(Minghui.org) 23 tahun terakhir di Tiongkok bukanlah waktu yang biasa. Sementara segala sesuatu tampak normal dengan hiruk-pikuk yang biasa terjadi di masyarakat, sejumlah besar orang yang tidak bersalah ditahan dan disiksa karena keyakinan mereka di dalam pusat-pusat penahanan, kamp kerja paksa, dan penjara.
Mereka adalah praktisi Falun Gong,latihan meditasi berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) memulai penganiayaannya terhadap Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999, banyak praktisi telah menjadi sasaran karena berusaha menjadi warga negara yang baik. Banyak praktisi yang ditahan menjadi sasaran penyiksaan fisik, kerja paksa, penganiayaan mental, pemberian obat paksa, dan bahkan pengambilan organ secara paksa.
* * *
PKT memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999. Pada saat itu, dunia tetap diam dan banyak orang di luar Tiongkok bahkan tidak tahu apa itu Falun Gong.
Dua puluh tiga tahun kemudian, karena upaya tak kenal lelah praktisi Falun Gong dalam mengungkap penganiayaan PKT, orang-orang di seluruh dunia telah memahami disiplin spiritual Buddhis kuno ini dan penderitaan yang dialami para praktisi di Tiongkok.
Lebih dari 900 pejabat dari 35 negara dan wilayah menandatangani pernyataan bersama pada bulan Desember 2020, mendesak PKT untuk menghentikan penganiayaannya terhadap Falun Gong. Komunitas Internasional juga membuat sanksi terhadap para pelaku penganiayaan di Tiongkok.
Ini adalah perubahan yang cukup besar – di masa lalu, dunia bisu tentang masalah Falun Gong, dan beberapa negara bahkan membantu PKT untuk membungkam protes praktisi Falun Gong sesuai permintaan PKT.
Praktisi Falun Gong Protes Terhadap Penganiayaan Selama Kunjungan Pejabat PKT
Jiang Zemin, mantan ketua PKT, mengunjungi Dresden, Jerman pada tahun 2002. Jiang meminta tuan rumah untuk tidak membiarkan pengunjuk rasa berbaju kuning (praktisi Falun Gong sering memakai pakaian kuning) muncul di hadapannya. Pihak berwenang Jerman mengirim 725 petugas polisi untuk memblokir praktisi Falun Gong. Mereka menanyai siapa saja yang berpakaian kuning dan menggeledah tas mereka, dan bahkan tubuh mereka. Polisi juga mengirimkan helikopter untuk memantau pengunjuk rasa dari udara.
Polisi di Paris menahan puluhan praktisi Falun Gong selama acara Tahun Pertukaran Budaya Tiongkok-Prancis pada tahun 2004. Mereka bahkan memborgol beberapa praktisi, hanya karena mereka mengenakan syal kuning dengan karakter “Sejati-Baik-Sabar” dan “ Falun Dafa.”
Menurut situs web Minghui, di antara 20 kunjungan resmi ke 15 negara oleh 11 pejabat tinggi PKT, PKT berhasil menerapkan 17 metode penganiayaan kepada praktisi Falun Gong di negara tuan rumah. Penganiayaan ini termasuk mengusir, memukuli, melecehkan, mengambil spanduk, menyebarkan informasi palsu untuk memfitnah Falun Gong, dan menyediakan daftar hitam praktisi untuk dijadikan target negara tuan rumah.
“Pembicaraan Hak Asasi Manusia Bilateral” Rahasia
Ketika PKT pertama kali meluncurkan penganiayaan terhadap Falun Gong, beberapa anggota parlemen dan pejabat Barat meminta PKT untuk menghentikan penganiayaan.
Untuk membungkam suara global, PKT mengembangkan trik “pembicaraan hak asasi manusia bilateral”. Ia meminta negara mana pun yang ingin berbicara atas nama Falun Gong untuk membahas masalah ini dalam pertemuan rahasia, tertutup, satu lawan satu. Pertemuan-pertemuan ini, tanpa tekanan publik atau banyak peserta, tidak berpengaruh pada PKT. Terkadang pertemuan ini bahkan menjadi chip negosiasi.
Tanpa banyak tekanan internasional, PKT dapat secara terbuka menangkap dan menyiksa praktisi Falun Gong selama dekade pertama penganiayaannya. Ratusan ribu praktisi ditangkap, dihukum secara ilegal, dan diawasi. Situs web Minghui telah memverifikasi bahwa 4.828 praktisi di Tiongkok telah dianiaya hingga meninggal pada tanggal 23 Juli 2022.
Ketika tekanan internasional menjadi lebih besar dari waktu ke waktu, PKT mengalihkan penganiayaannya dari “terbuka” menjadi “bawah tanah.” Ia melakukan lebih banyak penangkapan rahasia dan persidangan tertutup terhadap praktisi, untuk menyembunyikan penganiayaan dari pandangan publik Tiongkok dan komunitas internasional.
