(Minghui.org) Sewaktu saya masih muda, saya suka membaca kisah Perjalanan ke Barat. Saya sering merasa iba terhadap Sha Wujing, salah satu tokoh yang menemani Biksu Tang ke barat. Menurut saya, dia adalah tokoh yang paling sedikit membuat kesalahan di antara semua karakter saat masih menjadi dewa tetapi menerima hukuman paling berat.
Sebagai contoh, dia memecahkan guci kaca Kaisar Giok secara tidak sengaja, dan dicambuk 800 kali dan diturunkan ke alam yang lebih rendah. Tulang rusuknya juga ditusuk oleh pedang terbang seratus kali setiap tujuh hari.
Saat itu saya tidak mengerti mengapa dia harus menanggung semua penderitaan ini. Ada banyak harta tak terhitung di alam surga, mengapa seseorang harus dihukum begitu keras hanya karena memecahkan guci kaca?
Kemudian saya membaca kisah lain: ada seorang anak di alam surga yang suatu hari salah menempatkan instrumen Bodhitsattva, dan ia juga diturunkan ke alam duniawi untuk bereinkarnasi berulang-ulang. Sekali lagi saya berpikir bahwa hukumannya terlalu berat.
Tetapi ketika saya perlahan-lahan meningkat dalam kultivasi Falun Dafa, saya melihat makna yang lebih dalam di balik dua kisah ini.
Alasan Lebih Dalam Dibalik Kesalahan Seseorang
Guru mengajarkan pada kita:
“Ketika anda melihat seseorang tidak memiliki perbuatan lurus, sesungguhnya adalah pikiran lurusnya kurang. Karena pikiranlah yang mengarahkan perbuatan manusia, ketika pikiran lurus anda cukup, perbuatan anda pasti adalah lurus, jika pikiran lurus kurang, perbuatan niscaya tidak lurus.” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa di New York Metropolitan,” Ceramah Fa di Berbagai Tempat III)
Saya memahami bahwa untuk makhluk-makhluk pada tingkat yang berbeda di alam surga, pikiran mereka sesuai dengan kriteria Fa di tingkat itu, dan perilaku mereka sejalan dengan tingkat tersebut. Kesalahan dalam perilaku mereka disebabkan oleh penyimpangan pemikiran mereka dari kriteria tingkat tersebut. Alasan utama mengapa mereka diturunkan ke alam yang lebih rendah bukanlah karena mereka salah meletakkan instrumen atau memecahkan guci kaca, tetapi karena hidup mereka tidak lagi murni dan gagal memenuhi standar tingkat itu.
Selama kita berkultivasi Falun Dafa, disaat kita menghadapi suatu penderitaan, kita sering mengira bahwa itu disebabkan oleh perkataan atau tindakan yang tidak sesuai. Tapi saya yakin itu bukanlah penyebab utamanya. Kita perlu mengukur diri sendiri dengan Fa, mengenali pikiran kita yang menyimpang dan meluruskannya. Hanya dengan berasimilasi dengan Dafa, kita dapat menyelesaikan masalah secara mendasar dan meningkatkan diri sendiri.
Menyingkirkan Berbagai Keterikatan
Selama berkultivasi, saya berupaya keras untuk mengidentifikasi keterikatan hati saya. Dari menemukan masalah permukaan hingga menemukan akar penyebab di balik keterikatan secara akurat, saya harus melalui proses panjang dan sulit, tetapi biasanya dapat menghilangkan keterikatan saya secara menyeluruh.
Saya menganggapnya serius untuk menemukan dan menyingkirkan keterikatan hati saya. Saya menggunakan tingkat di mana saya dapat melenyapkan keterikatan saya untuk mengukur apakah saya benar-benar menghormati Guru dan percaya pada Dafa. Jika saya benar-benar melakukannya, saya harus mematuhi apa yang Guru inginkan dari saya.
Penyakit
Saya dulu seorang yang memiliki perilaku kompulsif dan harus mencuci tangan saya berkali-kali untuk mencegah virus dan bakteri masuk. Hal ini menyebabkan munculnya banyak konflik, serta membuang waktu dan kesempatan saya untuk berkultivasi dan menyelamatkan orang-orang.
Saya memutuskan untuk mengubah diri sendiri dan sungguh-sungguh mencari ke dalam. Adalah berasal dari konsep ilmu pengetahuan bahwa virus dan bakteri dapat menyebabkan penyakit. Sebagai orang Xiulian, kita tahu karma adalah penyebab utama penyakit. Haruskah saya percaya pada Dafa atau ilmu pengetahuan?
