(Minghui.org) Pada Hari HAM Internasional (10 Desember) 2022, praktisi Falun Gong di 38 negara telah mengirimkan daftar terbaru dari para pelaku penganiayaan kepada pemerintah mereka, menuntut agar para penjahat kemanusiaan ini dan keluarga mereka dilarang memasuki negara-negara tersebut dan aset mereka dibekukan. Negara-negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Selandia Baru, 22 negara di Uni Eropa, dan 11 negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Zhu Shouke, direktur Biro Administrasi Penjara Kementerian Keamanan Umum Partai Komunis Tiongkok, termasuk dalam daftar yang diserahkan kali ini.
Zhu Shouke, laki-laki, berkebangsaan Han, lahir Juli 1969, anggota Partai Komunis Tiongkok, lahir di Baiyin, Provinsi Gansu. Zhu Shouke dulunya adalah Wakil Direktur Kantor Manajemen Penjara - Biro Keamanan Umum Lanzhou, Sekretaris Komite Partai Komunis dan Direktur Cabang Honggu dari Biro Keamanan Umum Lanzhou, Kepala Tim Manajemen Keamanan Umum dari Departemen Keamanan Umum Provinsi Gansu, anggota Komite Partai dari Departemen Keamanan Umum Provinsi, dan anggota Dewan Pimpinan Partai Komunis di Pemerintah Kota Lanzhou, Direktur dan Sekretaris Komite Partai Biro Keamanan Umum Lanzhou.Pada Januari 2014, Zhu Shouke menjabat sebagai wakil direktur Biro Keamanan Umum Provinsi Gansu, direktur dan sekretaris partai dari Biro Keamanan Umum Kota Lanzhou. Pada Oktober 2015, Wakil Sekretaris dan Wakil Direktur Komite Partai di Biro Keamanan Umum Provinsi Gansu, Direktur dan Sekretaris Komite Partai di Biro Keamanan Umum Lanzhou. Sejak November 2016, ia menjabat sebagai Direktur Biro Administrasi Penjara - Kementerian Keamanan Publik.
(Catatan: Biro Administrasi Penjara - Kementerian Keamanan Publik bertanggung jawab atas manajemen semua pusat penahanan dan penjara dalam sistem keamanan publik.)
I. Kejahatan utama Zhu Shouke
Sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menganiaya Falun Gong pada Juli 1999, Kementerian Keamanan Publik telah menjadi alat utama bagi rezim komunis untuk menganiaya Falun Gong. Tak terhitung banyaknya praktisi Falun Gong yang tidak bersalah telah diculik dan ditahan secara ilegal di pusat penahanan dan penjara di semua tingkat sistem keamanan publik. Di bawah perintah rahasia Jiang Zemin seperti "Memukul sampai mati dianggap sebagai bunuh diri" dan "Membunuh tanpa ampun", pusat penahanan dan penjara di semua tingkatan menggunakan berbagai metode penyiksaan terhadap praktisi Falun Gong yang menolak untuk melepaskan latihan mereka, mengakibatkan kerugian yang besar. sejumlah praktisi dibunuh secara brutal, dilukai, dan menjadi lumpuh, cacat permanen.
Selama masa jabatan Zhu Shouke sebagai Direktur Biro Manajemen Penjara - Kementerian Keamanan Publik, dia mengintensifkan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong, di semua pusat penahanan dan penjara di bawah kewenangannya. Praktisi Falun Gong Han Hongxia dianiaya hingga meninggal pada Maret 2017. Setelah itu, polisi di pusat penahanan dengan bangga berkata: “Praktisi Falun Gong mati tidak masalah.”
Menurut statistik yang tidak lengkap, sejak Januari 2017, setidaknya 37 praktisi Falun Gong telah dianiaya hingga meninggal oleh pusat penahanan di berbagai tingkat sistem keamanan publik. Banyak korban terluka, cacat, dan bahkan organ tubuh mereka diambil.
Zhu Shouke, sebagai pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas sistem manajemen penjara dari Kementerian Keamanan Publik, harus memikul tanggung jawab yang tidak dapat disangkal atas berbagai kejahatan penganiayaan terhadap Falun Gong yang terjadi di pusat-pusat penahanan dan penjara di seluruh negeri selama masa jabatannya.
