(Minghui.org) Saya menonton film “Once We Were Divine” tiga kali. Saat saya membaca Pernyataan Khidmat praktisi Falun Dafa yang diterbitkan di situs web Minghui setiap hari, saya terus memikirkan tentang Wumi yang Bijak di film tersebut.
Dari film tersebut, Raja Cahaya turun ke dunia manusia sebagai Song Guangming. Karena dia disiksa dan diancam dalam tahanan, Song menjadi goyah karena Qing dan mulai kehilangan pikiran lurusnya. Saat dia mulai menandatangani pernyataan jaminan yang melepas keyakinannya, Wumi yang Bijak terkejut, ketakutan, dan gemetar. Namun mengapa?
Karena Wumi yang Bijak tahu bahwa ini berarti Surga Cahaya akan hancur. Dia berkata, “Bukan hanya itu saja. Raja Cahaya mewakili Surga Cahaya kita. Bila dia tidak berhasil, saat alam semesta diperbaharui oleh Raja dari Segala Raja, Surga Cahaya kita akan… Raja Cahaya, Anda harus bisa mengatasi ujian ini. Bila tidak…”
Song adalah perwakilan dari Surga Cahaya. Saat dia diberikan buku berharga Zhuan Falun, semua makhluk di kerajaan surganya gembira. Saat pikiran lurusnya lemah dan konsep manusia biasanya muncul, semua makhluk di Surga Cahaya pudar dan hampir tercerai-berai.
Pertarungan antara kebaikan dan kejahatan sungguh menggetarkan jiwa, dan iblis Naga Merah mengawasi dengan saksama. Iblis tersebut ingin pengikut Dafa kehilangan pikiran lurusnya agar semua berjalan sesuai keinginannya. Kultivasi pengikut Dafa sungguh serius.
Raja Cahaya membuat sumpah sebelum turun ke dunia manusia: “Kami bersumpah untuk menegakkan moralitas di tengah kekacauan dan menyelamatkan makhluk hidup di saat-saat berbahaya. Kami turun bersama-sama, kami juga harus kembali ke dunia langit bersama-sama.”
Tubuh sejatinya juga turun bersamanya. Ini adalah jalur kultivasi bagi pengikut Dafa. Kita telah membuat sumpah kepada Sang Pencipta untuk mengikuti-Nya hingga ke dunia manusia, mengultivasi tubuh kita, dan menjadi dewa sekali lagi.
Saat saya menonton film tersebut untuk ketiga kalinya, saya menangis kencang sampai-sampai tidak bisa bernapas. Seakan-akan seluruh sel di tubuh saya bergetar. Saya ingat bahwa saya pernah menandatangani sebuah dokumen 15 tahun yang lalu, di mana saya melepaskan keyakinan agar bisa pulang ke rumah dari situasi yang menyedihkan. Meski saya telah menerbitkan pernyataan khidmat untuk menolak dokumen yang saya tanda tangani di bawah tekanan tersebut, saya tidak menyadari betapa seriusnya menandatangani dokumen tersebut.
Setelah menonton film tersebut, saya sadar Guru yang belas kasih (Guru Li, pencipta Falun Dafa) yang memberi saya kesempatan sekali lagi untuk berkultivasi. Saya sungguh bisa merasakan belas kasih tak terbatas Guru, keseriusan kultivasi, pentingnya pikiran lurus seseorang, dan pentingnya mempelajari ceramah Guru.
Sejak awal berlatih Falun Dafa, hampir semua pengikut Dafa di Tiongkok dianiaya hingga taraf tertentu. Namun saya tidak pernah mengeluh tentang situasi saya, dan keyakinan saya terhadap Guru dan Dafa tidak pernah goyah. Saya memberitahu petugas bahwa saya menandatangani dokumen berhenti berlatih Dafa bukan karena latihan ini buruk namun karena saya tidak tahan dengan siksaan yang PKT lakukan terhadap saya. Saat itu saya belum cukup belajar Fa untuk sampai pada pemahaman itu, dan saya mencapai batas kesabaran.