Surat Permohonan Bantuan Muncul di Produk Kerja Paksa Buruh
Banyak praktisi Falun Gong di penjara PKT atau kamp kerja paksa dipaksa melakukan kerja paksa secara intensif. Beberapa praktisi mencari kesempatan untuk mengekspos penganiayaan kepada dunia.
Julie Keith menemukan surat permohonan bantuan.
Julie Keith, seorang penduduk Oregon, menemukan sebuah surat yang meminta bantuan ketika dia membuka sekotak dekorasi Halloween yang dia beli pada tahun 2012. Surat itu, terlipat dengan sangat baik, berasal dari sebuah kamp kerja paksa di Tiongkok.
Sun Yi menulis surat itu. Dia dikirim ke Kamp Kerja Paksa Masanjia yang sekarang sudah tidak berfungsi di Provinsi Liaoning pada tahun 2008 karena keyakinannya pada Falun Gong. Dia menderita penyiksaan jangka panjang dan kerja paksa sebagai budak. Dia menulis lebih dari 20 surat memohon bantuan dan memasukkannya ke dalam kotak dekorasi Halloween yang akan dijual di AS.
Julie mengunggah foto itu ke media sosial. CNN, FOX News, New York Times, dan media besar lainnya menindaklanjuti dan melaporkan kisahnya.
Surat ini membuat dunia menganggap serius penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok.
Media internasional jarang meliput masalah Falun Gong sebelumnya. Tetapi surat bantuan itu mengejutkan dunia karena menunjukkan kepada orang-orang bahwa penganiayaan itu benar-benar ada dan masih berlangsung. Sejak saat itu, komunitas internasional mulai memperhatikan situasi praktisi Falun Gong di Tiongkok.
Film dokumenter “Letter from Masanjia,” berdasarkan kisah nyata Sun, dipublikasikan pada bulan April 2018.
FOX TV membuat dan menyiarkan episode investigasi “Sister's Salvation” pada bulan Mei 2019. Dilaporkan bahwa praktisi Falun Gong Wang Kefei disiksa sampai mati, tetapi tubuhnya masih dibekukan di kamp kerja paksa dua puluh tahun kemudian, dan keluarganya tidak mampu menguburnya.
Film dokumenter ini mengejutkan dan mengusik dunia Barat.
Penindasan PKT terhadap Penduduk Hong Kong dan Menutupi Informasi COVID
Serangkaian peristiwa besar terjadi pada tahun 2019, yang selanjutnya membantu orang-orang untuk memahami sifat jahat PKT.
Kejadian pertama adalah protes warga Hong Kong terhadap RUU ekstradisi untuk mengirim "penjahat" (termasuk kemungkinan pembangkang politik) ke daratan Tiongkok untuk diadili. Lebih dari satu juta penduduk Hong Kong mengadakan pawai anti-ekstradisi pada bulan Juni. Protes damai mereka disambut dengan penindasan brutal PKT di depan dunia. Sebuah video dari 1.400 adegan kekerasan PKT terhadap pengunjuk rasa, yang diedit oleh seorang pemuda di Hong Kong, mengejutkan dunia.
Pengadilan Tiongkok membuat putusan pada tanggal 17 Juni 2019, bahwa pengambilan organ terhadap tahanan hati nurani masih terjadi di Tiongkok.
Sekitar waktu yang sama, Pengadilan Tiongkok independen mengeluarkan keputusan terakhirnya pada bulan Juni 2019. Disimpulkan bahwa PKT bersalah atas pengambilan organ hidup-hidup dan telah menjadikan praktisi Falun Gong sebagai salah satu sumber utama pasokan organ. Meskipun pada awalnya tidak menarik perhatian dunia, pengadilan percaya bahwa keputusan tersebut pada akhirnya akan diakui oleh dunia.
Kemudian pada akhir tahun 2019, “Virus PKT” menyebar di Wuhan, Provinsi Hebei, Tiongkok. PKT menyembunyikan informasi dan membiarkan virus menyebar ke seluruh dunia. Pemerintah daerah Wuhan mengadakan acara "perjamuan sepuluh ribu orang" meskipun ada virus. Penduduk setempat terpaksa menghadiri acara tersebut, yang semakin memperburuk situasi.
Penindasan PKT di Hong Kong, dan penyebaran “Virus PKT” ke dunia, menyadarkan banyak orang di seluruh dunia. Mereka mulai melihat dan memahami sifat sebenarnya dari PKT. Amerika Serikat dan banyak negara di Eropa melarang Institut Konfusius, yang digunakan PKT untuk menyebarkan ideologinya ke dunia dalam bidang pendidikan. Pemerintah AS juga menyatakan beberapa media PKT sebagai agen PKT dan memulai serangkaian sanksi terhadap pejabat PKT.
