(Minghui.org) Menurut editorial Minghui “Konfirmasi,” lebih dari 400 juta orang di Tiongkok telah meninggal selama tiga tahun lebih dari pandemi ini. Partai Komunis Tiongkok menghentikan kebijakan nol-COVID pada 7 Desember 2022, dan kasus positif meledak di seluruh Tiongkok. Terlepas dari fakta dan penyensoran yang ditutupi oleh PKT, rumah sakit dan krematorium yang penuh sesak menjelaskan semuanya. Di Shanghai, kota terbesar di Tiongkok, misalnya, krematorium sangat terbebani sehingga waktu tunggu kremasi mencapai satu bulan.
Daripada merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini (22 Januari) seperti biasa, banyak keluarga yang berduka atas kematian orang yang mereka cintai. Sementara itu, orang bertanya-tanya bagaimana cara tetap sehat dan aman. Kebijakan nol-COVID tiga tahun PKT tidak membantu, begitu pula ilmu modern tentang kekebalan kelompok. Jadi, apa yang bisa mereka percayai?
Mencari Kesehatan dan Keselamatan
Berikut adalah beberapa pengamatan. Pada hari Tahun Baru Imlek, lebih dari 50.000 penduduk Beijing pergi ke Kuil Yonghe untuk meminta berkah. Juga dikenal sebagai Kuil Lama, tempat ini merupakan kuil Buddha tertinggi di Tiongkok pada masa Dinasti Qing pertengahan dan akhir, terutama dalam urusan yang berkaitan dengan Buddhisme Tibet. Rupanya banyak orang terus mengandalkan Dewa untuk mendapatkan berkah.
Lebih dari 900 mil jauhnya di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, banyak orang pergi ke taman setempat untuk menyembah patung Huo Qubing, salah satu jenderal paling menonjol di Dinasti Han. Kata qubing dalam bahasa Tionghoa berarti menghilangkan penyakit, sehingga orang memuja Huo Qubing dengan harapan mendapatkan kesehatan yang baik. Pengunjung muda dan tua berbaris, satu per satu berjalan ke patung untuk menyentuh nama huo qubing sebelum menyentuh kepala mereka sendiri.
Selain itu, ada sebuah bait (sejenis puisi yang terdiri dari dua baris vertikal dan satu baris horizontal) yang beredar secara daring di Tiongkok. Dua garis vertikal masing-masing bertuliskan "Hu Qubing" dan "Xin Qiji", dan baris horizontal bertuliskan "Kang Youwei". Xin Qiji adalah seorang penyair, ahli kaligrafi, dan jenderal di Dinasti Song. Kata qiji dalam bahasa Tionghoa berarti menyingkirkan penyakit. Kang Youwei adalah seorang sarjana dan politisi terkemuka selama Dinasti Qing dan kang berarti kesehatan.
Orang mungkin memiliki interpretasi yang berbeda dari fenomena ini, tetapi ada tiga pengamatan yang jelas. Pertama-tama, banyak orang Tionghoa sangat membutuhkan kesehatan yang baik. Kedua, mereka tidak percaya vaksinasi itu akan efektif seperti yang diberitahukan kepada mereka. Ketiga, mereka beralih ke budaya tradisional dan kearifan kuno dalam mengejar kesehatan dan keselamatan.
Menariknya, bahkan di bawah pemerintahan totaliter PKT, hampir tidak ada yang pergi ke Museum Sejarah Partai atau Aula Peringatan Mao Zedong untuk mendapatkan berkah. Jauh di lubuk hati manusia, mereka tahu bahwa hanya Dewa akan membantu mereka, bukan ideologi komunis.
Insiden yang Tidak Bisa Dijelaskan Ilmu Pengetahuan
Sama seperti seseorang yang belajar dari kesalahannya sendiri, umat manusia secara keseluruhan dapat memperoleh pemahaman baru setelah bencana besar seperti pandemi.
Sebuah laporan yang dirilis oleh kelompok riset berbasis agama Barna Group menunjukkan bahwa 44% orang dewasa Amerika “lebih percaya kepada Tuhan” karena pandemi. Kesimpulan ini didasarkan pada survei terhadap 2.000 orang dewasa antara 21 dan 31 Oktober 2022. Lebih khusus lagi, 77% peserta survei mengatakan mereka percaya pada kekuatan yang lebih tinggi sementara 74% berharap untuk meningkat secara spiritual.
Bahkan di Tiongkok komunis, banyak kejadian yang terjadi di luar jangkauan ilmu pengetahuan modern.
Patung Buddha Menyelamatkan seorang gadis
Di Kabupaten Jingyang di Provinsi Shaanxi, ada sebuah pagoda bernama Menara Chongwen. Dibangun pada masa Dinasti Ming, menara ini memiliki tinggi 87,22 meter dengan 13 lantai. Setiap tahun pada 15 Januari menurut penanggalan lunar Tiongkok, sebuah festival besar diadakan di sana dengan banyak penduduk yang datang untuk menyembah para Buddha.
Selama festival tahun 2002, seorang gadis berusia 8 tahun terhuyung-huyung keluar dari celah antara bilah di pagar di lantai 12 dan jatuh.
Sekitar 1.000 orang menghadiri festival pada saat itu dan mereka dikejutkan oleh jatuhnya gadis itu; namun, mereka tidak punya waktu untuk melakukan apa pun. Namun, pada saat kritis itu, salah satu patung Buddha di lantai dua di arah barat daya mengulurkan tangannya dan menangkap gadis itu. Lebih dari 100 orang yang berada di bawah menara menyaksikan hal ini sementara gadis itu terus menangis di lengan patung Buddha. Yang mengejutkan semua orang, ketika keluarga gadis itu menurunkannya, mereka menemukan dia tidak terluka sama sekali.
