dengan marah. Saya masih ingin menjadi istri yang baik. Saya meneleponnya setelah menyiapkan makanan, tapi ia tidak kembali. Ia masih marah dengan saya. Saya tidak tergerak.

Waktu itu, saya mendapat gaji bulanan 300 yuan, tidak cukup untuk saya dan putra saya dan saya tidak memiliki tabungan. Suami saya memberikan 500 yuan setiap bulan. Saya tidak menginginkannya dan saya menuliskan sebuah surat panjang kepadanya, di mana saya berkata berat baginya untuk hidup sendiri dan jauh dari rumah. Saya memintanya menjaga diri sendiri dengan baik dan tidak khawatir dengan kami, kami baik-baik saja. Jangan kirimkan uang apa pun, saya berkata, kami memiliki cukup uang.

Semua hal ini membuat putra saya trauma. Meskipun hati saya kecewa, saya tidak menyalahkan suami saya, juga tidak membencinya. Saya sering berkata kepada putra saya bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi antara saya dan ayahnya, ia akan selalu menjadi ayahnya. Ia harus menghormati dan menyayanginya. Enam bulan kemudian, saya menemukan di mana suami saya tinggal. Saya pergi ke tempat itu dan memegang tangannya dengan erat. Saya terisak dan ia menangis juga. Saya berkata, “Mari pulang!”

Setelah ia pulang, es di hatinya perlahan mencair. Ia tidak lagi berusaha menghentikan saya berlatih. Tetapi, ketika ia melihat saya berlatih, ia masih merasa tidak nyaman. Saya tahu saya harus mengultivasikan diri dengan baik dan menjadi orang yang lebih baik.

Ibu Mertua Saya Berubah

Keluarga ibu mertua saya tinggal di pedesaan dan ibu mertua saya sangat berkemampuan. Pada 2003, ayah mertua saya menderita stroke dan meninggal dunia. Suami saya dan keempat saudaranya semuanya tinggal di kota, dan ibu mertua saya bertani sepuluh mus (sekitar 1,6 acre, 1 acre =0.4046 hektar) sendirian, yang sangat berat. Tidaklah mudah baginya untuk hidup sendiri, dan ia juga mengalami bronchitis kronis. Anak-anaknya tidak ingin ia bertani, dan memintanya menyewakan lahan tersebut, ia menolak. Setiap tahun di musim semi dan musim gugur saya membantunya. Suami saya sibuk dan ia terkadang tidak bisa pergi bersama saya, jadi saya pergi ke sana sendirian.

Karena kebohongan PKT menargetkan Falun Dafa, ibu mertua saya takut. Ia membenci saya dan memarahi saya setiap kali ia bertemu dengan saya. Meskipun saya membantunya, ia tidak senang, dan ia memarahi saya dengan kata-kata yang kasar. Saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya adalah seorang praktisi, dan saya tidak mengatakan apa pun. Saya tahu bahwa ketidakbahagiaannya akan terlepas setelah ia marah-marah dan saya merasa lebih baik di dalam hati saya juga, karena jika tidak ia mungkin akan menjadi sakit. Meskipun ia memperlakukan saya seperti ini, saya tidak pernah memberi tahu suami saya.

Ketika suami saya datang bersama saya untuk mengunjunginya, ia tidak memarahi saya. Saya membeli semua kebutuhannya. Ibu mertua saya memiliki masalah trakea dan tidak bisa menahan bau masakan. Jadi setiap kali kami mengunjunginya saya membawa makanan siap saji yang saya buat di rumah untuknya.

Saat ulang tahun suami saya, saya berkata bahwa kami harus mengambil cuti. Kami akan pergi ke rumah ibu mertua untuk merayakan ulang tahun dengan ibunya. Ia sangat senang dan juga suami saya. Dengan cara ini, setelah sepuluh tahun bersabar dengan belas kasih, ibu mertua saya perlahan menjadi baik kepada saya, memahami saya dan berhenti membenci saya. Bahkan, ia menghargai saya.

Ketika ibu mertua saya bertambah tua, ia tidak lagi bisa bertani. Di samping bronchitis, ia juga menderita penyakit jantung, dan sulit baginya merawat diri sendiri. Saya mengundangnya untuk datang ke rumah kami. Saya berkata bahwa saya akan menjaganya. Ia berkata, “Saya memiliki empat anak, jadi saya tidak bisa begitu saja membiarkanmu merawat saya.” Saya berkata, “Putra anda ingin anda tinggal bersama kami, cucu anda juga menyambut anda. Apakah ini karena saya?” Ia berkata, “Kamu begitu baik, tapi saya tidak bisa mengambil keuntungan darimu.” Saya berkata, “saya adalah seorang praktisi Falun Dafa. Seorang praktisi menjaga ayah mertuanya yang lumpuh selama sembilan tahun. Mari tinggal dengan kami!” ia sangat tersentuh. Saya juga merawat ayah saya waktu itu.

Ia tidak menginginkan saya terlalu lelah, jadi ia memutuskan bergantian tinggal dengan anak-anaknya. Adik suami saya tinggal dengan mertuanya, tidak nyaman baginya untuk tinggal di sana. Jadi ia bergantian tinggal dengan tiga anaknya yang lain. Ketika ibu mertua tidak di rumah, setiap kali saya membuat makanan enak, saya meminta suami saya memberikan sebagian untuk ibunya. Ia sangat senang.

Keluarga saya tinggal di apartemen satu kamar tidur. Ketika ibu mertua tinggal dengan kami, kami memberikannya kamar tidur tersebut, putra saya tidur di ruang tamu, suami dan saya tidur di lantai di ruang tamu. Ibu mertua saya ingin kami tidur di kamar tidur dan ia akan tidur di lantai. Saya berkata, “Saya khawatir anda tidak beristirahat dengan baik jika anda tidur di lantai.” Suami saya melihatnya dan tersenyum. Sejak itu, ia tidak lagi melarang saya berlatih Falun Dafa.

Dengan cara ini, kami merawat ibu mertua selama tiga tahun. Pada April 2017, ia meninggal dengan tentang. Ketika ia sekarat, ia memegang tangan saya dan berkata, “Menantuku tersayang, kamu begitu baik!” Setelah delapan belas tahun, ia akhirnya berbicara dari hatinya. Itu adalah kedamaian, ketenangan dan toleransi tanpa pamrih yang diberikan Falun Dafa kepada orang-orang.

Hubungan antara suami dan keluarga saudara-saudaranya menjadi lebih harmonis. Di Tahun Baru tahun lalu, adik ipar saya berkata, “Saya ingin memelukmu!” Saya berkata, “Tentu saja!” Mata saya berkaca-kaca. Ini benar-benar apa yang Guru katakan, “Cahaya Buddha menerangi seluruh penjuru, menegakkan kebenaran memberi penerangan.” (Ceramah 3, Zhuan Falun)

Terima kasih, Guru yang luar biasa dan berbelas kasih, Anda adalah satu-satunya yang mengatur saya di jalan untuk kembali ke diri sejati saya, dan adalah Anda yang membimbing saya berubah dari orang yang egois menjadi orang yang benar-benar memikirkan orang lain. Terima kasih, Guru!