II. Beberapa praktisi Falun Gong dianiaya hingga meninggal
Kasus 1. "Jika saya mati, adalah karena dianiaya sampai mati"
Praktisi Ji Yunzhi, perempuan, 66 tahun, diculik di rumahnya pada 1 Februari 2022 oleh Xu Jianfeng, kepala Divisi Keamanan Nasional dari Biro Keamanan Publik Zuoqi Bahrain, dan petugas polisi lainnya. Ji dibawa secara paksa ke Rumah Sakit Kedua Zuoqi untuk pemeriksaan fisik. Saat itu, Ji Yunzhi mengalami kejang-kejang, tidak bisa lagi berdiri atau berbicara, dan terus muntah. Setelah Ji Yunzhi ditahan secara ilegal di pusat penahanan, dia melakukan mogok makan menentang penganiayaan; korban dipukuli, dianiaya, dan disiksa oleh direktur pusat penahanan Gao Yonggang, dokter forensik Tian Zhijun, polisi, dan tahanan lainnya. Direktur Gao Yonggang memerintahkan dokter forensik Tian Zhijun untuk memberi makan Ji Yunzhi secara paksa melalui hidung.Tian Zhijun juga menampar mulut Ji Yunzhi beberapa kali. Polisi memerintahkan para tahanan di pusat penahanan untuk menganiaya Ji Yunzhi, menyeretnya keluar dan memukulinya berkali-kali. Setelah Ji Yunzhi disiksa hingga hampir mati, dia dipindahkan ke sel lain untuk lanjut dianiaya.
Pada 21 Maret, keluarga Ji Yunzhi diberi tahu bahwa Ji Yunzhi telah meninggal dunia. Anggota keluarga meminta masuk bangsal untuk melihat jenazah Ji Yunzhi untuk terakhir kalinya, tetapi departemen kepolisian tidak mengizinkannya. Di luar pintu, keluarga melihat trakea Ji Yunzhi telah disayat terbuka, dan ada noda darah di wajah dan bahunya. Koridor rumah sakit penuh dengan petugas polisi, dan kemudian mereka mengusir keluarga Ji Yunzhi dari lantai itu. Pada pagi 8 April, jenazah Ji Yunzhi dikremasi secara paksa. Dia pernah memberi tahu tahanan lain di sel: "Jika saya mati, adalah karena saya dianiaya sampai mati."
Kasus 2: Praktisi Falun Gong asal Jiamusi, Kang Aifen dianiaya hingga meninggal dunia
Kang Aifen, perempuan, 64 tahun, diculik dari rumahnya pada 17 Juni 2021 oleh Polisi Keamanan Negara dari Biro Keamanan Umum Jiamusi Qianjin, Provinsi Heilongjiang, dan para petugas menggeledah rumahnya tanpa menunjukkan surat perintah. Kang dikirim secara paksa ke Pusat Penahanan Kota Jiamusi dan ditahan secara ilegal. Dia dianiyai sampai mengalami serangan jantung yang parah, seluruh tubuhnya bengkak, kakinya tidak bisa berdiri dan berjalan, kedua matanya hampir buta, dia kesulitan bernapas, dan hidupnya dalam kondisi kritis Pada 17 Agustus, dia dibebaskan menjadi "Tahanan Rumah". Tiga bulan setelah pulang, dia meninggal dalam kondisi merana pada 18 November 2021.
Kang Aifen dianiaya sampai seluruh tubuhnya bengkak dan kakinya tidak bisa berdiri dan berjalan.
Kasus 3: Shi Mengqiao dianiaya sampai meninggal di Kota Yongkang, Provinsi Zhejiang
Shi Mengqiao, seorang praktisi Falun Gong dari Kota Yongkang, Kota Jinhua, Provinsi Zhejiang, diculik dan difitnah pada Februari 2020. Dia secara ilegal dijatuhi hukuman 18 bulan penjara dan diperas 20.000 yuan. Akhir Maret 2021, Shi Mengqiao disiksa dan menderita luka intracranial, Pusat Penahanan Kota Yongkang menutup-nutupi kejahatan tersebut, mengklaim infark serebral dan tumor otak, dan tanpa persetujuan dan tanda tangan anggota keluarga, melakukan operasi sepihak dan memindahkan Shi Mengqiao ke unit perawatan intensif. Shi Mengqiao terus koma dan akhirnya meninggal pada 6 Juni 2021. Pusat penahanan membawa jenazah Shi Mengqiao ke rumah duka pada malam hari tanpa memberikan penjelasan apa pun ke pihak keluarga.
Kasus 4: Dipenjara secara ilegal selama lebih dari setahun: Praktisi di Zhengzhou, Guo Baojun dianiaya hingga meninggal
Guo Baojun, laki-laki, diculik dan difitnah pada 10 November 2019, dan ditahan secara ilegal di Pusat Penahanan No. 3 Zhengzhou. Dia ditahan secara ilegal selama lebih dari setahun, dan anggota keluarganya tidak pernah diizinkan menemui Guo Baojun. Pada 3 Desember 2020, pusat penahanan memberi tahu putra Guo Baojun melalui telepon: “Ayah anda berada di Rumah Sakit Kedua Zhengzhou, dan situasinya relatif kritis.” Anggota keluarga melihat bahwa Guo Baojun telah dianiaya hingga sangat kurus, dan wajahnya sudah berubah bentuk, kelopak matanya bengkak parah, selang menuju lambung dimasukkn dari hidungnya, sementara kakinya masih diborgol. Pada 14 Maret 2021, pusat penahanan memberi tahu keluarganya melalui SMS bahwa Guo Baojun telah meninggal dunia. Keluarga meminta untuk melihat jenazahnya, tetapi pusat penahanan menolak.