Menara Chongwen di Provinsi Shaanxi
Patung Buddha di lantai dua arah barat daya ini mengulurkan tangannya dan menyelamatkan gadis yang jatuh itu.
Orang tua gadis itu meletakkan pita merah di patung Buddha untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka. Pita tersebut masih dapat dilihat hingga saat ini dan merupakan satu-satunya patung Buddha di menara ini yang memiliki pita berwarna merah.
Selamat dari Gempa Wenchuan pada 2008
Hampir 70.000 orang kehilangan nyawa mereka selama Gempa Wenchuan di Provinsi Sichuan pada 2008. Gunung Lingyan dekat Kota Dujiangyan juga rusak parah. Meski tanah longsor mengubur beberapa jalan, tidak ada seorang pun di wilayah itu yang meninggal akibat gempa. Selain itu, puluhan arca Bodhisattva Guanyin di gunung tersebut juga masih utuh. Banyak orang yang melihat ini percaya pada keberadaan Dewa.
Menurut sebuah artikel Minghui, seorang warga Wenchuan ingat mertuanya mengatakan kepadanya bahwa melafalkan “Falun Dafa baik” dan “Sejati-Baik-Sabar” akan membantu seseorang tetap aman. Baik dia dan rekan kerjanya selamat dari gempa dengan melafalkan kalimat itu.
Kota Deyang juga terpukul keras saat gempa. Salah satu petugas komunitas, juga seorang praktisi Falun Dafa, tidak segera keluar untuk keselamatannya sendiri. Sebaliknya, dia tinggal di gedung selama lebih dari 40 menit membimbing semua orang untuk melarikan diri sebelum keluar sendiri.
Petunjuk dari Keajaiban
Setelah PKT mengambil alih kekuasaan pada 1949, PKT menolak budaya tradisional dan mengindoktrinasi rakyat dengan ideologi komunis ateis melalui kebrutalan dan propaganda. Namun, keajaiban terjadi dari waktu ke waktu.
Telur Angsa dengan Kata-kata di atasnya
Liu Xueshun, pensiunan karyawan Qixing Farm di Biro Reklamasi Tanah Jiansanjiang, Provinsi Heilongjiang, memelihara angsa di rumah. Istrinya Gao Zhongqin suatu hari menemukan satu telur spesial. Telur itu memiliki lima karakter Tiongkok di atasnya. Empat karakter berada di sisi dan terbaca: shen yi lai dao (Dewa telah tiba) sedangkan karakter kelima wang (raja) berada di bagian bawah telur.
Telur angsa dengan kata-kata Tiongkok
Seorang profesor dari Northeast Agriculture University memeriksa telur tersebut dan mengesampingkan kemungkinan bahwa karakter tersebut berasal dari manipulasi manusia. Stasiun televisi lokal mewawancarai Liu dan istrinya tetapi tidak diizinkan untuk menyiarkan laporan tersebut.
Batu besar dengan kata-kata
Wang Guofu, sekretaris Partai desa di Kabupaten Pingtang di Provinsi Guizhou, menemukan beberapa aksara Tionghoa di atas batu besar di lokasi wisata setempat: zhong guo gong chan dang wang. Lima karakter pertama berarti “Partai Komunis Tiongkok” dan karakter terakhir “wang” berarti musnah (atau dikutuk).
Arkeolog dari Provinsi Guizhou mengatakan batu seberat 100 ton ini memiliki sejarah 270 juta tahun. Karakter-karakter ini terbentuk secara alami. Nyatanya, bongkahan batu ini jatuh dari tebing di tepi sungai dan pecah menjadi dua bagian, dengan salah satunya menunjukkan karakternya.
Sebuah batu dengan kata-kata Tiongkok
Menurut para arkeolog, beberapa kepunahan massal telah terjadi selama keberadaan bongkahan batu tersebut, termasuk peristiwa kepunahan Permian–Triassic (252 juta tahun lalu), peristiwa kepunahan Triassic–Jurassic (201 juta tahun lalu), dan peristiwa kepunahan Cretaceous–Paleogen (66 juta tahun lalu)). Diantaranya, yang terakhir diyakini disebabkan oleh asteroid sepanjang 10 kilometer yang menghantam bumi.
Ringkasan
Guru Li Hongzhi, pencipta Falun Dafa, menerbitkan sebuah artikel berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia” pada Januari 2023.
Artikel tersebut tertulis, “Segala fenomena kekacauan adalah pengaturan terakhir para Dewa, tujuannya adalah untuk menguji makhluk hidup apakah layak untuk diselamatkan, di saat yang sama penderitaan juga dapat melenyapkan karma di dalam proses ini, segala sesuatunya dilakukan demi menyelamatkan manusia kembali ke alam Surga.”
Kesimpulan artikel tersebut, “Hidup di dunia banyak mengumpulkan pahala, adalah demi menata jalan bagi diri sendiri untuk kembali ke Surga, dan bukan untuk ditukarkan dengan kehidupan yang hanya bahagia sesaat di dunia!”
Kami berharap lebih banyak pembaca dapat menemukan artikel ini bermanfaat bagi mereka untuk menemukan jalan menuju kesehatan dan keselamatan.