(Minghui.org) Choi Seong-gi, berusia 55, adalah direktur Klinik Gigi Woosuk di Gimje-si, Korea Selatan. Istrinya adalah seorang kepala sekolah menengah dan mereka memiliki tiga anak. Jika anda bertanya kepadanya apa yang paling dia syukuri dalam hidupnya, dia mengatakan itu adalah Falun Dafa.
Sekitar tahun 2000 Choi pertama kali mendengar tentang latihan tersebut. Saat itu, ia baru saja selesai belajar di Jepang dan sedang bekerja di sebuah rumah sakit universitas. Suatu hari, beberapa profesor di sekolah kedokteran sedang membicarakan tentang sistem qigong di Tiongkok. Salah satu dari mereka menjelaskan,“Banyak orang mempraktikkannya—ini sistem yang sangat bagus. Tetapi sayangnya itu telah ditindas oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).”
Tertarik pada hal-hal spiritual, termasuk qigong, Choi terkesan dan mempelajari sistem yang disebut Falun Dafa. Namun, selama beberapa tahun berikutnya, ia masih mencoba sistem lain. Suatu hari entah bagaimana dia mengingat Falun Dafa dan memutuskan untuk mencobanya. Jadi dia mengunduh video latihan dari situs web Falun Dafa.org dan mulai berlatih.
Choi Seong-gi, direktur Klinik Gigi Woosuk, mengatakan bahwa dia belajar banyak hal dari Falun Dafa yang tidak ada di tempat lain.
Menemukan Jalan Sejati
Tidak lama setelah itu, dia memperhatikan bahwa toko serba ada yang sering dia kunjungi memiliki pamflet Falun Dafa yang dipajang, dia memulai percakapan dengan manajer toko dan menanyakannya. Ternyata istri manajer telah berlatih Falun Dafa selama beberapa tahun, dan mereka berdua sangat menyukainya. Choi berkata, “Sangat menarik, saya belum pernah bertemu dengan praktisi Falun Dafa sebelumnya, tetapi ketika saya ingin berlatih, mereka ada di sekitar. Saya merasa sangat beruntung.”
Seiring berjalannya waktu, dia tidak hanya berlatih di rumah, tetapi dia juga memberi tahu tetangga dan teman-temannya tentang hal itu. Mereka bingung. Seseorang berkata, “Saya pernah mendengar bahwa orang yang frustrasi atau depresi mungkin berakhir di kuil atau bermeditasi di pegunungan. Tetapi anda memiliki karier yang sukses dan istri yang cantik. Apa yang membuat anda tertarik dengan ini?” Ketika itu terjadi, Choi akan tersenyum dan berbagi ceritanya.
Sejak dia masih kecil, matahari terbenam telah membuatnya tertekan. Mereka membuatnya merasa sedih dan hampa, bahkan takut dan panik. Meskipun dia masih muda, dia sering bertanya-tanya mengapa kita datang ke dunia ini dan apa yang terjadi pada kita setelah kematian.
Untuk mencari jawabannya, ia mulai mempelajari Taoisme, khususnya Kendo, seni bela diri yang menggunakan pedang bambu. Setelah berlatih selama 25 tahun, ia mencapai Level 5. Dari pada berhenti di situ, ia terus mempelajari qigong, Daxue, dan Kung Fu Shaolin.
Terlepas dari tumpukan buku dan waktu puluhan tahun, Choi masih belum puas dengan apa yang dia temukan sampai dia bertemu dengan Falun Dafa. Dia berkata,“Bagi saya, inilah Jalan Sejati, dan saya tidak perlu mencari-carinya lagi.”
Melenyapkan Nama
Falun Dafa tidak hanya menjawab pertanyaan Choi, tetapi juga mengajarinya lebih banyak lagi. Salah satu contohnya adalah saat ia belajar di Jepang. Sebelum itu, ia merasa senang menjadi seorang dokter gigi, bahkan sedikit superior dan arogan. Tetapi dengan lebih dari 600 dokter gigi lain di universitas Jepang, dia merasa seperti mahasiswa miskin dari negara lain. Itu benar-benar mengganggunya.
Perasaan negatif itu bercokol dalam dirinya selama bertahun-tahun. Baru setelah dia menjadi seorang praktisi Falun Dafa, dia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mengapa hal itu terjadi. “Bagi saya, menjadi dokter gigi berarti nama dan kekayaan. Makanya saya tidak bisa terima saat itu,” ujarnya. “Sebagai seorang praktisi, sekarang saya tahu betapa berbahaya—dan menyedihkan—keterikatan pada nama.” Ini membantunya memahami mengapa seseorang harus melenyapkan keterikatan itu.
Choi sering membagikan informasi Falun Dafa di pintu masuk kedai kopi di taman dekat rumahnya.
Mentalitas Bertarung
Untuk alasan kesehatan dan sebagai pencarian spiritual, Choi belajar Kendo dan sistem lainnya. Setelah mempelajari Kendo selama 25 tahun, ia mengembangkan keterikatan bertarung. Terkadang, bahkan tanpa mengatakannya dengan lantang atau melakukan apa pun, pikirannya liar seperti air mendidih.
Ketika dia pertama kali mulai berlatih Falun Dafa, Choi masih memiliki temperamen yang buruk dan terkadang marah kepada istrinya. Tapi setelah beberapa saat, dia akan meminta maaf. “Saya akan marah padanya satu menit dan kemudian tenang dan dengan tulus meminta maaf padanya berikutnya. Istri saya bingung—dia tidak mengerti atau tahu bagaimana menanganinya,” kenang Choi, sedikit malu.
Mencari ke Dalam
Seiring berjalannya waktu, Choi juga bisa bekerja lebih baik. Seorang pasien pernah datang dengan keluhan. Para dokter tidak menemukan sesuatu yang salah, tetapi salah satu pipi pasien masih bengkak dan meradang.
Meskipun dia bukan dokter yang merawat, sebagai direktur klinik, Choi sangat khawatir tentang pasien itu. Dia menjelaskan, “Suatu hari saya tiba-tiba menyadari bahwa, sebagai seorang praktisi, saya harus mencari ke dalam. Kemudian saya perhatikan bahwa saya membenci dokter gigi yang merawatnya.”
Keesokan paginya, Choi meminta maaf kepada dokter gigi. Ketika pasien tiba, mereka terkejut melihat kondisinya telah membaik secara dramatis. Dia melanjutkan seraya menambahkan bahwa situasi seperti itu telah terjadi padanya berkali-kali.“Saya sangat tersentuh—inilah kultivasi.”
Sudut Pandang yang Lebih Luas
Melihat kembali perjalanan kultivasinya, Choi sangat berterima kasih atas kesempatan untuk berkultivasi.
Dia berkata, “Falun Dafa mengajari saya arti hidup dan banyak lagi—saya telah mencari selama beberapa dekade dan tidak ada latihan lain yang menawarkan pencerahan seperti ini. Praktik ini benar-benar luar biasa.”
Dengan kedamaian batin yang diperoleh dari Dafa, Choi selalu menemukan banyak hal yangharus ditingkatkan. Dia juga berkata, “Sebagai seorang praktisi, saya akan berkultivasi lebih baik dan memenuhi tanggung jawab saya.”