Kekuatan keadilan melawan PKT mulai terbentuk.
“Saya Ingin Meminta Maaf kepada Praktisi Falun Gong”
Banyak karyawan The Epoch Times dan New Tang Dynasty TV (NTDTV) adalah praktisi Falun Gong. Keberanian dan dedikasi mereka untuk melaporkan kebenaran kepada publik telah diakui oleh semakin banyak orang. Banyak warga Hong Kong mengubah sikap mereka terhadap Falun Gong setelah melihat bagaimana para wartawan praktisi ini tetap bersama para pengunjuk rasa anti-ekstradisi di depan serangan dan penindasan polisi.
Seorang wanita muda di Hong Kong, selama wawancaranya dengan koresponden Minghui pada tahun 2020, berkata, “Saya ingin meminta maaf kepada praktisi Falun Gong dan media The Epoch Times. Saya dipengaruhi oleh propaganda PKT, dan saya dulu berpikir anda adalah aliran sesat. Saya menentang The Epoch Times. Tetapi setelah saya mengambil bagian dalam beberapa protes tahun lalu, saya tersentuh oleh tekad wartawan The Epoch Times dan NTDTV berada di garis depan untuk melaporkan apa yang terjadi.”
Banyak warga Hong Kong juga meninggalkan komentar di platform media sosial untuk menunjukkan dukungan mereka dan meminta maaf atas kesalahpahaman terhadap Falun Gong di masa lalu. Di bawah ini adalah beberapa komentar mereka:
“Di masa lalu, saya menolak untuk percaya bahwa PKT mengambil organ dari praktisi Falun Gong dan menjualnya untuk keuntungan. Saya ingin meminta maaf kepada praktisi.”
“Setelah hidup melalui protes, saya sekarang menyadari betapa brutalnya penganiayaan PKT terhadap praktisi Falun Dafa.”
“Setelah benar-benar menyaksikan kebrutalan PKT, saya menjadi percaya bahwa Falun Gong telah benar-benar dianiaya.”
“Falun Gong, saya minta maaf (kepada anda)!”
Laporan Minghui: 20 Tahun Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok
Buku Laporan Minghui: 20 Tahun Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok oleh Penerbitan Minghui menerima penghargaan perak dari Asosiasi Penerbit Buku Independen (IBPA), asosiasi perdagangan penerbitan terbesar di Amerika Serikat. Penghargaan IBPA, dengan lebih dari 160 anggota voting, dianggap sebagai penghargaan tingkat nasional tertinggi untuk penerbit independen. Buku Minghui memenangkan penghargaan perak untuk buku pertama dalam kategori nonfiksi.
Laporan Minghui: 20 Tahun Penganiayaan Falun Gong di Tiongkok
Zhang Lin, seorang oposisi dan penulis terkenal Tiongkok, memberi selamat kepada Minghui atas penghargaan tersebut dan berkata, “Di antara semua kelompok yang dianiaya oleh PKT, praktisi Falun Gong paling mengetahui rezim (PKT).”
Kesimpulan
Ketika kebenaran terungkap sepotong demi sepotong kepada publik, keadilan pasti muncul.
Setelah kongres AS mengesahkan Magnitsky Act, 29 negara lain mengikuti dan memberlakukan undang-undang serupa. Undang-undang ini memungkinkan negara-negara ini untuk memberikan sanksi kepada pelaku hak asasi manusia di negara lain, dengan tindakan seperti menolak visa mereka atau membekukan aset mereka.
Pemerintah AS berhenti mengeluarkan visa kepada anggota PKT yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan anggota keluarga mereka. Itu juga memberi sanksi kepada seorang petugas polisi dan seorang pejabat Kantor 610 karena penganiayaan mereka terhadap Falun Gong. Untuk tujuan sanksi, praktisi Falun Gong juga mengirimkan ke 38 negara daftar 9.300 nama agen yang bekerja di Kantor 610, kantor yang didirikan oleh PKT dengan tujuan tunggal untuk menganiaya Falun Gong.
Selama 23 tahun terakhir penganiayaan PKT, praktisi Falun Gong selalu menekankan pengejaran gigih mereka terhadap "Sejati-Baik-Sabar" dan mengungkap kebenaran tentang penganiayaan kejam PKT dengan cara damai dan tanpa kekerasan.
Melalui upaya tak kenal lelah mereka, suara keadilan menyebar ke seluruh dunia, dan “Falun Dafa Hao (baik)” telah terdengar di seluruh dunia.
Musim dingin yang dingin telah berlalu, apakah musim semi masih jauh?