Kasus 5: Yu Yongman dianiaya hingga meninggal di Pusat Penahanan Liaoyang
Yu Yongman, laki-laki, 65 tahun, diculik pada 15 November 2019 dan ditahan secara ilegal di Pusat Penahanan Kota Liaoyang, dianiaya hingga meninggal pada 23 Februari 2020. Menurut para penjaga, Yu "sakit mendadak". Dokter forensik menemukan bahwa Yu Yongman mengalami patah tulang rusuk dan robekan di paru-parunya. Anggota keluarga menduga bahwa Yu Yongman dipukuli dan dianiaya di Pusat Penahanan Kota Liaoyang saat masih hidup.
Kasus 6: He Lifang di Kota Qingdao disiksa hingga meninggal - diduga organ tubuhnya diambil
He Lifang, laki-laki, 45 tahun, diculik pada Mei 2019 dan meninggal pada 2 Juli di tahun yang sama saat ditahan di Pusat Penahanan Shandong Pudong. Menurut laporan dari Minghui.org, keluarganya menemukan bahwa tubuh He Lifang telah dijahit sayatannya di dada dan punggungnya. Raut wajah kelihatan sangat menderita, mulutnya terbuka, ada bercak darah di hidung dan mulutnya, darah keluar dari giginya, tubuhnya dipenuhi luka, kaki dan tangannya memar dan menghitam, ada lubang tusukan jarum, ada lepuh di lehernya bekas jeratan. Polisi awalnya mengatakan itu disebabkan oleh otopsi, tetapi keluarga menduga bahwa organ tubuh He Lifang mungkin telah diambil hidup-hidup atau segera setelah kematiannya.
Kasus 7: Tianjin Yang Yuyong dianiaya sampai meninggal di pusat penahanan
Praktisi Falun Gong, Yang Yuyong dan istrinya Meng Xianzhen diculik pada 7 Desember 2016 dan ditahan secara ilegal di Pusat Penahanan Distrik Tianjin Wuqing. Pada 11 Juli 2017, Yang Yuyong dianiaya dan meninggal dunia di pusat penahanan. Ketika Yang Yuyong sedang mengklarifikasi fakta di Pusat Penahanan Wuqing, dia dipukuli habis-habisan oleh polisi Liu Jiangang. Liu Jiangang juga menghasut para tahanan di dalam selnya. Sebanyak tiga belas orang memukuli Yang Yuyong secara berkelompok, membuat Yang Yuyong pingsan, dan mengalami pelecehan seksual, mencubit alat kelaminnya, menghisap puting susu.
Pada pukul 18:00 tanggal 11 Juli 2017, anggota keluarga Yang Yuyong diberitahu agar datang ke Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Wuqing. Mereka melihat bahwa lobi rumah sakit penuh dengan petugas polisi. Kerabat dan teman korban menemukan banyak memar di tubuh Yang Yuyong. Dia telah berhenti bernapas, tetapi dia masih terhubung ke mesin resusitasi kardiopulmoner. Dokter yang bertanggung jawab atas penyelamatan berkata: Yang Yuyong dikirim ke rumah sakit pada pukul 15:40, dan organnya gagal berfungsi. Beberapa perawat mengatakan bahwa ketika pasien dikirim, dia sudah sekarat. Anggota keluarga diberitahu pada jam 6. Ketika anggota keluarga tiba pada jam 7 malam, Yang Yuyong sudah berhenti bernapas, badannya sudah kaku, dan kakinya dingin. Penyelamatan hanya untuk formalitas.
Mengenai penyebab kematian Yang Yuyong, tidak ada seorang pun di pusat penahanan yang menjelaskan kepada keluarga. Namun, anggota keluarga menemukan bahwa leher dan tubuh Yang Yuyong memar meluas, dengan darah di telinga dan matanya, luka besar di akar telinganya, bekas tusukan batang bambu di kuku kakinya, dan memar di punggungnya.