Yang lebih serius adalah jika saya berpikir bahwa virus dan bakteri dapat membuat saya sakit, itu artinya saya tidak percaya bahwa Guru telah memurnikan tubuh saya. Sama saja dengan bertanya, “Apakah Dafa ini benar? Apakah yang dikatakan Guru itu benar?” Di balik itu terdapat kecurigaan dan rasa tidak hormat yang besar kepada Guru.
Karena saya mencari keterikatan ini secara menyeluruh, saya dapat menyingkirkannya sepenuhnya. Ketika pandemi merebak, saya tidak lagi cemas akan tertular virus dan bekerja keras seperti biasanya untuk mengklarifikasi fakta dan menyelamatkan makhluk hidup.
Guru berkata:
“Bila seorang praktisi Xiulian dalam kondisi apapun dapat melepaskan pikiran perihal hidup dan mati, kejahatan pasti akan takut.” (“Menyingkirkan Keterikatan Terakhir,” Petunjuk Penting Gigih Maju II)
Ketika saya menyingkirkan keterikatan pada penyakit, kekuatan lama tidak bisa menemukan alasan untuk menganiaya saya.
Kebencian
Saya sudah menyimpan kebencian sejak lama, sampai perasaan ini semakin mengembang dan mulai mengendalikan serta mencegah saya belajar Fa. Guru menyadarkan saya. Jika saya menyimpan dendam, apakah saya bisa disebut sebagai orang baik? Saya harus membedakan antara diri yang sejati dan mana yang bukan. Saya membutuhkan waktu untuk melenyapkannya karena keterikatan ini telah berkembang semakin kuat. Namun setiap kali saya menyingkirkannya dia menjadi semakin lemah dan akhirnya saya bisa mengenali sepenuhnya sebelum dia memiliki pemikiran yang lengkap.
Sifat Iri Hati
Selama beberapa waktu, saya merasa iri pada rekan praktisi yang melakukan latihan Gong lebih sering dan tubuh mereka mengalami transformasi yang baik. Khususnya para lansia yang memiliki rambut hitam, saya akan mendekati mereka untuk memeriksa akar rambutnya. Jika akarnya berwarna abu-abu, itu artinya rambutnya diwarnai, dan saya menjadi sedikit lega. Jika akarnya hitam, itu berarti praktisi lansia ini telah berkultivasi dengan baik, dan saya jadi kecewa. Saya mengenali bahwa ini sifat iri hati, tetapi saya tidak tahu bagaimana menyingkirkannya.
Suatu hari, saya berpikir betapa sulitnya bagi Guru untuk menyelamatkan kita. Guru telah berusaha keras untuk membantu kita, dan Dia pasti berharap kita semua dapat berhasil dalam kultivasi. Jika rekan-rekan praktisi saya melakukannya dengan baik, bukankah seharusnya saya ikut merasa gembira untuk mereka. Bagaimanapun, saya di sini untuk membantu Guru dalam meluruskan Fa. Jika saya melihat kekurangan rekan-rekan praktisi, saya harus memikirkan cara untuk menyelaraskannya dan dengan lembut mengingatkan mereka. Perlahan-lahan, rasa iri hati saya semakin hambar dan akhirnya lenyap. Ternyata belas kasih dapat menaklukan iri hati.
Dengan semakin banyak keterikatan yang ditinggalkan, saya menemukan bahwa semua keterikatan memiliki akar yang sama, yaitu keegoisan. Keegoisan menghasilkan keterikatan, dan pada gilirannya keterikatan menyuburkan keegoisan.
Memurnikan Diri Sendiri
Dengan peningkatan kultivasi, aspek menghormati Guru dan percaya pada Dafa juga meningkat. Beberapa hal yang tidak murni dari diri saya perlahan-lahan mulai terungkap. Saya menjadi lebih sadar akan ketidaktahuan dan kesombongan saya. Saya melihat diri yang arogan di balik beberapa pemikiran yang terbentuk secara alami.
Sebagai contoh, ketika saya berpikir, “Saya melenyapkan keterikatan tertentu,” saya gagal mengenali bahwa sebagai orang yang berkultivasi dalam delusi, kekuatan apa yang saya miliki untuk melenyapkan keegoisan yang kerasnya seperti materi granit yang terbentuk selama ribuan tahun? Saya seperti orang tua yang memindahkan gunung dengan sebuah sekop. Pada akhirnya hati orang tua yang tulus itu yang menggerakan para dewa, dan memindahkan gunung untuknya. Bagi saya, hanya ketika ketulusan dan tekad saya sudah seimbang, Guru akan membantu saya melenyapkan gunung keterikatan ini.