Di versi film yang diperpanjang, saat pikiran negatif Song seperti iri hati muncul, dia terus menolaknya dan melafalkan puisi Guru:
“Orang jahat diakibatkan oleh perasaan iri hati, karena ego, karena jengkel, menganggap dirinya diperlakukan tidak adil. Orang baik selalu bersemi belas kasih di hatinya, tanpa menyalahkan, tanpa kebencian, menganggap penderitaan sebagai kegembiraan. Sang Sadar tidak mempunyai lagi keterikatan hati, dengan hening mengamati manusia di dunia, yang tersesat oleh ilusi.” (Taraf Kondisi, Petunjuk Penting untuk Gigih Maju I)
Akhirnya dia berkata, “Saya akan menjadi orang baik, bukan orang jahat.” Dafa memperkuat pikiran lurusnya dalam mengatasi konsep manusia biasa. Saya rasa pengikut Dafa yang berkultivasi akan melakukan hal ini.
Namun, Bijak dari Lautan (yang turun ke dunia sebagai Zhao Haifeng) mengkhianati temannya karena rasa iri hati. Dia bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok, terjebak dalam ketenaran, uang, dan Qing. Dia menentang Dafa, melewatkan kesempatan terus-menerus, dan akhirnya masuk pada kehancuran abadi.
Banyak hal dalam hidup yang tidak saya tangani dengan baik. Yaitu, saya tidak mengatasinya dengan pikiran lurus namun menggunakan pikiran, hati, dan perasaan manusia biasa. Saya melewatkan banyak kesempatan untuk meningkatkan diri, dan saya gagal mengikuti tuntutan Dafa.
Suatu hari pada jam 11 malam, Song selesai melakukan meditasi duduk dan pergi menyebarkan materi klarifikasi fakta. Namun satpam penjaga menangkapnya di perumahan tersebut. Dia mengatakan yang sebenarnya dengan jujur perihal kebijaksanaan yang Dafa berikan padanya dan akhirnya membuka rantai yang menahan hati kedua satpam tersebut. Saat hal tersebut terjadi, hati kedua orang tersebut di surga telah terbebas.
Saat kita praktisi Dafa mengklarifikasi fakta, kita ingin membuka hati orang, membantu mereka membebaskan diri dari kendali naga merah, dan diselamatkan oleh Dafa. Namun saya sering melewatkan pemancaran pikiran lurus di tengah malam, saya merasa sangat malu.
Saat organ tubuh Song hampir diambil secara paksa, perasaannya membuatnya memikirkan istri dan anaknya. Untung, pikiran sejatinya sebagai praktisi Dafa membuatnya sadar akan sumpah janji awalnya. Dia berpikir, “Saya tidak bisa pergi karena apa yang saya lakukan belum selesai.”
Menerima titah, Wumi yang Bijak memimpin para dewa dengan pikiran lurus demi memperkuat Raja mereka. Begitu pikiran lurus dewa ini muncul, segala hal langsung berubah menjadi baik. Itu sungguh menggetarkan.
Selama kita sebagai praktisi Dafa memiliki pikiran lurus, Guru akan membantu kita agar berhasil.
Saya ingat dengan apa yang Guru ajarkan:
“Dengan adanya Fa yang begitu besar, di dalam pikiran lurus Dafa berada bersama kalian, ini adalah jaminan yang amat besar.” (“Ceramah Fa di Manhattan,” Ceramah Fa di Berbagai Tempat 10)
Film ini menginspirasi saya untuk menyesuaikan diri dengan cara baru, meluruskan diri dengan serius, menjadi praktisi sejati, mengultivasi diri, dan pulang ke rumah bersama Guru.
Saya harap mulai sekarang, setiap praktisi Dafa akan berkultivasi dengan sungguh-sungguh, melakukan tiga hal dengan baik, menghargai sumpah janji mereka, dan tidak membiarkan kejahatan memanfaatkan celah kebocoran mereka. Maka tidak perlu lagi pernyataan khidmat praktisi Dafa muncul di situs web Minghui. Dengan begitu, makhluk hidup di dunia surga kita tidak akan ketakutan, yakin bahwa kita tidak akan mengecewakan Guru, dan akan menghargai belas kasih Guru dan tuntutan Dafa. Mari kita menjadi dewa sekali lagi.
Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” ("Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)