III. Beberapa praktisi Falun Gong menjadi gila karena penyiksaan dan penganiayaan
Kasus 1: Li Dongmei dipukuli dengan kejam di pusat penahanan di Shijiazhuang dan dilarang tidur selama enam hari enam malam
Pada 18 Juli 2019 sore, Li Dongmei dan Geng Shulan diculik saat mereka sedang mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong kepada orang-orang. Pada 20 Juli, Li Dongmei dan Geng Shulan dibawa ke Pusat Penahanan No. 2 Kota Shijiazhuang. Karena Li Dongmei berteriak, “Falun Dafa baik!” polisi wanita di pusat penahanan memerintahkan lima atau enam tahanan lain di selnya untuk memukuli Li Dongmei. Beberapa tahanan memukul wajah Li dengan kepalan tangan, mencubit dengan kuku mereka, dan menampar mulut Li. Li Dongmei dipukuli di sekujur tubuhnya, wajah dan hidungnya berdarah akibat pemukulan itu, ada noda darah selebar empat sentimeter di tubuhnya.
Pada hari kedua dan ketiga dikurung di dalam sel, penjaga penjara memerintahkan lima atau enam tahanan lainnya untuk memborgol tangan dan kaki Li Dongmei secara paksa untuk waktu yang lama. Sejak memasuki pusat penahanan pada 20 Juli, Li Dongmei dipaksa tidak tidur selama enam hari enam malam. Penjaga penjara menghasut para tahanan untuk bekerja bergantian, dan delapan tahanan bergiliran mengawasinya di malam hari, agar tidak bisa menutup mata, Li Dongmei sangat menderita. Saat itu, mentalnya runtuh dan dia menjadi gila. Li Dongmei hanya makan tiga roti kukus dalam enam hari.
Di sel penjara, karena Li Dongmei menolak memakai seragam, dia hanya mengenakan pakaiannya sendiri. Mereka tidak memberikan celana panjang, dia hanya bisa memakai celana dalam, dan mereka melecehkannya. Ketika mereka keluar untuk berjalan-jalan, karena Li Dongmei tidak pergi, mereka dengan kekerasan menyeret Li Dongmei yang hanya mengenakan pakaian dalam ke luar, menyebabkan luka di sekujur tubuhnya.
Setelah Li Dongmei dipaksa tidak tidur selama enam hari enam malam, dia tidak sanggup membuka matanya sama sekali. Seorang dokter di pusat penahanan dengan kukunya mencongkel, dan kukunya menembus dalam. Dia melihat bahwa Li Dongmei masih tidak bisa, membuka matanya, jadi Li Dongmei dibawa ke rumah sakit, mencungkil giginya dengan alat sengatan selama dua menit, dan mencekok obat. Pada saat itu, gigi Li Dongmei menjadi longgar, dan dia secara paksa dicekok dengan cairan.
Pada pagi hari tanggal 27, polisi wanita di dalam sel dan beberapa petugas lainnya berbohong bahwa Li Dongmei memiliki kutu di kepalanya, memotong rambutnya sangat pendek, dan menyemprotkan banyak obat ke kepalanya. Karena Li Dongmei tidak mau bekerja sama, polisi wanita dan narapidana di sel menyeretnya ke dalam ruangan. Seorang narapidana mengambil beberapa baskom berisi air dingin dari pipa dan menuangkannya ke kepala Li Dongmei, mencelupkan celananya ke dalam air toilet yang kotor, kemudian menjejali mulut Li Dongmei dengan celana tersebut.
Li Dongmei melakukan mogok makan untuk memprotes kebrutalan, Polisi memerintahkan tiga narapidana di sel untuk menyeret Li Dongmei dari sel ke rumah sakit dua kali sehari untuk dicekok paksa makan. Ketiga narapidana itu memegangi anggota tubuh Li Dongmei, memberi makan bubur jagung dan air melalui hidung korban, dan segera memberikan cairan yang sebagian besar adalah air garam.
Kasus 2: Luo Mingchun di Kota Xichang berulang kali dianiaya dengan cara digantung dan diborgol di pusat penahanan
Luo Mingchun, perempuan, diculik pada Agustus 2019, rumahnya digeledah secara ilegal, dan dia ditahan serta difitnah. Dia disiksa dengan cara digantung dan diborgol di gerbang Pusat Penahanan kota Xichang (dengan kedua tangan digantung, hanya jari kaki yang dibiarkan menyentuh tanah) Dia sangat menderita. Beban seluruh tubuh di tangan, dan tangan menjadi hitam setelah beberapa waktu, sakitnya tak tertahankan, korban sulit bernapas, dan mulut kering. Sebagian besar borgol meninggalkan bekas darah hitam. Pusat penahanan sering menghukum tahanan lain dengan cara digantung.
Ilustrasi Penyiksaan PKT: Menggantung dengan borgol
Kasus 3: Praktisi Falun Gong, Huang Zuoping dianiaya dan menjadi gila
Huang Zuoping, praktisi perempuan, 68 tahun, diculik petugas pada November 2021. Setelah sepuluh bulan penahanan ilegal di Pusat Penahanan No. 1 Nanchang, dia disiksa hingga menjadi gila, kemudian dikirim pulang.