Pikiran lain yang saya miliki adalah: “Saya menyelamatkan banyak makhluk hidup melalui klarifikasi fakta.” Saya masih mengandalkan Guru untuk menyelamatkan saya, jadi siapa yang bisa saya selamatkan? Saya hanya melakukan hal-hal yang dangkal; sedangkan pada dasarnya Guru-lah yang menyelamatkan semua makhluk hidup.
Misalnya ketika saya menyadari prinsip Fa. Sebenarnya, Gurulah yang melihat keterikatan saya dengan jelas, kemudian menunjukkan kesalahan saya melalui prinsip-prinsip Fa yang harus saya ketahui di tingkat saya saat ini.
Saya harus jernih menyadari bahwa semuanya itu dilakukan oleh Guru dan Dafa.
Jadi apa yang kita kultivasikan? Apa yang kita kultivasikan, dari awal hingga akhir, adalah rasa hormat kita kepada Guru dan Dafa. Dengan rasa hormat dan keyakinan ini, Guru akan membimbing kita dalam kultivasi meningkat ke atas.
Jika kita kehilangan rasa hormat kepada Guru dan Dafa, itu sama dengan meninggalkan Guru dan menempuh jalan yang diatur oleh kekuatan lama. Pada titik ini, Guru hanya bisa menatap dengan muram. Bagi mereka yang bisa berjalan kembali, Guru akan tetap menjaga mereka. Namun, bagi mereka yang terlalu tersesat dan terlalu jauh, hasil akhirnya adalah jatuh ke tangan kekuatan lama.
Menghargai Kultivasi Saya
Saya menyadari secara pasti bahwa saya masih jauh dari kriteria Dafa. Guru telah memberikan semua yang dibutuhkan dalam kultivasi pada setiap murid-Nya, tetapi kita masih perlu meningkatkan diri dalam kultivasi nyata.
Ada banyak pepatah kuno yang mengajarkan agar manusia jangan sampai tersesat, dan mereka harus menemukan makna hidup yang sebenarnya dan kembali ke jati diri mereka yang asli.
Sebagai contoh, saya tercerahkan bahwa kata "kepastian" (secara harfiah diterjemahkan sebagai "melepaskan hati" dalam bahasa Mandarin) memberi tahu orang-orang bahwa karmalah yang menentukan peruntungan seseorang dan bahwa seseorang harus melepaskan pikiran manusia, mengikuti hukum alam semesta; untuk membayar hutang karma seseorang.
Guru berkata:
“Tahukah anda, pencapaian kesempurnaan pengikut Dafa adalah suatu hal yang amat agung? Segala hal di sekeliling tubuh anda Shifu tentu akan mengurusnya, masih haruskah anda mengkhawatirkan sesuatu?” (Ceramah Fa di AS Barat saat Hari Yuansiao 2003)
Mari kita bahas: di semua dinasti, dari zaman kuno hingga zaman modern, dan di semua negara, siapa yang pernah memberikan sebuah ajaran yang begitu jelas kepada murid-muridnya? Mengapa saya masih harus khawatir? Keterikatan apa yang saya miliki yang masih tidak bisa saya lepaskan?
Dalam budaya berusia 5.000 tahun yang diwariskan dewa, banyak kata, kalimat, dan cerita berisi petunjuk tentang kembali ke surga. Saya memahami melalui cerita-cerita itu bahwa belas kasih yang saya rasakan adalah: untuk membuka jalan kembali ke surga bagi semua makhluk hidup.
Melalui Xiulian, saya belajar untuk menghargai segala sesuatu yang ada di dunia dan kehidupan yang datang ke tempat ini, termasuk tubuh jasmani saya sendiri. Ini merupakan berkah terbesar yang dianugerahkan oleh Guru untuk mendapatkan Dafa yang disampaikan oleh Guru secara di periode akhir alam semesta. Melakukan tiga hal dengan baik adalah cara terbaik untuk menghargai tubuh seseorang dan kultivasi seseorang.
Catatan editor: Artikel ini mewakili pemahaman penulis yang berada dalam taraf kondisi Xiulian mereka saat ini, dan dimaksudkan untuk menjadi sesi diskusi diantara praktisi agar kita dapat “Banding belajar, banding kultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,”Hong Yin)